62

34.6K 5.3K 1.6K
                                    

Tembus 5k gara-gara nanggung.

😭😭😭

Awas pada nggak like dan komen, we capekk

Nggak papa tapi, demi kalian~

Minimal habisin chapter ini dua hari, entar bosen sendiri☠️ tembus 1k komen ya ges

.
.
.
.

_______&&&______

Zidane nampak menatap ke arah jendela ruangan rawatnya dengan tatapan datar, lolos dari kejadian mengerikan tadi malam nyatanya juga membuat tubuhnya terasa sakit. Bukan hanya tubuhnya yang luka-luka, melainkan rasa sakit di kepalanya yang tidak kunjung mereda, meskipun tidak sesakit tadi malam.

"Kapan sakitnya berhenti?"

Dia merasa sakit di kepalanya tidak seperti yang sudah lalu-lalu, mungkin karena kejadian yang telah lalu tidak separah tadi malam. Dia menghela nafas dalam-dalam, memutuskan untuk memejamkan matanya untuk menghalau rasa sakitnya.

"Gue ngerasa beruntung bisa selamat. "

"Maaf ya Allah, Zidane ngeluh. "

"Zidane ngeluh banyak tadi malam. "

"Zidane belum siap pulang. "

"Pulang ke tempat yang sebenarnya. "

Pemuda itu terus membatin, dengan mata yang masih tertutup. Dia sedikit ingat ucapannya tadi malam, dan dia menyesalinya. Dia juga menyesal karena membuat Fikri repot-repot menenangkannya, karena jujur ... tadi malam terasa berat untuk menghandle dirinya sendiri.

"Allah masih maafin Zidane kan?"

"Zidane udah banyak ngeluh. "

"Zidane masih mau hidup. "

"Amal Zidane belum cukup. "

Punggung pemuda itu sedikit bergetar karena menahan tangis, dia merasa bersalah atas apa yang terjadi tadi malam. Dia menyesal karena mengikuti suara yang entah datang darimana, kebut-kebutan tidak akan membuatnya tenang—tenang dalam artian pulang ke tempat yang sebenarnya? Dia rasa salah, amalnya saja belum cukup, bagaimana dia bisa pulang dalam keadaan yang seperti itu? Dia tidak bisa tenang.

"Amal gue belum cukup. "

"Gue lega karena gue masih bisa hidup. "

Pada kenyataannya, ucapan yang dia lontarkan malam itu karena dia tidak bisa mengendalikan emosinya. Dia terlalu lelah untuk menghadapi kenyataan di dunia ini, tanpa memikirkan jika kehidupan yang sebenarnya akan dimulai setelah dia meninggalkan dunia. Dia masih takut untuk mati, dia tidak ingin menyesali kesalahannya terlambat, karena jika dia menyesal nanti, dia tidak akan bisa memperbaikinya.

"Amal yang banyak pun juga nggak menjamin kan?"

"Gimana amal gue yang jelas masih sedikit?"

Allah itu sayang sama hambanya.

Di detik itu, Zidane kini menangis.

"Zidane, apa yang terjadi?"

Suara itu membuat Zidane tersentak, pemuda itu kini membuka matanya dan menghapus air matanya kasar.

"Apa ada yang sakit?"

Pemuda itu menggelengkan kepalanya, dilihatnya Fikri yang menatapnya dengan sorot mata khawatir. Dia pasti salah faham, dia menangis sambil menutup mata bukan? Entahlah kenapa dia merasa sedikit lucu.

Transmigrasi Mantan Santri? [Otw terbit✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang