Bab 27

7 0 0
                                    

Suara debur ombak terdengar memecah keheningan di antara Indra dan Valen. Mereka berjalan di tepian pantai dalam suasana yang sangat canggung. Masing-masing punya keraguan untuk saling mengungkapkan isi pikiran masing-masing.

“Jujur, aku selalu menunggu-nunggu momen ini. Aku ingin berbicara denganmu seperti dulu lagi, apalagi masih banyak teka-teki yang masih belum bisa kupahami,” ucap Indra yang pertama kali memulai pembicaraan.

Valen masih terdiam dengan tatapan yang sedikit sayu. Namun, keadaannya masih lebih baik jika dibandingkan beberapa hari yang lalu. Akibat insiden yang terjadi pada malam itu, Valen sempat mengalami depresi yang berat. 

Peristiwa malam itu memang meninggalkan trauma yang berat. Pada malam itu, Dion berada di bawah pengaruh obat-obatan. Dion meminta sejumlah besar uang kepada Valen untuk membeli benda terlarang tersebut. 

Seluruh tabungan Valen selama ini sudah habis dikuras oleh Dion. Andaipun dia pada saat itu punya uang, dia tidak akan memberikannya untuk Dion karena dia sudah muak dengan kebiasaan buruk Dion. Pria itupun marah dan melakukan tindakan yang di luar nalar.

Meskipun Valen sudah ditahan di kantor polisi atas kasus tindakan KDRT dan narkotika, ketakutan-ketakutan itu masih menghantui Valen. Dia sempat dibawa ke salah satu psikiater untuk mendapatkan terapi. Syukurlah, keadaannya lambat laun lekas membaik secara berangsur-angsur. 

Hal itu tidak lepas dari dukungan Renita, Indra, dan Bu Citra yang selalu ada menemaninya. Entah bagaimanapun caranya, Valen harus bangkit kembali demi Renita. Gadis kecil itu masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu.

“Aku hanya ingin minta maaf sebesar-besarnya kepada kamu, Ndra. Apa yang sudah kulakukan ke kamu terlalu kejam,” ucapnya dengan lemah. Bibirnya bergetar. Gurat wajahnya pun jadi sendu ketika mengingat kembali masa-masa itu.

“Aku tahu kamu punya alasan meninggalkanku waktu itu. Aku sudah tidak peduli lagi dengan semua itu. Namun, ada satu yang mengganjal di hatiku karena aku masih butuh penjelasan dan jawaban darimu,” balas Indra seraya menatap ke arah langit biru yang sedang cerah.

“Ehm … rasanya terlalu berat untuk menceritakan rahasia yang kupendam rapat-rapat selama bertahun-tahun ini. Namun, aku merasa bahwa mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk jujur ke kamu.”

Ingatan Valen kembali ke tujuh tahun yang lalu, tepatnya sekitar satu bulan sebelum dia meninggalkan Indra. Hari itu adalah hari yang paling sial dalam hidup Valen yang membuat semuanya hancur berantakan.

Valen dijebak oleh salah satu teman perempuannya sesuai skenario yang dibuat oleh Dion. Diam-diam, Dion terus menguntitnya dan berusaha untuk membalas dendam. Dia tidak bisa terima melihat kebahagiaan Indra dan Valen. 

Valen diajak ke salah satu kafe oleh teman perempuannya dengan alasan untuk sekadar hang out. Namun, dia ternyata dibuat lengah dengan obat tidur. Dalam keadaan tidak sadar, dia kemudian dibawa ke sebuah hotel lantas dia diperkosa oleh Dion.

Permasalahan semakin merumit karena Valen ternyata hamil, apalagi Dion tidak mau mengakui anak tersebut dan menghilang. Valen pun berusaha menyembunyikan kehamilannya sebisa mungkin. Pada saat itu, dia merasa sangat frustasi hingga dia pun jadi kehilangan akal. 

Valen berusaha memanfaatkan Indra dengan mengajaknya berhubungan intim. Dia berniat untuk menjadikan Indra sebagai kambing hitam agar dia mengakui serta bertanggung jawab atas janin yang dikandungnya.

“Kenapa kamu nggak cerita dari dulu kalau kamu emang hamil?” Indra menyela dengan suara yang emosional. Wajahnya tampak geram bercampur pilu. Fakta tersebut terlalu menyakitkan untuk dia terima.

“Kamu nggak tahu bagaimana rasanya jadi aku pada saat itu. Apa kamu pikir masalahku langsung selesai dengan cerita ke kamu? Apa kamu mau menerimaku yang sudah ternodai oleh lelaki brengsek itu?”

Begini Rasanya Jadi Pak GuruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang