Content warning⚠️: adegan kekerasan
✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Kakinya melangkah pelan, mengendap-endap bak maling.
Ia Arcilla Jennaira. Bisa dipanggil Naira ataupun lebih akrab dipanggil Aira oleh keluarga dan teman terdekatnya.
"A-"
Aira menempelkan jarinya di bibir. Memberi kode pada sang Papa yang hampir menghancurkan rencana jahilnya. Lantas, sang Papa bergeleng pelan dengan senyum kecil.
"AIRAAAA, BANGUN! KATANYA ADA KELAS PAGI!" Teriak Alinda--- Mama Aira.
Aira mengerutkan hidungnya, menutup kedua telinganya mendengar teriakan itu.
"Ish, itu anak! Harus ya, Mama teriak-teriak gini terus setiap pagi--"
"Dor!"
"Eee kodok loncat- dor dor! - AIRA!"
Aira tertawa puas, namun kemudian mengaduh kesakitan karena telinganya dijewer sang Mama.
"Kamu ya, Ra. Kalau Mama kena serangan jantung gimana?! Pengen banget Mama koid?!" Inilah omelan andalan ibu-ibu, selalu bawa-bawa mati.
"Aaaa, mamaaa.. marah-marah mulu.." Aira memeluk sang mama, ia mendongak dengan mencebikkan bibir, "nanti cantiknya ilang lho."
"Gara-gara kamu!" Sang Mama--- Alinda ---melipat kedua tangan di depan dada sambil membuang muka, Aira mengulum bibirnya tersenyum jahil.
"Uluuluu.. tuh, keriputnya nambah. Iya, kan, Pa?" Aira meminta dukungan papanya.
"Iya, nambah lebih banyak lagi kayaknya." Timpal Bara--- Papa Aira.
"Ih, Papa! Kok ikutan-ikutan Aira?!"
"Ya, semakin hari semakin bertambah, termasuk cinta Papa ke Mama." Lanjut sang Papa, dengan tatapan cinta serta kedua alis yang naik turun menggoda, membuat sang Mama tersipu.
"Aduh aduh, ciee.. kiw kiw! Papa Mama ih, bikin iriii.."
"Ah, udah, udah! Kalian sampai kapan mau godain mama? Kalian bisa telat lho, 30 menit bangunin kalian, siap-siap, terus 20 menit gangguin Mama---"
"Ya ya ya, kita sarapan, Mama jangan ngomel lagi."
"Ayo ayo, kita sarapan!"
Sebelum duduk, Aira mengecup pipi sang Mama sebagai awalan paginya seperti biasa.
"Sampai jam berapa nanti, Ra?"
"Palingan abis Dzuhur selesai kelas. Pulangnya gatau sih kapan. Hehe." Jawab Aira sambil mengunyah, ia menyengir.
Alinda memutar matanya, "Gitu, ya, suka lupa punya rumah." Sindirnya.
"Yeuu.. Aira kan abis kelas ada kegiatan lagi, Ma."
"Si paling kegiatan. Palingan kegiatan kamu wara-wiri nggak jelas, makan angin."
Aira berdecak kagum, "Emang Mama si paling tua."
Alinda melotot, sedangkan Aira tertawa, "Apa kamu bilang?!"
"Eh, tau, maksudnya. Ngapunten, Kanjeng Mamih.."
Alinda mencibir dengan lirikan sinis, "Hati-hati lho, Ra. Jaga diri yang benar. Iya berteman memang nggak boleh milih-milih, tapi kalau memisahkan antara teman yang baik untuk ditemani sama enggak itu penting banget, karena itulah yang bisa bawa pengaruh besar buat diri kamu. Terutama di usia kamu yang masih kekanakan."
"Ih, Aira udah otw 20 tahun, ya."
"Tetap aja kamu anak kecil di mata kami. Anak kecil yang masih terombang-ambing pergaulan dan masih sangat butuh bimbingan. Mana Mama sama Papa nggak bisa ngawasin kamu terus. Papa sering turun ke lokasi langsung, ketemu temen bisnisnya, ngurusin bisnisnya di luar kota."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Kanaira (On Going)
Romance[Ringankan untuk follow sebelum baca yaw-!] Bagaimana kalian menghadapi semua hal baru yang tiba-tiba datang tanpa persiapan dan diluar kehendak kalian? Siapa yang tahu takdir, setelah menghadapi hal besar yang membuatnya hancur ia dipaksakan menika...