6) Fams dinner

164 58 4
                                    

Aira mencuci wajahnya, di pantulan cermin jelas wajahnya pucat.

Perutnya bergejolak, namun saat memuntahkannya hanya cairan yang keluar. Kepalanya pun berdenyut.

*

"Ra, lo beneran gapapa? Udah makan belum? Kalau lo nggak punya duit gue traktir, ayo!" Ajak Qeela, menelisik wajah pucat Aira dengan khawatir. Sedari tadi Aira murung.

"Gue cuma capek aja, Qeel. Gue mau balik aja."

"Lo pulang sama siapa? Gue anterin aja, ya? Kalau dijemput percuma juga, lo harus nunggu lama, ntar keburu pingsan. Atau gue temenin lo aja deh sampe halte?"

Aira berdecak, "Yang jemput udah otw. Udah, nggak usah lebay, gue bisa balik sendiri."

Qeela bersusah payah membujuk Aira, namun Aira terus menolak hingga Qeela meninggalkan Aira pulang lebih dulu.

Aira akhirnya bisa masuk ke mobil Arkan yang sebenarnya sudah menunggunya sedari tadi.

"Wa'alaikumusalam warahmatullahi wabarokatuh."

Aira memutar matanya, "Assalamu'alaikum." Menerima uluran tangan Arkan dan menciumnya.

"Wa'alaikumusalam warahmatullahi wabarokatuh."

"Langsung pulang?"

Aira mengangguk, "Emang mau ke mana lagi?" Ia bertanya balik.

Matahari sore masuk ke mobil, jalanan macet parah saat melewati taman kota. Di sana ramai orang dewasa hingga anak-anak bersantai ditemani jajanan yang banyak rupanya.

Menghela napas, saat menoleh Arkan mendapati Aira yang matanya terpejam. Tidur. Pun Arkan membiarkan sementara ia menunggu sampai bisa bebas dari kemacetan ini.

Hal yang membosankan dan menguras emosi, kuncinya hanya kesabaran.

Sampailah kendaraan di depannya bergerak maju, perlahan lalu melaju ke tujuannya.

Tepat saat mobil bisa melaju, saat itu juga Aira berteriak, "BERHENTI! STOP, STOP, STOP!"

"Astaghfirullahal'azim, ada apa, Humaira?" Arkan tentunya terkejut. Sudah jelas tadi ia melihat Aira menutup matanya, tertidur.

"Putar balik!" Seru Aira, menoleh pada Arkan, "Gue mau jajan, hehe."

Arkan menghela napas, memutar balik ke taman. Aira yang biasanya hanya menunggu di mobil ikut keluar, tangannya terus menggenggam tangan Arkan dan membeli berbagai jajanan di sana.

Selain pagi tadi, sore ini pun Arkan baru bisa melihat senyum dan tawa Aira.

"Udah?"

"Belum, gue mau ituuu!"

Arkan menunjukkan satu tangannya yang sudah penuh plastik jajanan Aira, "Ini sudah banyak, Humaira, kamu yakin mampu habisinnya?"

"Iya!"

"Ini terakhir, ya."

"Iya, iya! Dasar, udah om-om, jadi suami pelit lagi!" Gerutu Aira pelan, Arkan terkekeh.

Sepanjang perjalanan pulang Aira fokus menghabiskan jajanannya, benar-benar membuktikan ucapannya jika ia mampu menghabiskan semua jajanannya.

Ternyata ada benar yang dikatakan Qeela, ia lemas karena ingin makan.

Sampai rumah jajanannya pun habis. Arkan sampai tak percaya dengan hal itu.

Cara makannya hingga sekitar mulutnya yang belepotan, dan kini sampai menjilat sisa makanan di jemarinya membuat Arkan seakan melihat anak kecil.

Hai Kanaira (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang