Rupanya, perjuangan Zidane untuk kabur dari Rumah Sakit benar-benar berhasil. Memang tidak berjalan mulus sih, dia diinterogasi saat berada di dekat pintu keluar oleh suster yang bertugas. Namun dia bisa berkelit sedemikian rupa, hingga akhirnya bisa lolos. Dan saat ini, dia sudah sampai di depan kediamannya dengan menggunakan taksi.
Masalah uang? Zidane tidak sama sekali bermasalah dengan itu, dia yakin harta keluarganya itu tidak akan habis walaupun lewat 7 turunan sekalipun. Dia tidak perlu memikirkannya, dia hanya sibuk memikirkan bagaimana dia menghadapi keluarganya dengan kondisi seperti demikian.
"Kembaliannya diambil aja Pak. "
"Wah, terimakasih Dek. "
Zidane tersenyum tipis sambil mengangguk. Dia berjalan meninggalkan tempat awalnya saat supir taksi tersebut berlalu pergi dari sana. Dia menghembuskan nafasnya pelan, sembari memasang tudung hoodie nya. Dia melakukan itu tentu bukan tanpa alasan, melainkan menyembunyikan kondisi wajahnya yang pucat, juga bercampur dengan merah-merah juga kebiru-biruan, jauh dari kata mulus.
"Siapa anda?" tanya bodyguard yang berjaga dengan formal. Zidane mendengus pelan, melihat bodyguard dengan keadaan seperti ini pada orang asing, namun mengapa saat bersamanya mereka malah menunduk ketakutan? Itu menghilangkan citra mereka, huh.
"Zidane Pak. "
"Hah? Zidane—eh maksud saya tuan muda ketiga?"
Zidane tidak ingin berlama-lama, sepertinya tak apa menunjukkan wajahnya pada bodyguard ini. Dia kemudian membuka tudung hoodie nya, menampilkan wajahnya yang terdapat luka-luka yang mulai mengering. "Astaga, tuan muda Zidane?!"
Zidane meringis saat mendengar suara menggelegar itu. "Pak, santai aja. Jangan berisik, entar ketahuan. "
Bodyguard tersebut langsung membekap mulutnya, sambil menormalkan ekspresinya. "M-maaf tuan muda, saya hanya kaget tadi. Silahkan masuk tuan muda. "
Zidane menghela nafas pelan, kemudian menepuk pundak bodyguard tersebut santai sambil berjalan meninggalkan nya. "Santai Pak, asal jangan ketahuan. "
Dia menatap ke arah Zidane yang berlalu. Dia lihat jika wajah laki-laki itu terdapat luka-luka dan dia tidak heran untuk itu, namun ini dia menyadari mengapa wajahnya begitu pucat? Meskipun sedikit penasaran, dia tidak membuka suara untuk menanyakannya. Dulu, Zidane sangat anti saat orang menanyakan tentang keadaannya, bisa saja tiba-tiba laki-laki itu memukulnya karena emosi.
Zidane akhirnya sampai di pintu belakang Mansion, dia tidak berani jika lewat pintu depan, yang sangat memungkinkannya untuk bertemu dengan anggota keluarganya yang lain. Dan dia tidak mau.
"Aduh, lapar lagi gue. " Dia mengelus perutnya saat mendengar suara yang bersumber dari perutnya. "Di Rumah Sakit cuman makan bubur doang, mana gue kenyang. Itupun cuman sekali, nggak ada yang bantuin gue makan. "
Zidane menghembuskan nafasnya pelan, saat pertama kali menginjakkan kakinya masuk, dia melihat beberapa maid yang tengah memasak di sana. Dan satu orang yang terasa familiar di matanya. "Bibi Asri?" Dia hanya berbicara pelan, namun sepertinya wanita yang lebih tua dari yang lain itu mendengarnya.
"Tuan muda Zidane?"
Zidane sontak menyembunyikan wajahnya, namun sepertinya wanita itu lebih dulu mengenalinya. Wanita itu terkekeh kecil melihat tingkah Zidane. "Tuan muda baru sampai? Ah, tuan muda pasti lapar kan? Bibi ada siapin makanan untuk tuan muda. "
Zidane memilih mengangguk. "I-iya Bibi. " Mengapa dia yang terasa canggung kali ini? Padahal biasanya orang lain yang merasa canggung dengannya, lebih tepat ketakutan saat melihatnya, bahkan mereka tidak berani bertatapan dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Mantan Santri? [Otw terbit✓]
Teen Fiction[Part masih lengkap, follow dulu baru baca🤸] Bukan BL!!! Yang bilang bl ta geprek😬 Blurb; Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita? Plot twist, teka-teki!