"Waktu. Boleh berhenti sejenak agar aku bisa menikmati kebohongannya yang terbungkus indah?"
--Arcilla Jennaira--
( ꈍᴗꈍ)
"Assalamualaikum!"
Begitu masuk ke rumah, Arkan dengan langkah lebarnya mencari keberadaan Aira yang tak ia temukan lagi di rumah sakit--- kata suster yang sedang mengemas ruangan itu Aira sudah pulang lebih dulu.
"Humaira?" Arkan sudah di anak tangga, hendak naik ke kamar. Namun, ia mendengar suara berisik yang bersumber dari dapur.
"Humaira? Kamu di dapur?" Sampai langkahnya di dapur, Arkan dibuat setengah terkejut.
"Humaira, kamu ngapain?"
"Mm? Bisa liat sendiri kan?" Aira bertanya balik tanpa menatap Arkan.
Arkan menggaruk pelipisnya, jadi bingung melihat dapur yang sudah berantakan oleh Aira. Tak banyak bicara lagi Arkan mendekati Aira yang tetap fokus pada kegiatannya.
"Kamu buat apa, Humaira? Kamu baru balik dari rumah sakit, bukannya istirahat. Kamu mau makan apa, hm? Aku aja yang buatin, ya? Kamu cukup duduk manis dan tunggu."
Aira menjauh dan menarik alat masaknya yang hendak Arkan rebut.
"Adek yang pengen ayam penyet. Aku bisa sendiri kok. Kamu mandi aja, bentar lagi kan Maghrib."
"Bener?" Arkan menelisik. Aira tetap fokus dan mengangguk.
"Oke. Aku siap-siap ke masjid dulu."
Aira tak menjawab lagi. Arkan pun pergi membuat Aira menghela napas sembari mendongak saat air matanya dengan lancang hampir membasahi pipinya lagi.
"Humaira,"
Aira yang terkejut lantas segera mengubah ekspresinya saat Arkan tiba-tiba kembali tak berselang lama.
"Iya?" Aira menatap bingung Arkan yang kini kembali mendekat. Berdiri di hadapannya tanpa berkata apapun.
"Hm, kenapa?"
Tanpa aba-aba apapun, Arkan langsung memeluk Aira, "Maaf, Humaira."
"Maaf.. kamu harus pulang sendiri tadi. Kamu marah, hm?"
"Aku khawatir liat ruangan kamu udah kosong, terus suster bilang kamu pulang duluan. Maaf membuat kamu harus menunggu lama dan pulang sendirian."
"Gapapa kalau kamu marah, tapi jangan berubah cuek dan nggak cerewet begini. Harusnya anak kecil ini setidaknya ngomel dan tunjukin amarahnya, bukan pura-pura seolah gapapa dan nggak marah sama aku." Arkan menelisik wajah Aira.
"Kamu semarah itu, ya?"
Aira mengulum bibirnya, menahan air matanya untuk tidak membuat Arkan khawatir dan ia harus mengungkapkan apa yang sebenarnya ia rasakan, "Enggak kok."
Arkan menjauh dengan posisi masih saling berpelukan, ia menatap mata Aira yang mati-matian untuk tetap kuat saat menatap balik mata Arkan. Mungkin Arkan menyadari perubahan sikapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Kanaira (On Going)
RomanceBagaimana kalian menghadapi semua hal baru yang tiba-tiba datang tanpa persiapan dan diluar kehendak kalian? Siapa yang tahu takdir, setelah menghadapi hal besar yang membuatnya hancur ia dipaksakan menikah dengan orang baru yang bahkan ia tidak ken...