Bab 9

17 6 0
                                    

Hari ini, Indra melakukan kunjungan ke salah satu rumah muridnya. Ada salah satu muridnya yang bermasalah. Namanya Fando. Selama satu minggu terakhir, dia tidak mau masuk sekolah tanpa alasan yang jelas.

Berdasarkan observasi Indra, Fando memang anak yang cukup pemalu dan tidak begitu aktif saat pembalajaran di kelas. Meskipun begitu, dia pada aslinya pintar karena nilainya bagus di beberapa mata pelajaran.

Indra sempat menelpon orang tua Fando untuk membuat janji temu dengan orang tua Fando. Kebetulan, panggilannya saat itu dijawab oleh seorang pembantu di rumah Fando. Dari nada suaranya, pembantu itu kelihatannya sudah tua.

"Begini, Bu. Rencananya, saya ingin melakukan kunjungan ke rumah Fando pada hari Minggu untuk membicarakan masalah Fando. Saya berharap bisa bertemu secara langsung dengan orang tua Fando," ucap Indra.

"Baik, Pak! Nanti saya sampaikan kepada Nyonya," jawab pembantu tersebut. Panggilan telepon itupun berakhir.

Kunjungan hari ini sebenarnya bukan inisiatif Indra saja, tetapi Bu Citra serta guru-guru lain juga menyarankan seperti itu. Karena kunjungan ini adalah pengalaman pertama Indra, dia merasa gugup. Ada ketakutan jika dia nanti tidak bisa membuat kesan yang bagus dengan wali murid.

Saat mengetahui alamat rumah Fando, Indra sempat terkejut karena anak itu tinggal di sebuah perumahan yang elite. Dia menurunkan kecepatan motornya sembari mencari-cari rumah dengan nomor yang sesuai dengan alamat tersebut.

Ketemu. Indra seolah tidak percaya dengan yang dia lihat pada saat ini. Sebuah rumah mewah tiga tingkat terlihat berdiri kokoh. Bangunannya didominasi dengan cat warna putih. Rumah itu langsung mengingatkan Indra dengan cerita-cerita FTV.

Indra memencet tombol bel di pintu gerbang. Suasana di rumah itu tampak sepi. Sepertinya tidak ada orang. Indra mencoba menelpon kembali nomor rumah Fando. Nihil. Tidak ada jawaban sama sekali.

Selama menunggu kurang lebih setengah jam, sebuah mobil sport berwarna putih terlihat mendekat ke arahnya. Seorang ibu-ibu muda umur 30'an keluar dari mobil itu. Dia mengenakan sebuah tanktop serta celana ketat. Dari tampilannya, dia sepertinya baru berolahraga.

Ibu muda itu berjalan dengan sedikit gemulai. Kulitnya bening. Mulus. Cantik pula. Indra menelan ludah. Jarang-jarang dia melihat pemandangan seindah itu.

"Pak Indra, ya? Sudah lama menunggu di sini?" tanya ibu muda tersebut.

"Baru setengah jam, Bu. Benar ini rumah Fando?" jawab Indra dengan sedikit grogi.

"Iya, saya ibunya Fando. Silahkan masuk!" ujarnya sembari membuka pintu gerbang.

Setelah memakirkan mobilnya di garasi, ibu Fando mempersilahkan Indra untuk duduk di ruang tamu. Dia jua meminta Bi Inem untuk membuatkan teh. Bi Inem sedari tadi sibuk membersihkan halaman belakang. Jadi, dia tidak tahu kalau ada tamu.

Ibu Fando kini tampil berbeda dibandingkan beberapa saat yang lalu. Dia mengenakan baju yang rapi dan sedikit ketat. Indra jadi semakin resah dan tidak fokus saat bertatapan dengan Fando. "Itunya" terus berdiri tegak. Sialan, pikir Indra dalam hati.

"Begini, Bu. Seperti yang sudah saya sampaikan kemarin, saya ke sini ingin membicarakan masalah Fando. Dia sudah seminggu ini tidak masuk sekolah. Apakah ibu tahu penyebabnya? Saya ingin membantu agar Fando bisa ke sekolah lagi," ucap Indra.

"Saya sangat jarang berada di rumah karena saya sibuk kerja, Pak. Saya juga bingung karena anak itu tiba-tiba mengurung diri di dalam kamar," jawab ibu Fando.

"Fando sekarang ada di mana, Bu? Saya ingin berbicara dengan dia secara langsung."

"Dia ada di kamarnya, Pak."

Begini Rasanya Jadi Pak GuruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang