17) Satu tak sama

121 50 10
                                    

Assalamualaikum..

Hai semuanyaaa-!
Wahh, Masya Allah udh nyampe 600 pembaca, ya. Alhamdulillah..

Kalau berkenan, sempatkan untuk follow, vote, dan komen, yaa manteman, biar aku semangat nulisnya🙏🙏🙏

~Happy Reading~

✧⁠◝⁠(⁠⁰⁠▿⁠⁰⁠)⁠◜⁠✧

"Hahahaha!"

Itu tawa Pak Bagus seorang di kelas membosankannya yang sepanjangnya sejarah di mata kuliah yang harusnya Pak Bagus bawa, malah lebih panjang lagi kisah kehidupan pribadinya yang malah dibawa-bawa. Ini kelas atau sesi curcol?

"Coba nih, kalian lihat. Ini foto saya waktu zaman-zaman masih jadi starboy dulu. Banyak cewek-cewek yang antre loh buat dapetin saya. Tapi, dari sebanyak itu ya cuma istri saya yang saya pilih."

"Gak nanya." Gumam Aira sembari dengan kesal mengerjakan tugasnya yang belum selesai. Sedangkan yang lainnya ada yang melamun, sibuk dengan aktivitasnya sendiri, hingga sudah pindah ke alam mimpi.

"Bayangkan aja ada banyak yang ngejar saya dengan bermacam-macam varian, bahkan spek Syahrini manjah juga ngantre buat dapetin saya, tapi istri saya tuh yang saya pilih.  Makanya sampai sekarang istri saya posesif banget, lengket, gamau jauh-jauh dari saya."

"Gue nggak nanya, sumpah." Jawab Aira, bergumam jengkel. Bukan hanya karena mata kuliah yang sekarang membosankan, namun Aira juga kesal karena dari sekian banyak tugas, tugas mata kuliah Pak Bagus lah yang selalu banyak dan menumpuk, giliran ngejelasin malah lebih banyak curhat dan membanggakan diri.

"Istri saya emang seberuntung itu dapetin suami yang ganteng plus perhatian kayak saya. Saya biasa aja kalau bantuin istri saya beresin rumah, segala."

Aira mendengus, "Prett!" Aira malah keceplosan berkata lebih keras saking jengkelnya membuat netra Pak Bagus otomatis berputar ke arahnya.

Aira menutup mulutnya, mengerjap melihat tatapan tajam Pak Bagus. Teman-teman kelasnya bahkan sampai duduk tegak menatap terkejut ke arahnya.

"Naira!"

Aira berdiri, memasang wajah polos dengan senyum manis, "Saya, Pak."

"Maaf, kalau bapak tersinggung. Tapi saya nggak bermaksud bilang pret gitu karna dengar cerita bapak. Saya tadi ngobrol sama Qeela terus--"

"Jangan bawa-bawa nama orang! Qeela masih ada ilernya itu." Sela Pak Bagus tambah mendatarkan wajahnya, membuat ekspresi yang lebih menakutkan.

Qeela membulatkan matanya mendengar namanya yang dibawa-bawa dan dijelekkan, "Yah, Bapak!" Rengeknya mendengar teman-teman kelas yang lain mentertawakannya.

"Kelas saya tutup sampai di sini. Untuk yang lainnya silakan kumpulkan tugasnya Minggu depan, dan spesial untuk Naira kumpulkan semua tugas yang belum kamu kumpulkan termasuk tugas tambahan tadi BE-SOK JAM 6 PAGI! Saya tunggu di ruangan saya dan tidak menerima lewat dari batas yang ditentukan. Jika terjadi, kamu saya kasih nilai E dan silakan mengulang matkul saya semester depan. Terima kasih."

Aira membulatkan mulutnya, menatap panik Pak Bagus yang keluar kelas. Lepas dari keterkejutannya Aira berlari mengejar Pak Bagus.

"Paaakkkk!! Kan perjanjian awal paling lambat saya kumpulin Minggu depan. Saya janji kok selesain semuanya Minggu depan, nggak telat sama sekali. Kalau sekarang masih banyak yang belum, Pak. Susah banget lagi. Ada yang belum saya pelajari dan pahami, Pak."

Hai Kanaira (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang