61

31.3K 4.4K 1.1K
                                    

Malam semakin larut, guyuran hujan yang sejak tadi membasahi bumi pun mulai mereda. Sejak satu jam lalu, Feri benar-benar menuntaskan keinginannya untuk mencari keberadaan Zidane, namun dia kehilangan jejak. Pikirannya juga semakin dibuat gelisah, mengingat terakhir kali dia sempat melihat motor Zidane yang melaju kencang di tengah guyuran hujan yang masih deras.

"Zidane. "

"Gue harap lo baik-baik aja. "

Pemuda itu mengacak kasar rambutnya yang basah karena guyuran hujan, dia bahkan mencari keberadaan Zidane tanpa memperdulikan keadaannya yang basah kuyup. "Lo kalo ada masalah, selalu aja kebut-kebutan di jalan. Jangan mentang-mentang lo jago balapan, malah kebut-kebutan pas ujan gini. "

"S*al! Lo dimana sih?"

"Telpon gue nggak lo respon. "

"Chat apalagi. "

"Lo sebenarnya dimana sih?"

Dia mulai meredupkan tatapan matanya, pemuda itu menatap ke arah jalanan yang mulai terlihat sepi. Dia sudah berulang kali menelusuri jalanan yang dirasa memungkinkan Zidane melewatinya, namun hasilnya nihil. Dia juga mengumpat dirinya sendiri karena sempat melontarkan kata-kata yang tak mengenakkan beberapa jam yang lalu.

"Maafin gue-"

"-lo mungkin ngerasa tersinggung dengan kata-kata gue waktu itu, maaf. "

"Gue peduli sama Bastian, dia ngalamin hal yang nggak mengenakkan tentang keluarganya. "

"Gue saudara br*ngs*k kan? Gue terlambat sadar kalo sebenarnya lo juga punya luka yang sama tentang keluarga, gue bahkan nggak pantas disebut saudara. "

Feri kini terdiam, kejadian beberapa waktu lalu masih terngiang-ngiang di benaknya, saat dia baru mengetahui jika Zidane memiliki masalah dengan mentalnya yang membuatnya dirujuk untuk ke psikolog atau psikiater. Dan dia baru tau, tempo lalu jika Zidane sudah dibawa ke psikolog-namun katanya pemuda itu masih enggan untuk terbuka. Dia mengetahuinya juga karena memaksa Kamila untuk menjelaskan semuanya.

Perasaannya benar-benar tak karuan setelah dia mengetahui fakta itu, dia bahkan hampir tidak mempercayai apa yang dikatakan Kamila, Mamahnya. Namun mengingat apa yang terjadi akhir-akhir ini, semua itu bisa saja terjadi kan?

"S*al! S*al!"

Feri menggelengkan kepalanya cepat, dia dengan cepat menghidupkan kembali mesin motornya. Dan melesat pergi meninggalkan tempat itu, dia berniat melanjutkan keinginannya untuk mencari Zidane. Dia hanya bisa berharap, jika dirinya tidak bisa menemukan Zidane di luar, dia berharap jika dia bisa menemukan Zidane di Mansion ketika pulang nanti.

"Kenapa rame-rame?"

Setelah beberapa meter dia menjalankan motornya, dia mendadak menghentikan laju motornya saat melihat segerombolan warga tak jauh berada di tempatnya, bukan hanya warga, melainkan ada beberapa polisi yang terlihat mengamankan sebuah truk yang sudah rusak parah di area depannya. "Kecelakaan?"

Pandangan pemuda itu kembali mengedar, pikirannya pun mulai terasa liar saat dugaan itu hinggap di kepalanya. Dia dengan cepat menuruni motornya dan membelah kerumunan warga-warga yang dilihatnya tadi, dan di saat itu jantungnya berdetak tak karuan.

"I-itu motor Zidane?"

Kakinya terasa melemas, dia melihat sebuah motor sport yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri nampak rusak parah, lebih dari truk yang tadi barusan dilihatnya, seperti ada kecelakaan mengerikan yang baru saja terjadi. Dan yang bisa ditangkapnya, motor tersebut yang menjadi sasaran empuk truk tersebut.

"G-gimana korbannya? Dimana?!"

Feri kalang kabut, matanya bahkan sudah bersiap menumpahkan air mata. Dia ingat plat motor milik Zidane, dan itu sama dengan yang dilihatnya. Nafasnya terasa lebih cepat, menahan sesak yang begitu kentara di dalam lubuk hatinya, kondisi motornya saja seperti ini, lantas bagaimana korbannya? Apa bisa selamat?

Transmigrasi Mantan Santri? [Otw terbit✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang