15

52.4K 4.9K 149
                                    

Hai ges, ketemu lagi.

Jan lupa follow akun author awankumulus_

.
.
.

___________

Malam harinya, Zidane memegang Al-Qur'an di tangannya. Mulutnya juga tidak henti-hentinya mengeluarkan suara sejak tadi, menghafalkan ayat-ayat yang tertera di dalam mushafnya. Ya, dia berniat untuk kembali menghafalkan Al-Qur'an setelah beberapa hari dia terjebak di situasi tidak mendukung.

"Hue, ayatnya susah. "

Zidane menenggelamkan wajahnya, setelah menutup mushaf Al-Qur'an nya. Apa ini karena lapar? Setelah kejadian tadi siang, dia tidak ingin keluar dari kamarnya karena masih merasa jengkel dengan kejadian itu. Apalagi, harus bertemu Feri nantinya.

"Gue kelaperan, kagak berani keluar tapi. "

"Gue masih malu, woy. "

"Takut juga sih, masa iya harus ketemu sekarang. Gue bingung harus bersikap apa entar. "

"Apa gue kabur apa ya? Alurnya kan juga berantakan?"

Pikiran random terlintas, apa dia harus mengakhirinya dengan pindah rumah? Namun rasanya tidak elite jika dia harus pergi dari tempat ini, padahal dia berniat mengubah pandangan keluarga asli pada sosok Zidane. Hanya sedikit, untuk menghindarkan kematiannya di tangan Papahnya, Anggara.

"Papah masih dendam sama gue. "

"Lucu dong kalo gue kabur, tuh Bapak-bapak masih dendam sama gue. Kalo seandainya gue kabur, emang tuh Bapak-bapak kagak bakal bunuh gue apa?"

"Walaupun alasannya karena gue obsesi sama tuh protagonis cewek! Tapi kan bisa jadi? Apa sih yang author kagak bisa? Yang harusnya isdet di akhir aja bisa dibikin hidup dengan alasan mimpi. "

Zidane menghembuskan nafasnya kasar. Rasanya berat jika dia harus meninggalkan kediaman ini, dia masih ingin melanjutkan keinginannya itu, walaupun hanya sedikit. Dia juga masih sayang nyawa, bisa-bisa saja laki-laki itu marah besar dan malah membunuhnya?

"Aish! Gue kan mau menghafal tadi. " Dia kembali membuka mushafnya, dan kembali melanjutkan ayat-ayat yang sedari tadi dia ulang-ulang untuk menghafalkannya. Matanya terpejam untuk memfokuskan diri, mungkin warna hitam itu akan lebih membuatnya fokus dibandingkan menatap sudut-sudut kamar yang isinya benda-benda berharga.

10 menit lamanya telah berlalu, suara ketukan pintu membuat Zidane menghembuskan nafasnya pelan. Dia sedikit kesal karena acara menghafalnya diganggu sebenarnya, padahal saat-saat terakhir dia sudah mulai fokus menghafal, dan mendapatkan 3 ayat awal dari pojokan kanan mushafnya.

"Ah ini, gue ketinggalan ولا. "

Dia masih membawa mushaf di tangannya dengan bacaan Al-Qur'an nya yang terdengar pelan, tidak menyadari jika ada sosok yang memperhatikannya saat dia membuka pintu pertama kali.

"Lo ngapain?"

Zidane mendongak, dia menelan saliva kasar saat dia menyadari jika orang yang mengetuk pintu tadi adalah Lian, Abang pertamanya. Namun dia dengan cepat mengubah ekspresinya. "Nggak penting. " Dia bergerak menutup mushafnya, tidakkah laki-laki itu melihatnya membawa Al-Qur'an? Apa dia perlu menjelaskannya?

"Sejak kapan lo pake baju kayak gitu?"

Zidane menatap pakaiannya, dia lupa jika dia masih mengenakan baju koko sehabis dia shalat magrib tadi. Dia memilih untuk tidak menjawabnya, dan malah menatap ke arah Lian penuh tanda tanya. "Ada apa—Bang?" Dia ragu saat menyebutkan kata terakhirnya, namun dia harus membiasakan diri.

Transmigrasi Mantan Santri? [Otw terbit✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang