Bastian dkk kini sudah kembali dari Kantin dan menyusuri koridor sekolah. Kelima laki-laki most wanted yang dijuluki juga sebagai pangeran sekolah, tidak henti-hentinya ditatap sorot mata penuh kekaguman. Siapa yang tidak menyukai mereka? Bahkan mereka seakan berlomba-lomba untuk menarik perhatian kelimanya.
"Eh, apaan tuh?"
"Si Callie nggak sih?"
"Bas, ketos lo Bas! Tindak, tindak!"
Bastian mengepalkan tangannya kuat, saat melihat Callie—gadis yang sudah dua tahun lamanya mengejarnya itu tengah menjambak seorang siswi berkacamata. Dia yakin, jika Callie melakukan aksi bullying yang entah pada siapa. "Callie!"
Dengan geram, dia menahan tangan Callie yang ingin menampar siswi tersebut dengan tangannya. "Apa yang lo lakuin?!" Dia menghempaskan tangan itu kasar, yang membuat Callie meringis pelan.
"Bastian? I-ini salah faham, " gagapnya, namun tentu hal itu tidak membuat Bastian percaya. Ini sudah yang kesekian kalinya dia melihat Callie melakukan bullying.
"Nggak bosen apa lo bully orang mulu, Li?" Sandi menggeleng-gelengkan kepalanya, diikuti dengan gerakan mulutnya. "Jahat banget dech. "
"Iya nich, " timpal Tiko mengikuti gerakan Sandi.
"Lo—diem lo!" bentak Callie tak suka. "Bas, ini bukan seperti yang kamu lihat! Dia—dia tadi nabrak aku!"
"Nabrak mah nabrak aja, nggak usah pake dijambak-jambak, " ketus Feri tak suka. "Nggak ada harga diri lo? Atau bosen hidup? Kelakuan lo tuh nggak sen9n9h banget. "
"Bener tuh, kalo suka sama Bastian minimal sadar diri. " Sandi ikut membenarkan. "Makeup lo juga kayak tante-tante girang, nih juga sama antek-antek lo berdua, " tunjuknya pada dua wanita yang berdiri di belakang Callie. Mereka juga mendadak bungkam, siapa yang berani dengan circle berbahaya mereka ini? Mereka masih sayang hidup untuk tidak ikut campur.
"Sama gue aja gimana?" Tiko mengedipkan matanya sebelah, yang membuat Sandi bergidik ngeri. "Bercanda, ya kali gue mau. "
"Diam, " ketus Bastian tak bersahabat, yang membuat ketiganya langsung diam. Aura yang ditunjukkan Bastian sebenarnya masih kalah dengan Radja, namun aura kepemimpinannya mendominasi dari yang lain, sekalipun itu adalah Radja. Selain merupakan leader ketua geng, tentu dia tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai ketua OSIS.
"Gue nggak peduli alasan lo! Apapun itu sikap lo ini tetap salah!" Dia mendorong Callie cukup kasar, kemudian berjongkok menatap ke arah siswi tersebut datar. "Lo nggak papa?"
Siswi tersebut mendongak, legam mata milik gadis itu membuat Bastian sempat tertegun, keduanya terjebak pada tatapan mereka masing-masing. Callie, dan dua sahabatnya bernama Ella dan Dea, langsung saling pandang. Dan setelahnya, Callie mengepalkan tangannya kuat merasa tak suka.
Sandi, Tiko dan Feri melihat hal itu sedikit terkejut. Namun langsung dibuyarkan oleh Sandi yang terbatuk-batuk seolah menyadarkan keduanya. Dan lain halnya dengan Radja yang tidak memperhatikan itu, seolah tatapannya terkunci pada siswa yang berstatus sebagai Adik dari sahabatnya, juga Adik kelasnya. Dan tak lama, dia berjalan menghampirinya.
"Ngapain lo disini?"
Zidane menegang, dia menelan saliva nya kasar. Dia sedikit mengumpat author, karena menciptakan tokoh dengan suara serak seperti ini, dan jangan lupakan jika wajahnya datar seperti triplek. Mengapa tidak Daffa saja? Ternyata ada tokoh lain yang juga selaras dengan temannya itu, sangat menjengkelkan.
"Apa urusan lo?" Zidane membalasnya tak kalah datar, namun dengan wajah menahan kesal, tidakkah bisa dia menonton dengan tenang melihat dua protagonis utama bertemu? Ingat, Zidane ini manusia, dia tidak sebaik yang dipikirkan, dia juga memiliki emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Mantan Santri? [Otw terbit✓]
Teen Fiction[Part masih lengkap, follow dulu baru baca🤸] Bukan BL!!! Yang bilang bl ta geprek😬 Blurb; Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita? Plot twist, teka-teki!