22) Qeela?

155 29 6
                                    

Ting!

Qeela
{Lo ke mana, Ra?
{Pak Lukman udah dateng nih

Aira hanya melirik dengan malas, tanpa berniat membalas pesan Qeela.

"Kenapa nggak dibalas?" Tanya Arkan, menaikan sebelah alisnya sembari membukakan Aira buah.

Aira bergeleng, "Balas aja, nanti dia khawatir." Ucap Arkan.

Menghela napas, Aira meraih ponselnya dan membalas singkat pesan Qeela.

Send to Qeela

{Gue sakit.

Aira tiba-tiba teringat kejadian di cafe kemarin.

{Oh iya, masalah lo sama bokap gimana?

Qeela
{Udah biasa gitu mah
{Cepat sembuh ya, Raranai

"Udah." Lapor Aira, menaruh kembali ponselnya setelah menghidupkan mode silent--- Aira tahu, setelah membaca pesannya Qeela pasti menanyakan banyak hal lewat pesan, bahkan bisa jadi sampai menelponnya.

"Hubby, kamu kerja aja sana. Aku gapapa kok di sini. Kamu nggak perlu khawatir, kan ada banyak dokter sama suster yang jagain aku."

"Yakin?" Tanya Arkan, menatap Aira dengan lekat.

Aira mengangguk, "Nanti kalau kamu nggak kerja, aku sama adek makan apa?" Ucapnya mendramatis, Arkan terkekeh kecil.

"Benar, ya, gapapa? Kamu istirahat aja, nggak boleh banyak gerak dulu. Kalau perlu apa-apa panggil dokter atau suster, atau telpon aku biar aku ke sini."

Aira mengulum senyum, mengangguk kembali, meraih tangan Arkan dan menciumnya. Arkan ikut tersenyum.

"Ya sudah, aku ke kantor dulu, ya." Arkan menaruh piring buah yang sudah ia potong ke atas nakas, berdiri dan menangkup kedua pipi Aira, ia mengecup kening dan kedua pipi Aira.

Aira memanyunkan bibirnya, sontak Arkan terkekeh dan dengan gemas mencium bibir istrinya itu.

"Cepat pulih, Humairaku."

Berat untuk Aira membiarkan Arkan pergi ke kantor, Arkan sendiri pun bimbang--- ingin ke kantor yang sedang sibuk-sibuknya, namun Aira membutuhkannya.

Di ruangan berbau khas obat-obatan itu Aira hanya berbaring, memainkan ponsel tanpa membuka aplikasi chattingan-nya, dan berakhir menonton Drakor, sebagai pelipur lara dari luka kehidupan yang berat.

Tok tok tok!

Aira melirik ke pintu yang kini hening, selang berapa lama pintu terbuka perlahan tanpa ada siapapun yang tampak.

"Siapa, ya?" Tanya Aira sedikit berteriak, menatap dengan waspada.

"..."

"Halo? ... Dokter? Suster?"

"..."

Aira menarik selimut sampai menutup kepalanya saat mendengar suara telapak kaki yang mendekat. Entah, suasana di ruangannya mendadak menyeramkan membuat jantung Aira berdebar kencang, takut.

Srek!

"AAAAAAAAAAAAAA! PERGI!! TOLOOONG!!"

"RAAAA! INI GUEE!" Teriak seorang gadis yang terkejut dengan teriakan Aira, sedang Aira terdiam mendengar suara yang tak asing itu, "INI GUE, SALSA YANG PALING CANTIK JELITA!"

"Aish, lo mah, Sal! Salam kek, jangan cuma ketuk doang. Horor banget lagi suara sendal lo."

"Namanya juga mau surprise. Nih, gue jengukin lo kan." Salsa menyengir, mendekati Aira dan keduanya berpelukan meski sedikit ada ganjalan di antara mereka.

Hai Kanaira (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang