22

51.7K 4.7K 175
                                    

Zidane menatap ke arah luar dengan pandangan kosong. Nafasnya mulai teratur setelah mendapatkan mimpi buruk, dan membuatnya terbangun di tengah malam. Dia membiarkan angin malam yang dingin menerpa wajahnya yang basah air mata.

"Gue dimana?"

Zidane menatap heran ke arah sekitarnya, sebuah ruangan putih tanpa ada hal lain di dalam.

"Sampai kapan berdiam diri dan meratapi nasib?"

Suara itu membuat langkahnya terhenti, suara itu kembali terulang hingga 3 kali yang membuatnya menutup telinganya rapat. "Siapa lo?! Diam!"

Suara kekehan terdengar, tidak mempunyai wujud apa-apa. Berulang kali Zidane menukar pandangannya kesana-kemari untuk mencari wujudnya, namun nihil dia tidak menemukan apa-apa di ruangan itu. "Siapa sih lo?! Keluar! Gue nggak bakal takut!"

Dam!

Suasana di sana berubah menghitam, seolah tidak ada cahaya yang meneranginya. Zidane yang awalnya memberontak, kini perlahan menciut. Dia takut akan kegelapan, bahkan dia menangis saat tidak melihat cahaya apapun seperti tadi.

"Nggak! Keluarin gue dari sini!" Suara Zidane berganti parau, pemuda itu menangis begitu hebatnya. Seolah ada hantaman keras di lubuk hatinya, dia tidak sanggup menghadapinya. Mengapa perasaannya begitu menyedihkan? "Dimana lo hah?! Dimana! Gue takut. " Dia memelankan ucapan terakhirnya.

"Berdiam meratapi nasib bukan jalan keluarnya. " Suara itu kembali terdengar, Zidane yang awalnya bersimpuh, kini mendongakkan kepalanya. Dia menghapus air matanya kasar, berusaha untuk mencari tau apa yang terjadi.

"Berdiam apa? Gue nggak faham, " balasnya dengan suara yang masih parau. Matanya juga berlinang air mata sejak tadi. "Siapa lo sebenarnya? Lo yang bikin gue masuk dimensi ini kan?! Bawa gue balik! Gue nggak mau disini! Gue capek hidup sebagai Zidane!"

"Sayangnya itu tidak bisa terjadi sebelum kamu menuntaskan semuanya, jika masalahmu selesai di dunia ini, kamu bisa kembali ke tempat seharusnya. "

Dia terdiam, hidup sebagai Zidane benar-benar melelahkan. Dia tidak ingin hidup lebih lama di raga Zidane, dia ingin pulang dan kembali menjalani kehidupannya yang sempurna. "Masalah? Semua tentang Zidane itu masalah! Gue udah coba merubah pandangan orang-orang pada Zidane! Tapi apa yang gue dapat?! Semuanya nggak percaya!"

"Kamu hanya merubah pandangan mereka dengan mengubah sikapmu, itu tidak akan cukup untuk menyelesaikan masalah. Jika kamu tidak berusaha dan terus meratapinya, itu tidak akan membuahkan hasil apa-apa. "

Lagi-lagi dia dibuat terdiam dengan perkataan asing itu. Dia tersadar, jika selama ini dia hanya meratapi nasibnya di dunia ini, dia tidak mencari alasan mengapa mereka membencinya, atau hal lain. Dia membiarkan semuanya berjalan tanpa mencari tau hal yang seharusnya dia ketahui untuk menuntaskan masalah yang dialaminya.

"Gue nggak bisa! Hidup Zidane banyak teka-teki! Nggak ada yang peduli sama Zidane, gue hidup sendiri! Gue nggak mau cari tau, gue terlalu lemah!"

"Lemah?" Suara kekehan kembali terdengar. "Lemah hanya untuk pecundang! Belum mencoba kamu mengatakan dirimu lemah? Apa yang lebih buruk dari seorang sepertimu ini?"

"Ah! Gue nggak peduli! Gue mau balik, tolong! Gue mau balik! Gue mau bahagia di dunia asal gue!" Suaranya kembali pelan, suara isak tangis kembali terdengar. "Tempat gue bukan disini! Gue cuman jiwa tersesat di dunia ini! Gue bukan Zidane asli! Gue Zain!"

Kini orang itu tertawa keras, seolah menertawakan Zidane yang diisi oleh jiwa Zain yang menangis. Zidane seolah tidak memperdulikannya, perasaan sesak ini membuatnya lidahnya terasa kelu.

Transmigrasi Mantan Santri? [Otw terbit✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang