58

36.9K 4K 311
                                    

"Gue mau bicara penting sama lo. "

"Bicara apa? Bukannya kita nggak ada urusan?" Zidane membalas tak kalah datar.

"Jangan disini. " Setelah membalas, Alvero malah menyeret Zidane keluar dari Kantin tanpa persetujuan pemuda itu sendiri. Zidane dibuat pasrah, untuk kedua kalinya dia harus merelakan tangannya untuk ditarik. Dan di saat mereka sudah menjauh beberapa langkah dari sana, Alvero pun menghentikan langkahnya. "Disini aman?" Dia bergumam sambil melebarkan pandangannya ke arah sekitaran tempat itu.

"Lo mau bicara apa?" Zidane kembali mengangkat suaranya, dia melihat ke arah Alvero yang terdiam sesaat saat mendengar ucapannya.

"Lo tau Revin?"

Mendengar nama itu, Zidane tertegun. Dia masih ingat jika beberapa waktu lalu, dia pernah mendengar pemuda di depannya berbicara dengan seseorang dari seberang telpon. Alvero berbicara tentang kekesalannya, dan yang dia pikir, besar kemungkinan itu adalah dirinya sendiri. Entah kenapa, pikirannya langsung tertuju pada Revin. "Tau, kenapa?"

Alvero membuang wajahnya. "Lo tau Revin? Kapan terakhir—Bang Revin hubungi lo?"

"Seminggu lalu. "

"Lo beneran orang yang selama ini Bang Revin andalkan? Kenapa lo keliatan santai gini?" Alvero mengusap gusar wajahnya. "Dia bilang—lo orang yang selama ini dia andalkan! Lo niat nggak sih rencana yang selama ini lo susun sama dia? Lo bahkan nggak bertindak apa-apa! Rencananya yang katanya pengen lo handle selama ini, nyatanya nggak ada hasilnya. "

Zidane kembali tertegun, namun dia dengan cepat menatap kembali ke arah Alvero yang terlihat sedikit raut emosi tergambar di wajahnya. "Apa hubungan lo sama Bang Revin?" Bukannya membalas hal tadi, Zidane malah mempertanyakan hal lain, dan hal itu sempat membuat Alvero tersentak.

"Itu nggak penting, lo nggak perlu tau. Jawab aja pertanyaan gue yang tadi, lo sebenarnya berpihak sama Bang Revin—atau malah Bokap lo?"  Melihat Zidane yang masih tidak menjawab, membuat Alvero kembali mengangkat suaranya, "Lo diam kan? Berarti bener dugaan gue selama ini, lo berpihak sama Bokap lo itu! Cih, lo ingkari janji lo sendiri. Bang Revin itu berharap banyak sama lo! Dia lihat lo menggebu-gebu hancurin bisnis ilegal Bokap lo! Dan sekarang?"

"Lo nggak tau apa-apa tentang itu. " Zidane membalas dingin, tangan pemuda itu perlahan terkepal. Entah kenapa, perasaannya mendadak aneh di saat pemuda di depannya mengatakan hal itu. "Lo sebenarnya siapa sih? Kenapa lo tiba-tiba ngebahas ini?"

"Jangan ngalihin pembiakan, selama ini lo sebenarnya dukung Bokap lo kan? Lo cuman manfaatin Bang Revin buat memihak sama lo! Dan di saat yang tepat, lo berbalik hancurin dia! Gue tanya, sekarang Bang Revin dimana hah? Lo pasti tau kan?! Jangan-jangan dibalik ini semua lo sama Bokap lo—" Belum sempat Alvero menyelesaikan ucapannya, lebih dulu Zidane menyela.

"Jaga ucapan lo!" Zidane berusaha mengontrol nafasnya yang sedikit memburu, dia mengusap gusar wajahnya setelahnya. "Gue nggak tau Bang Revin dimana, dan—gue nggak ada sangkut pautnya dengan bisnis ilegal itu! Jelasin sama gue, kenapa tiba-tiba nuduh? Gue nggak bakal faham maksud lo kalo lo nggak jelasin, gue sama sekali nggak tau masalah itu. "

"Nggak usah ngelak, Bang Revin nggak bisa dihubungi dari 2 hari yang lalu! Dia hilang. Dan gue yakin itu pasti ada sangkut pautnya sama Bokap lo itu, terlebih Bang Revin coba buat kekacauan di Perusahaannya. Dia udah hubungi lo buat bantuin dia—lo pasti udah tau itu kan? Lo pasti yang udah ngelaporin masalah itu ke Bokap lo. "

Kali ini pemuda itu terdiam, jauh-jauh hari dia pernah mendapat chat dari Revin, namun dia memilih tidak meresponnya. Bukan apa-apa, dia merasa kalut akhir-akhir ini, dan membuatnya tidak bisa berpikir jernih untuk membahas masalah itu, dan akhirnya melupakan chat tersebut.

Transmigrasi Mantan Santri? [Otw terbit✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang