25

52.6K 4.5K 298
                                    

"Apa yang lo lakuin sama Selly, s3alan!"

Zidane menatap Bastian datar, pemuda itu kini membantu Selly untuk berdiri. Dia menatap malas ke arah Bastian, dia pikir tokoh utama pria ini tidak ringan tangan sebelum mengetahui kebenarannya, namun ternyata dia salah perkiraan.

"Kak, ini—" Ucapan Selly seakan dianggap angin lalu oleh Bastian, pemuda itu bahkan mencak-mencak mencengkram seragam Zidane kasar, sementara pemuda itu menghela nafas kasar.

"Kenapa lo diam?! Selly salah apa sama lo?!"

Zidane kini melirik ke arah Selly dengan tatapan dingin. "Harusnya lo tanya orang yang di sebelah lo, bukan bertindak gegabah ke gue. " Dia berusaha untuk tetap tenang dengan imagenya, walaupun hatinya sudah ketar-ketir sejak tadi.

"K-kak, jangan berantem, tadi aku nggak sengaja ketabrak Kak Zidane jadinya jatuh, " balas Selly gelagapan. Hal itu membuat Bastian melepaskan cengkeramannya, kemudian membuang wajahnya.

"Lo ketos kan?" Suara dingin Zidane menginterupsi. "Harusnya lo bersikap adil buat seluruh siswa-siswi, bertindak tegas kalo emang dia salah. Dan di saat begini? Tanpa lo tau kebenarannya lo malah mukul orang sembarangan?"

Bastian mengepalkan tangannya kuat, dia pun tidak mengindahkan jika dia memang salah dalam hal ini. Namun bibirnya tidak mengeluarkan apapun hingga seperkiraan detik.

Bugh!

"Impas. " Di luar perkiraan, Zidane membalas pukulan dari Bastian dengan posisi yang sama. Hari ini dia cukup sabar menghadapi Feri beserta yang lain beberapa menit yang lalu, dan suasana hatinya tidak baik saat ini. Dia pikir, Bastian juga bukan orang penting untuk keselamatannya di masa depan, selagi dia tidak mencampuri percintaan 2 tokoh utama ini.

Bastian merasakan hawa panas di pipinya, namun dia tentu tidak membalas karena dia sadar akan kesalahannya. Zidane sendiri langsung saja melangkahkan kakinya pergi dengan sedikit rasa bersalah di dalam hatinya. Namun sepertinya kali ini ego lah yang mengalahkannya.

Suasana di Perpustakaan menjadi lebih tenang. Pak Reza—selaku guru pembimbing itu sudah menjelaskan beberapa materi untuk persiapan olimpiade bulan depan. Posisinya, ada Bastian yang paling dekat dengan Pak Reza, dan di sampingnya ada Selly. Sementara dari arah lain, ada Callie dan di sampingnya berjarak adalah Zidane yang hanya diam tanpa mengucapkan sepatah katapun. Dia masih kesal dengan kejadian singkat tadi.

"Ada yang ingin ditanyakan?" Pak Reza menatap mereka bergantian, namun hanya ada keheningan.

"Baiklah, kalau begitu saya akan membagi kalian 2 kelompok. Silahkan kalian belajar mandiri, Bastian dengan Selly, dan Callie bersama dengan Zidane—"

"Saya mau sama Bastian, Pak. " Callie menyahut, gadis itu nampaknya tidak setuju dengan perkataan Pak Reza. "Saya nggak mau sama dia, nyebelin. " Dia berbicara pelan dengan kata terakhirnya, hal itu membuat Zidane diam-diam mendengus.

"Yang mau sama lo siapa?" batinnya sedikit kesal.

"Tidak bisa Callie, kamu sudah pernah berpengalaman mengikuti olimpiade ini, sama halnya dengan Bastian. Saya membuat kalian terpisah belajar, karena tugas kalian berdua adalah untuk menjelaskan terkait olimpiade tahunan ini. " Pak Reza membalasnya dengan helaan nafas. "Sudah faham kan? Saya pamit keluar dulu, nanti saya akan kembali. "

Zidane menghembuskan nafasnya pelan melihat Pak Reza yang berlalu dari ruangan Perpustakaan. Dia sebenarnya malas jika harus seperti ini, mengapa masing-masing dari mereka tidak belajar secara berpisah saja? Lagipula, mereka masing-masing mewakili mata pelajaran yang berbeda. Dia sendiri mewakili mata pelajaran Matematika, Callie mata pelajaran biologi, Bastian mata pelajaran Fisika, dan terakhir Selly yang mewakili mata pelajaran kimia.

Transmigrasi Mantan Santri? [Otw terbit✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang