Hari ini di sebuah masjid indah nan tak terlalu besar, lantunan ayat suci Al-Qur'an dibacakan begitu syahdu.
Beberapa meter di depan, di balik tabir ada Arkan yang membaca surah Ar-Rahman sebelum melaksanakan ijab kabul sebagai bentuk hadiah pernikahan Aira--- lebih tepatnya hadiah pernikahan mereka, Arkan dan Aira.
Masih tidak percaya waktu akan berjalan secepat ini. Sebulan berlalu bak hanya seminggu. Seakan mimpi, beberapa menit lagi akan dimulai prosesi ijab kabul. Pernikahannya dengan seorang yang bahkan baru dan hanya pernah Aira temui saat datang mengkhitbahnya.
Sedangkan semua persiapan disiapkan oleh kedua orang tua dan calon mertuanya. Aira tidak ikut andil kecuali fitting baju, entah bagaimana dengan Arkan--- Aira tidak pernah bertemu lagi setelah lamaran malam itu.
"Masya Allah.. cantiknya BESTie-kuu.." itu Salsa, sepupu sekaligus sahabat Aira sejak kecil. Ia baru datang, langsung memeluk Aira.
"Tapi serem deh, liat seorang Aira yang biasanya ngereog jadi kalem gini." Lanjut Salsa heran.
"Nanti kamu juga bakal ngerasain gimana rasanya di detik-detik ijab kabul. Mama juga dulu begitu, deg-degan banget rasanya, sampai-sampai nggak bisa ngomong." Jelas Alinda, "Udah, Aira-nya jangan diajak ngobrol dulu, calon suaminya lagi ngaji tuh."
Salsa itu kepo. Ia menjadi salah satu dari keluarga lain yang masih tak menyangka jika Aira akan menikah secepat ini. Calonnya juga ia tidak tahu--- secara Aira tergamon-gamon dengan Haidar, tahunya sekarang menikah dengan orang lain.
Salsa membulatkan mulutnya saat ia berhasil melihat calon suami Aira.
"Ganteng banget, Tan! Wah, keren banget ih. Pengen jugaaa..." Rengek Salsa, "Tante dapetnya dari mana sih?"
Alinda terkekeh, "Dari keranjang kuning, tapi udah sold out, soalnya yang kayak gini limited edition." Di depan keluarga, Alinda dan Bara berusaha bersikap normal dan ceria seperti biasanya. Berbeda dengan Aira yang sering murung dan lebih banyak menghabiskan waktu di kamar.
Di tengah candaan ringan orang-orang itu, Aira dengan penuh penghayatan mendengar suara merdu Arkan.
Kali pertama bagi Aira mendengar lantunannya, tiba-tiba merasakan sakit di dada. Rasanya ingin menangis, namun Aira tahan. Saat Aira menunduk, ia merasa usapan lembut di kepalanya.
Lantas Aira mendongak, dan matanya berkaca menatap mata Sang Mama yang tersenyum dibalik mata yang juga siap menurunkan bulir-bulir hangat yang mengharukan, "Bismillah. Insya Allah semuanya akan baik-baik aja. Relaks. Tarik napas, lalu buang."
Aira mengikuti perkataan sang Mama. Namun, bukannya merasa lebih baikan, Aira merasa mulas.
Tok tok tok
Setelah beberapa saat sepi selesai Arkan membaca Al-Qur'an, semuanya menjadi senyap, menandakan bahwa tak lama lagi prosesi akad akan dimulai.
"Bismillahirrahmanirrahim. Saudara Arkana Rain Ebrahim. Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri kandung saya, Arcilla Jennaira dengan mas kawin uang sebesar 26212,65 riyal Saudi dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"
Aira mengeratkan genggamannya pada jemari Alinda, yang begitupun sebaliknya. Alinda tak henti mengusapnya dengan pelan. Jantung mereka berdetak tak karuan, terutama Aira.
"Saya terima nikah dan kawinnya, putri bapak, Arcilla Jennaira binti Bara Indrawan dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"
Setelahnya suara sah menyambut membuat isakan yang Aira tahan-tahan akhirnya keluar.
Alinda menangkup pipi Aira dengan mata yang berkaca-kaca, siap meluncurkan cairan panas, namun ia tahan melihat putrinya yang juga menangis.
"Jangan nangis dong, kan udah cantik gini." Ucap Alinda memeluk putrinya, mengusap-usap punggungnya "Masya Allah. Barakallah cantiknya Mama.."

KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Kanaira (On Going)
RomanceBagaimana kalian menghadapi semua hal baru yang tiba-tiba datang tanpa persiapan dan diluar kehendak kalian? Siapa yang tahu takdir, setelah menghadapi hal besar yang membuatnya hancur ia dipaksakan menikah dengan orang baru yang bahkan ia tidak ken...