"AIRA!!"
Aira terkejut dari lamunannya. Mata sembabnya terbuka paksa, memerah, ditambah penampilan dan sekitar kamarnya yang sungguh kacau.
"Pa---"
PLAK!
"APA INI, AIRA?!"
Suaranya yang terkecat dan hampir hilang malah teredam begitu dalam. Tak ada lagi sisa tenaga untuk mengeluarkan sedikit suara melihat video pendek yang jelas menampakkan wajahnya dan pria bertopeng di sana.
Hatinya sudah remuk tak berbentuk, bak gelas yang pecah--- tidak dapat disatukan sesempurna awalnya, dan bila disentuh sedikit akan menggores luka.
"A-aira nggak sadar, Pa, Ma..." Lirih Aira, suaranya tercekat.
"Aira nggak ingat apapun, bangun-bangun Aira udah ... Aira udah ..." Tangis Aira pecah lagi, Aira bersimpuh di hadapan kedua orang tuanya yang bergeming dan enggan menatapnya.
"Aira kotor, Ma. Maafin, Aira.."
"Aira takut."
"Aira sakit."
"Aira kecewain kalian. Maaf.." Aira benar-benar menyesal. Takut dan hancur ketika bangun di sebuah hotel menyadari hal buruk yang menghancurkannya dalam semalam.
"Masalah video ini sudah Papa urus. Videonya tidak akan tersebar." Tanpa mengungkapkannya pun Bara terlihat sangat kecewa, begitupun Alinda. Hal itu menambah rasa bersalah di hati Aira.
"Kami sudah memutuskan jika kami akan menikahkan kamu secepatnya."
Mata Aira terbelalak, membulat sempurna meski matanya sembab. Tapi Bara tak memberikan waktu untuk Aira protes.
"Keputusan kami sudah bulat. Ini yang terbaik untuk kamu. Malam ini kamu siap-siap, mereka akan datang."
Hari ini, kali pertamanya Aira melihat kedua orang tuanya yang marah besar. Daripada tamparan tadi, melihat kedua orang tuanya yang enggan menatapnya lebih sakit dan menyiksa.
Setelah mengatakan itu, tanpa ingin berlama-lama lagi Alinda dan Bara langsung keluar, meninggalkan Aira.
Aira tak punya siapapun lagi. Dunianya benar-benar hancur dalam semalam.
(。・//ε//・。)
"Ma," Aira mencekal tangan Alinda yang hendak memakaikannya hijab.
Hal itu membuat ibu dan anak itu saling bertatapan meski hanya lewat pantulan cermin.
"Kenapa?" Tanya Alinda.
Mata Alinda tak bisa berbohong, matanya sudah memerah begitu menatap Aira yang kini sudah ia rias begitu cantik dan anggun dalam balutan gamis.
Aira menghela napas berat, "Aira udah rusak, Ma. Apa Aira masih pantas nikah sama cowok pilihan Mama sama Papa?" Tanyanya dengan senyum kecut, "Pastinya dia baik, makanya Mama sama Papa jodohin Aira sama dia kan?"
Alinda mengangguk, "Bahkan dia yang membantu Papa agar video itu nggak tersebar. Dia tahu semuanya dan dia tidak keberatan untuk menikah sama kamu. Jadi, nggak ada yang perlu dikhawatirkan."
Alinda beralih ke hadapan Aira, menggenggam kedua tangannya, "Kamu bisa bayangkan kan jika tidak ada Arkan?" Ia menatap mata Aira lebih dalam, kesedihannya tersirat jelas, "Nama baik kamu, terutama Mama dan Papa bisa hancur begitu saja, Ra."
"Jadi, kamu cukup menerimanya. Demi Papa, Mama, dan kamu."
Bulir hangatnya kembali jatuh, Aira tak tahu lagi harus berbuat apa. Waktunya seakan berhenti, jiwanya seakan mati meninggalkan raga yang lemah ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Kanaira (On Going)
RomanceBagaimana kalian menghadapi semua hal baru yang tiba-tiba datang tanpa persiapan dan diluar kehendak kalian? Siapa yang tahu takdir, setelah menghadapi hal besar yang membuatnya hancur ia dipaksakan menikah dengan orang baru yang bahkan ia tidak ken...