Indra pernah membaca sebuah quotes percintaan yang menjelaskan bahwa menjalin hubungan butuh kepercayaan yang kuat satu sama lain. Apabila hati dipenuhi dengan rasa curiga, tidak ada yang namanya rasa damai dan tentram dalam sebuah hubungan.
Indra setidaknya mencoba untuk mempercayai hal tersebut. Akan tetapi, kecurigaan terus saja bermunculan di dalam hati Indra. Indra tidak begitu yakin, tetapi dia merasa bahwa Valen telah berubah.
Belakangan terakhir, Indra seringkali mendapati Valen memasang ekspresi yang linglung. Saat mereka sedang bersama, pikiran Valen seolah-olah berada di tempat lain.
“Kamu kenapa?” tanyanya dengan rasa penasaran sembari menatap wajah perempuan itu lekat-lekat. Berharap bahwa Valen bisa menceritakan keluh kesah atau beban yang mungkin menghantuinya.
Namun, Valen tetap bertingkah seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Dia mengeluarkan senyuman kecil penuh kepalsuan ke arah Indra. Sebenarnya, apa yang sesungguhnya terjadi? Pertanyaan itu menjadi teka-teki yang menyelimuti hati Indra.
***
Pada suatu hari di bulan April, Valen merayakan ulang tahun bersama Indra di rumahnya. Dia telah menyiapkan banyak hal, mulai dari kue, cemilan-cemilan ringan, serta beberapa dekorasi sederhana yang menghiasi ruang tamu.
“Orang tua lo ke mana, Val?” tanya Indra yang penasaran usai melihat suasana di rumah Valen lengang. Hanya ada mereka berdua di sana.
“Ehm … mereka lagi pergi, Ndra. Maaf, kita hanya bisa merayakannya berdua saja,” jawab perempuan tersebut. Indra merasa cukup lega karena Valen bisa bersikap ceria seperti hari-hari biasanya.
Mereka mulai memotong kue ulang tahun yang di atasnya terdapat lilin berbentuk angka 17. Pada saat yang bersamaan, lagu Happy Birthday terdengar memenuhi suasana ruang tamu itu dengan ceria. Keduanya saling bercanda dengan mengoleskan krim kue sampai wajah mereka belepotan.
Valen menyerahkan hadiah ulang tahun yang telah dipersiapkan jauh-jauh hari. Dia membeli sebuah jam tangan kekinian berwarna hitam. Indra menerima hadiah itu dengan senang hati. Lantas, dia langsung memakai jam tersebut.
“Lo suka nggak, Ndra?” tanyanya dengan tatapan serta tingkah manja.
“Tentu saja, Val.”
Valen lalu menuangkan sebuah minuman ke gelas Indra sembari mendekatkan dirinya ke tubuh Indra. Rasanya, Valen terlihat lebih aktif pada hari itu. Dia memberikan sentuhan fisik yang lebih intens ketimbang hari-hari biasanya.
Ketika Indra menenggak minuman tersebut, dia langsung tersentak dan memasang reaksi terkejut. Awalnya, Indra mengira bahwa minuman itu adalah teh karena warnanya kuning kecoklatan. Namun, rasa minuman itu cukup aneh saat sampai di lidahnya.
Indra tahu bahwa minuman yang dituangkan oleh Valen mengandung alkohol karena dulu dia pernah mencicipinya secara tidak sengaja. Dia pun cukup sering mabuk bersama teman-temannya, tapi dia kemudian berhenti setelah dia dimarahi oleh ayahnya.
Kepala Indra tiba-tiba sedikit pusing. Sepertinya, kadar alkohol di minuman itu cukup tinggi. Makanya, efeknya langsung terasa bagi Indra, apalagi dia terkenal gampang mabuk di kalangan teman-temannya dulu.
“Ada satu lagi hadiah yang mau aku kasih, Ndra.” Valen tiba-tiba melakukan sesuatu yang tidak terduga. Perempuan itu menanggalkan satu per satu pakaian yang dikenakannya secara perlahan-lahan hingga lekukan di tubuhnya terlihat sangat jelas.
Indra menelan ludah saat dia melihat pemandangan indah tepat di kedua matanya. Aliran darahnya terasa semakin cepat. Insting binatang mulai bangkit dan mengambil alih dirinya, apalagi Valen semakin intens dalam menggoda Indra.
Mata Indra terus tertuju kepada setiap bagian tubuh Valen. Dia lambat laun terbawa arus permainan yang dibuat oleh Valen. Dia mencium bibir perempuan tersebut seraya meraba-raba bagian tubuh Valen dengan cukup agresif.
Ketika Indra mulai dikendalikan oleh nafsunya, suara ponsel Indra tiba-tiba berdering dengan keras karena ada panggilan telpon yang masuk dari si Ceper. Indra langsung menghentikan tindakannya lalu menjauh dari Valen secara refleks.
“Maaf, Val. Gue enggak siap. Gue emang cinta sama lo, tapi bukan hubungan yang seperti ini yang gue mau,” ucap Indra dengan kalimat yang sedikit terbata-bata. Gurat wajah Indra terlihat carut marut antara kesal, sedih, dan bercampur frustasi.
Pada saat itu juga, Valen terdiam serta tertunduk penuh rasa malu. Tangisnya pecah dan membasahi kedua matanya. Jujur, Indra tidak bisa mengerti dengan semua yang terjadi. Dia selalu percaya bahwa Valen bukanlah perempuan murahan yang bisa bertindak seperti itu.
“Lo kenapa sih, Val? Akhir-akhir ini, gue enggak bisa mengerti isi pikiran lo. Kenapa lo tiba-tiba jadi seperti ini? Emangnya ada masalah apa? Lo cerita ke gue!”
“Maaf, Ndra. Tinggalin gue sendirian untuk saat ini! Please!” Setelah membisu selama beberapa menit, hanya kata-kata itulah yang terucap dari bibir Valen. Tidak ada penjelasan apapun yang menjawab rasa penasaran Indra.
Melihat suasana Valen yang sangat kacau, Indra tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Dia terpaksa pulang dengan perasaan yang gundah gulana. Tanpa disadari oleh Indra, hari itu adalah hari terakhirnya bertemu dengan Valen.
***
Hubungan Indra dengan Valen semakin memburuk pasca kejadian di hari ulang tahunnya. Perempuan itu selalu menghindar setiap kali Indra menghubunginya, padahal Indra hanya ingin menanyakan kabarnya.
Indra pun sempat curhat kepada Ceper tentang masalah tersebut. Lagi-lagi, Indra mendapat sebuah kejutan yang membuat dunianya seakan-akan runtuh.
“Valen sudah nggak sekolah selama seminggu. Kata anak-anak, dia sih udah pindah sekolah. Emangnya lo nggak tahu, Ndra? Kan, lo pacarnya?” tanya Ceper secara lugas sembari menghisap rokok kreteknya.
Indra tidak merespons perkataan dari Ceper. Kepalanya masih sulit mencerna informasi tersebut. Bisa-bisanya Valen pergi tanpa memberitahu apapun tentang dirinya. Saat itu, Indra langsung cabut dan pergi menuju ke rumah Valen.
Di sana, Indra menemukan hal yang sangat mengejutkan. Rumah itu sudah kosong. Terdapat sebuah plakat yang bertuliskan bahwa rumah itu mau dijual.
Indra bertanya ke tetangga sekitar untuk menanyakan seputar hal tersebut. Namun, kompleks perumahan itu kebetulan lagi sepi. Menurut penuturan satpam penjaga perumahan itu, keluarga Valen melakukan pindahan secara mendadak beberapa hari sebelumnya.
Pada akhirnya, hubungan Indra dan Valen berakhir tanpa adanya kejelasan. Kenyataan tersebut terlalu menyakitkan untuk diterima oleh Indra. Kisah cinta mereka tinggal menyisakan puing-puing kenangan yang terasa getir untuk diingat kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Begini Rasanya Jadi Pak Guru
Ficción GeneralSetelah menganggur selama beberapa bulan, Indra akhirnya mendapatkan pekerjaan sebagai seorang guru di sebuah SD. Kabar itu sangat membahagiakan karena dia memang ingin mendedikasikan dirinya untuk menjadi seorang pengajar. Selama mengajar di SD ter...