TTM 40 - SELESAI

287 4 1
                                    

Selepas istirahat dan ide mereka yang tak berjalan mulus, semuanya kembali ke kelas dengan bersama. Terkecuali, Derrel yang langsung menuju ke ruang guru untuk memastikan apakah guru selanjutnya yang mengajar ada atau tidak.

Setelah melihat tidak ada pergerakan baik dari Gilang maupun Alvia. Namun, sebenarnya, harusnya Gilang yang harus gerak satset pada Alvia. Apalah dikata jika sedari tadi mereka yang mengawasi merasakan gagal dengan rencana mereka. Kini, mereka pun beralih ke rencana B. Benar, mereka sampai memiliki cadangan rencana jika rencana pertama gagal.

Sebenarnya, baik teman Gilang maupun Alvia tidak tahu tentang hubungan Gilang dan Alvia yang sudah 'berpacaran'. Mereka murni melakukan hal itu karena mereka beberapa hari ini merasa tidak nyaman dengan suasana yang berpengaruh pada semuanya. Berpengaruh di kelas, sesama teman hingga semuanya terkesan kaku dan canggung begitu saja jika ingin bercanda.

Namun, jika memang mereka sungguh berpacaran, itu adalah berita yang sangat bagus bagi mereka.

Derrel tak mendapati guru yang akan mengisi di jam berikutnya. Ia otomatis bertanya pada salah satu guru yang ada di ruang guru lalu mendapatkan jawaban jika guru yang mengisi kelas di jam berikutnya tidak ada. Jamkos. Kedua mata Derrel berbinar, ia segera berlari menuju kelas menatap Fatah, Gilang dan teman-teman Alvia yang lain. Laki-laki itu melempar tatap pada teman-temannya seakan berbicara lewat tatapan mata.

***

Laras menggandeng Alvia—secara paksa—menuju ruang khusus OSIS. Di mana ruangan tersebut terletak di sebelah ruangan auditorium. Liana dan Mela mengikuti di sebelah Alvia yang lain.

"Ini kalian mau bawa gue ke mana, sih?" tanya Alvia terheran tak seperti biasanya mereka bertiga seperti ini.

"Nonton film," balas Liana sarkas yang malah membuat ekspresi wajah Alvia tertekuk.

"Udah pokoknya lo ikutin kita aja." Laras terus membawa Alvia hingga di depan ruang OSIS. Alvia menatap curiga lalu memberontak ketika melihat Gilang dan yang lain di dalam.

"Lo mau jebak gue, ya?" seru Alvia berusaha lepas dari Laras dan Mela yang mana keduanya dengan gesit memegang kembali kedua lengan Alvia.

"Ini namanya enggak menjebak, Vi. Kita itu bantuin lo supaya cepet baikan sama Gilang. Der!" Laras menggeret Alvia mendekat pada Gilang. Ia dudukkan Alvia pada bangku depan Gilang yang juga terlihat masam dengan kelakuan temannya.

"Oke! Karena lo pada udah di sini. Kita semua berharap setelah lo keluar dari sini, kalian berdua udah baikan. Masalah udah clear dan nggak ada lagi masalah dari kalian berdua. Lang, Via, dibicarakan baik-baik, ya? Kita tunggu di depan." Ganti Derrel menyuruh teman-temannya untuk keluar dari ruang OSIS. Membiarkan Gilang dan Alvia waktu untuk berbicara secara pelan-pelan

Ditinggalkan oleh teman-teman dan kini hanya berdua saja dalam satu ruangan membuat Alvia kikuk. Ia mengedarkan pandang menatap ruang OSIS keseluruhan.

"Vi ...?" Panggilan Gilang membuat Alvia berdegup jantungnya lebih keras. Astaga! Ada apa lagi ini.

Alvia berdeham dan menyahut. "Kenapa?" Gadis itu mengedipkan matanya berkali-kali merasa tidak siap.

"Gue mau jelasin ke lo masalah yang sempet lama belum kita bicarakan berdua. Gue boleh, kan jelasin ke lo sekarang?" Alvia merenggut, mendadak merasakan kedua matanya memanas saat Gilang menyinggung permasalahan yang belum mereka selesaikan.

"Eum ... boleh. Lo ngomong aja," ujar Alvia mempersilakan Gilang.

Gilang menatap Alvia dalam. Entah karena terlalu kangen atau bagaimana, ia sangat memuaskan menatap Alvia sekaligus berterima kasih pada teman-temannya yang membuat ide seperti ini. Laki-laki itu sempat melihat Alvia yang menyeka air mata yang luruh di wajahnya.

Tetangga Tapi Mesra [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang