55

35.5K 4.6K 555
                                    

"Cal! Lo apa-apaan sih?!" Suara Ella terdengar, dia menatap tak percaya ke arah Callie yang mengatakan sejujurnya, pengakuan itu benar-benar diluar perkiraannya. "Kenapa lo bilang kayak gitu?" Dia mengguncang tangan Callie pelan, namun sama sekali Callie tidak meresponnya.

"Callie, lo apaan sih ngomong kayak gitu?" Dea ikut menatap ke arah Callie dengan tatapan tak percaya. Dia beralih menatap Ella, gadis itu terlihat kesal dengan hal yang diucapkan Callie sebelumnya.

"S—saya memang membully Selly selama ini, tapi untuk kejadian tadi, saya sama sekali tidak terlibat. Bukan saya yang mengurung Selly di gudang. " Callie kini menunduk. Dia tidak berbohong kali ini, dia hanya berada di kelas saat kedua temannya itu merencanakan sesuatu hal untuk Selly, karena dari awal Callie memang menolaknya.

"Jadi kedua teman lo ini ngelakuinnya?" Sandi berujar gamblang.

"Lo pasti bohong. " Callie menoleh ke arah Bastian yang bersuara. "Sejak kapan lo bisa pisah dari mereka? Kalo mereka ngelakuin sesuatu, lo pasti ikut terlibat! Karena otaknya mereka pasti ada di lo, nggak usah ngelak. "

Callie mengalihkan pandangannya. "Gue emang nggak ngelakuinnya, " balasnya dengan suara tertahan, hal itu sempat membuat Bastian terkejut mendengar bahasa yang Callie gunakan berbeda dari biasanya. "Kalo lo nggak percaya lo bisa cek cctv, gue sama sekali nggak terlibat tadi, lo tanya aja ke Selly. "

"Selly?"

Gadis itu kini mengangguk dengan meremat kuat ujung roknya, dia mendongakkan kepalanya perlahan, kemudian melirik ke arah kedua teman dari Callie. "M—mereka, Callie nggak terlibat. "

"Bohong! Lo emangnya ada bukti?!" Ella bangkit dari tempat duduknya, dia bahkan ingin menghampiri Selly, namun lebih dulu Callie menarik tangannya untuk kembali duduk. "Lepas! Apaan sih lo Cal, kita sama sekali nggak ngelakuin apa-apa! Bastian juga nuduh tanpa bukti tadi!" Dia menghempaskan tangan Callie dari tangannya dengan kesal.

"Oke, buat buktiin lebih jelas cek cctv sekolah, " sahut Zidane datar, namun hal itu malah membuat keduanya serempak menggelengkan kepalanya tak setuju.

"E—enggak, ngapain harus pake cctv sih? Masalahnya nggak penting gini. " Dea menatap Zidane tak terima, dia beralih menatap ke arah Callie. "Cal, lo kenapa nggak ngomong apa-apa sih?! Kenapa lo diam aja saat mereka nyudutin kita? Maksudnya—gue sama Ella, lo aneh Cel! Lo biasanya belain kita. "

Callie perlahan melepaskan pegangan Dea dari bahunya. "Gue mau masalah ini cepat kelar, gue—"

"Tadi kita cuman bercanda, " sahut Ella kembali. "Nggak usah cek cctv, gue sama Dea tadi cuman bercanda! I—iya tadi kita cuman bercanda. Iya kan?" Dia melirik ke arah Dea, yang kemudian dibalas anggukan gadis itu.

"Halah, nggak konsisten! Katanya tadi nggak ada, sekarang cuman bercanda. " Sandi menyahut kesal, dia memutar bola matanya malas menghadap keduanya. "Gaje bat lo berdua, kalo salah mah ngaku! Ini ngelak, puter-puter omongan lo berdua, dih. "

"Lo ya—"

"Kenapa hah? Sini, gue jabanin!"

"Diam!" Bu Sukma melerai, wanita itu nampaknya dibuat menahan emosi mendengar perdebatan mereka yang tidak menemui ujung. "Diam kalian semua! Jangan membuat suasana semakin—" Suara Bu Sukma terhenti, wanita itu dengan cepat berdiri saat melihat kepala sekolah berada di ambang pintu, dan dia dibuat terkejut saat melihat jika kepala sekolah tidaklah sendiri, melainkan bersama orang penting sekolah ini.

"Om Anggara?" gumam Bastian, yang masih bisa didengar oleh Sandi di sebelahnya.

"P—papah?" Zidane menatap tak percaya. Dia lihat jika ada sosok Anggara berdiri di ambang pintu, hal itu membuat jantungnya mendadak berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Mengapa pria dewasa itu bisa berada di sekolahnya? Orang yang selama ini berusaha dia hindari untuk kesekian kalinya?

Transmigrasi Mantan Santri? [Otw terbit✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang