Bab 22 [ TITIK YANG MENARIK ]

613 48 3
                                    

Berada pada posisi yang membingungkan, tidak mampu berucap menyimpulkan hubungan pelik yang terjadi. Tanggung jawab Kalula untuk menjaga Atma satu minggu ke depan sebelum saudaranya itu diberhentikan total dari masa sekolah. Sesuai yang diperintahkan, terpaksa ikut ke dalam mobil Anka dan menyaksikan kedekatan mereka.

Tampak menikmati, tidak mengetahui sesak pada hati.

"Nanti, jadi ajak aku ke tongkrongan Kakak, kan?" Suara lemah Atma dari kursi depan sedikit membuat mata Kalula bergerak.

"Bang Aksa gak kasih izin. Tubuh lo makin lemah, Atma," sahut Anka mengusap punggung tangan perempuan itu dalam genggamannya.

Decakan Atma disusul rengekan manja mengisi suasana mobil. Kalula yang mulanya memperhatikan perlahan membuang muka, pandangan yang jatuh pada jejeran gedung bertingkat lebih baik untuk perasaannya.

Bagaimana pun Kalula tidak berhak untuk cemburu di sini. Ingat, kedekatan Anka tidak lebih dari kasihan, lalu penasaran, dan dicampakkan.

"Aku kuat, ada Kalula. Semua yang aku butuhin, obat-obatan, makanan dari Mama, dan apapun itu tentang penyakit aku ada sama dia. Tenang, aman kok," jelas Atma menoleh pada Kalula memasang seulas senyuman.

"Ya, kan?"

Mengangguk tanpa suara.

"Kalula gak selalu ada buat lo, dia juga punya kesibukan, gak mungkin 24 jam," dengus Anka terganggu akan tingkah Kalula yang sejak tadi terlihat menjaga jarak, saat tatapan tidak sengaja bertemu Kalula juga tampak memutus cepat.

Tercetak raut kesal pada wajah kemudian turun membentuk cengkraman kuat di setir mobil. Gerik mata yang selalu memperhatikan Kalula namun mulut yang tetap menjawab celotehan Atma.

"Pokoknya aku mau ikut. Soal Bang Aksa biar jadi urusan aku." Atma membalas diakhiri tarikan napas berat. Mendorong wajah Anka yang sesekali menoleh ke arah samping, Atma menyadari sejak tadi.

Arah tatap Anka.

"Atma," panggil Anka pelan.

"Ya?"

"SMANTA aman, kan?"

Menciptakan kerutan pada dahi Atma. Tidak mengerti dengan pertanyaan yang Anka ucapkan mengenai keadaan SMANTA.

"Kenapa?" Atma memposisikan tubuh lebih dekat, melirik Kalula yang masih belum tertarik untuk memperhatikan keduanya.

Tersenyum, penuh kemenangan. Atma semakin lancang memeluk lengan laki-laki di sebelahnya itu. Menunggu lanjutan kata yang tertundak dengan pandangan yang menyipit.

"Kenapa pengen tau tentang sekolah aku? Ada yang buat masalah sama Kak Anka?" tanya Atma dibalas gelengan tegas oleh Anka.

Sejenak, terjadi keheningan. Mata Anka yang terfokus pada jalanan, Atma yang penasaran, dan Kalula diam mendengarkan.

"Gue ragu."

Laju mobil mulai bersisian dengan deretan siswa berseragam khas menengah atas, menandakan telah sampai pada tempat tujuan. Gerbang SMANTA yang menjulang kokoh kemudian ruat wajah Kalula yang berubah, dapat Anka perhatikan.

Keresahan.

"Ragu, kenapa?"

"Bully, SMANTA identik dengan istilah itu, kan? Udah jadi rahasia umum," ujar Anka beralih pada Atma yang menegang.

TRAGEDI 23.59Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang