04

66.3K 5K 217
                                    

Saat ini, Zidane nampak anteng memakan makanan yang baru dipesan di Kantin setelah menjalani hukuman tadi. Dia tentu tau dimana letak kantin, bermodalkan dengan ingatan dari Zidane asli. Begitupun dengan letak sekolah, kelas dan yang lain.

"Kayaknya, yang tadi di samping-samping gue temennya Zidane asli kan?"

Dia membatin, sembari memainkan sedotan minuman yang baru dipesannya. Dia familiar saat melihat tiga manusia yang didekatnya, secara rinci author mendeskripsikan tiga tokoh figuran tersebut. Mereka bukan tokoh yang hanya muncul dua atau tiga kali di novel, melainkan juga tokoh penting untuk keberadaan antagonis. Mereka juga nantinya akan membantu protagonis pria untuk menemukan protagonis wanita yang diculik oleh Zidane di akhir.

"Thala, Laksa, Daffa. "

"Dari awal, mereka emang nggak tulus mau temenan sama Zidane. "

"Emang siapa yang mau temenan sama yang suka main kasar sama orang lain? Mana temennya juga kena, belum lagi keluarganya?"

"Ah nggak like ah, tapi gue kasian sama antagonis yang mati di tangan Papahnya. "

Dia menghela nafas kasar, sambil mengingat-ingat alur hubungannya bersama tiga temannya. Dari awal, ketiga teman antagonis itu berteman pada antagonis semata-mata untuk memanfaatkannya, salah satunya untuk benteng kebebasan mereka saat berada di sekolah. Mereka tidak terlalu menyukai aturan, sama halnya dengan Zidane, apalagi aturan beserta kebijakan-kebijakan yang dipelopori oleh Bastian si ketos—protagonis pria.

Ketidaksukaan itu, juga membuat kubu mereka dengan protagonis bermusuhan. Keduanya sama-sama mendirikan sebuah geng motor, Zidane memimpin sebuah geng motor yang diberi nama Black Wolf. Geng yang beranggotakan sekitar lima puluh orang anggota. Zidane sendiri sebagai pemimpin, kemudian Daffa sebagai wakil, Thala, Laksa, juga sebagai anggota inti.

Sementara di kubu Bastian, dia memimpin sebuah geng motor yang bernama Dark Blue. Geng yang beranggotakan sekitar seratus orang lebih, Bastian yang merupakan pemimpin, kemudian ada empat yang lain sebagai anggota inti, yang salah satunya adalah Feri—Abang dari Zidane. Dari jumlah anggota, Black Wolf sudah kalah jauh. Namun tidak dipungkiri jika diantara Geng yang lain, Black Wolf mampu membuat nama sendiri, karena dikenal kepandaian bertarungnya, sekaligus licik. Sementara Dark Blue, Geng mereka sangat disegani di dalam sekolah, maupun diluar.

"Konflik geng-geng ini gue kurang faham woy. "

"Kalo baca mah anteng, gimana gue ngejalanin sebagai leader Black Wolf?"

"Basic gue mah ketua asrama, bukan leader geng motor. "

"Apa gue jadiin mereka santri semua ya? Nggak usah geng motor, entar ribet. "

Tunggu, mengapa Zidane palsu ini berpikir serandom ini? Menjadikan anggota geng motor nakal sebagai anak santri? Apa kata dunia nanti—

Dunia? Dunia novel?

"Aduh, bisa nggak sih gue dikasih keahlian sama kek Zidane? Gue nggak ada basic, tolonglah. "

"Gue takut kalo entar berantemnya pake pisau, entar gue isdet lagi gimana?"

"Gue bisa sih berantem, tapi gue takut kalo lawannya bawa senjata. "

Dari tadi, Zidane bertengkar dengan pikirannya sendiri. Bahkan dia sampai tak sadar jika sedari tadi tiga teman antagonis sudah tiba di depannya, dan memandangnya penuh tanda tanya.

"Zid!"

"Astaghfirullah!" Zidane mengusap dadanya, benar-benar dia terkejut melihat kehadiran tiga manusia ini. "Apaan sih lo pada, ngagetin aja!"

Bayangkan saja, dia tengah memikirkan jalan kehidupannya, tiba-tiba ada yang muncul di hadapannya dan menyebut namanya? Detak jantungnya benar-benar tidak karuan, apalagi saat melihat sosok yang diyakini adalah Daffa—teman dekat antagonis yang berwajah datar, namun memiliki tatapan yang tajam. Kalo boleh jujur, mengapa Daffa terlihat menakutkan? Seperti bukan manusia?

Transmigrasi Mantan Santri? [Otw terbit✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang