23) Permohonan

90 13 0
                                    

"Ingat pesan saya, ya, Bu. Kurangi aktivitas dan pikiran yang berat, serta tetap jaga pola makan dan istirahatnya yang teratur. Minggu depan kita ketemu lagi untuk lihat perkembangan adik, ya?"

Aira mengulas senyumnya, "Oke! Terima kasih, Dok."

Aira begitu senang setelah infusnya dilepas, yang artinya Aira boleh pulang setelah ini. Tinggal menunggu Arkan menjemputnya.

Dengan tidak sabar, Aira meraih ponselnya. Selfie dengan menunjukkan tangan bekas infusnya dan mengirimnya pada Arkan.

To Swamy🥸 :
{I'am ready back to home, Hubby!
{Aku tunggu, yaw

Lama menunggu, Aira tak kunjung mendapat balasan. Sembari itu pun Aira kembali berbaring di kasur dan lanjut memainkan ponselnya.

Ting!

Aira yang sempat bersemangat langsung menghela napas saat melihat ternyata yang mengirimnya pesan adalah nomor tak dikenal.

Aira hendak langsung menghapusnya. Namun, urung ketika kembali muncul notifikasi dari nomor yang sama.

From Unknown nomber :
{Assalamualaikum, Ra
{Aku Raniya.
{Boleh kita bicara sebentar?

Aira mengernyit. Belum sempat ia balas pun kembali pesan dari nomor itu masuk.

Ting!

{Kamu di RS Pelita kan?
{Bisa temui aku di ruang Mawar 1?

Dahi Aira mengernyit semakin dalam. Bagaimana Raniya tahu? Apa Raniya bekerja di sini dan melihatnya saat masuk ke rumah sakit ini?

{Sebentar aja, Ra
{Aku cuma mau jujur suatu hal

To Raniya :
{Kalau itu soal perasaan lo ke suami gue. Gue udah tau.
{Lo perempuan. Paham agama. Pasti tau batasan kan?
{Masih banyak cowok lain di luar sana
{Jangan ganggu suami gue.

From Raniya :
{Lebih dari itu, Ra
{Aku nggak bisa jelasinnya di sini, takut buat salah paham yang lain.

Jemari Aira tertahankan di layar. Ia jadi penasaran karena tebakannya kurang tepat. Pikiran Aira ingin mengabaikan, namun hatinya justru gelisah dan penasaran selama ia berusaha mengabaikan pesan Raniya dan lama menunggu Arkan yang tak kunjung juga menjemputnya.

Sementara itu, Arkan tengah protes pada Zaid.

"Saya harus jemput istri saya, Zai. Nggak bisa kamu aja yang temuin kliennya? Saya kasih kamu bonus aja, bisa?"

Zaid menghela napas, lelah menghadapi bos bucinnya, "Kali ini nggak bisa, Ar. Gue bukan gamau bantu dan nolak rezeki kali ini, tapi Pak Reno cuma mau lo yang ketemu dia langsung." Jelasnya, "Dan yang harus lo ingat, kita udah ngejar proyek ini sejak lama, Ar. Sekali lo kecewain beliau, proyek yang mati-matian kita kejar sampai saat ini, semua usaha, jerih payah kita kemarin bisa melayang sekejap mata."

Arkan memijat kepalanya yang pening.

"Istri lo pasti ngerti kalau lo kasih pengertian untuk kali ini, bisa?"

Pada akhirnya Arkan menurut. Mengambil ponselnya untuk mengirim pesan pada Aira.

...

Kembali pada Aira yang kini sudah berada di depan salah satu ruangan di rumah sakit yang sama selama beberapa hari ini ia dirawat. Ada keraguan dan rasa penasaran yang saling bertubrukan di hatinya.

Selama beberapa menit Aira hanya berdiri di depan ruangan itu. Awalnya Aira ragu saat mendengar tangisan anak kecil dari dalam sana, kiranya ia salah ruangan, tapi ...

Hai Kanaira (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang