CHAPTER 21 : Sl*t

60K 4.9K 301
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

CHAPTER 21 : Sl*t

"Seharusnya kau memberitahuku bahwa Tuan De Troshan berkunjung, setidaknya aku harus menyiapkan sesuatu sebagai tanda terimakasih setelah ia menyelamatkan nyawaku" ucap Anastasia begitu mereka memasuki ruangan sang wanita.

"Berhenti membicarakannya,"

Mengedikan bahunya dan berjalan semakin masuk kedalam ruangan, Anastasia segera berbalik begitu menyadari sesuatu.

"Apa yang kau lakukan disini? Kembalilah ke kamarmu"

Seakan tak mendengar apapun, lelaki itu berjalan kearah meja belajar milik Anastasia dan membuka dokumen yang sedari tadi ia bawa.

Anastasia menatap Christian dibalik punggungnya dengan tatapan menyelidik.

'Apa pria ini mulai tak bisa lepas dariku' batin narsistik Anastasia.

Berfikir beberapa saat sebelum mengedikan bahunya dengan acuh, Anastasia tak ingin begitu peduli, mengenai pria itu dan perasaannya, bukanlah urusan Anastasia.

Menuju meja rias dengan Hilda yang setia terus mengikutinya, Anastasia melepaskan beberapa perhiasan yang tengah ia kenakan.

"Mari saya bantu, Nona" ujar Hilda. Sesuai rutinitasnya, saat ini pelayan itu harus membantu nonanya membersihkan diri setelah seharian berkegiatan.

"Apakah baik-baik saja jika anda membersihkan diri dengan Duke yang berada disini?" bisik Hilda dengan suara luar biasa kecil, tak ingin Duke mndengarnya sedikitpun.

"Apa maksudmu? Aku akan membersihkan diri di pemandian, tidak perlu menghiraukannya" jawab Anastasia pelan namun tidak juga berbisik.

Mengangguk tak yakin, namun Hilda tetap menuruti ucapan sang nona.

Pelayan itu sedikit merasa aneh dan tak terbiasa dengan keberadaan Duke di sekitar Nona Ambrose. Mengingat aura pria itu yang begitu pekat dan menyeramkan, Hilda tak kuat berada lama-lama di satu ruangan yang sama. Dia jadi bertanya-tanya bagaimana nonanya selama ini menghadapi sang Duke?

Selesai melepas perhiasan dan kepangan rambutnya, Anastasia segera bangkit dan berjalan menuju pemandian bersama Hilda.

Hampir 1 jam setelahnya Anastasia akhirnya telah siap untuk tidur dengan piyama birunya,

"Pergilah, terimakasih untuk hari ini Hilda"

Tersenyum dan membungkuk, Hilda segera memberi salam kepada Anastasia dan Christian.

"Selamat malam, Duke dan Nona" ucapnya sebelum meninggalkan ruangan.

Sesaat setelah Hilda pergi, Anastasia berjalan menuju ranjangnya tanpa menghiraukan Christian yang masih sibuk dengan dokumen dokumennya.

Entah apa yang dilakukan pria itu disini disaat ia punya ruang kerja yang jauh lebih nyaman digunakan untuk bekerja.

Tak ingin ambil pusing, Anastasia mendudukan dirinya di ranjang dan mengambil minyak aroma di nakas sebelah kanan ranjang.

Minyak aroma yang beberapa waktu lalu ia beli di pusat perbelanjaan itu baru pertama kali Anastasia gunakan. Penjual berkata bahwa ini bisa membuatnya tertidur lebih nyenyak, karena itu Anastasia membelinya.

Tak lama setelahnya terlihat pergerakan dari Christian yang bangkit dari meja belajar Anastasia.

Anastasia membaringkan diri saat melihat Christian memasuki tempat pemandian.

Menghabiskan beberapa menit didalam sana, pria itu kembali keluar dengan jubah handuk dan memasuki ruang pakaian.

Melihat sekilas otot dada dan perut yang dimiliki pria itu, Anastasia kembali mengingat perkataan Hilda.

"Saya hanya takut Duke hanya memanfaatkan tubuh anda"

Wanita itu mengerti darimana asal kekhawatiran pelayan yang sudah ia anggap sahabatnya itu. Namun jika dipikirkan kembali, Anastasia tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut bahkan jika itu kenyataan, karena jujur saja wanita itu pun sama saja. Ia memanfaatkan tubuh Christian.

Memang tabu, namun bukan berarti kejadian ini tidak marak di kalangan mereka.

Ksatria dengan nona mereka, pelayan dengan tuan mereka, atau sepasang kekasih, itu semua sudah menjadi rahasia umum.

Daripada melibatkan perasaan dalam perjanjian tentu saja Anastasia lebih menyukai hal ini. Mereka saling memuaskan dan memiliki tujuan yang sama.

Keluar dari ruang pakaian, Anastasia tertegun melihat Christian yang sudah lengkap dengan piyamanya.

Anastasia mengerutkan dahinya.

"Sejak kapan Duke menyimpan piyama disini?" tanya Anastasia. Permisi, tapi mengapa pria itu berlagak seperti penghuni tetap kamar ini?

"Pelayan sudah menyimpannya disini" jawab Christian.

"Sampai kapan kau berniat bermalam disini?" sarkas Anastasia

Menatap Anastasia yang sudah nyaman berbaring, Christian berjalan mendekat kearah ranjang.

"Itu adalah hal yang tidak dapat ditetapkan"

Geez, jawaban macam apa itu.

"Hei!" pekik Anastasia saat melihat pria itu berniat berbaring dengan keadaan rambut yang masih basah.

"Keringkan rambutmu terlebih dahulu"

Terlalu malas untuk itu, Christian tidak menghiraukan ucapan Anastasia. Lelaki itu memiringkan tubuhnya, berniat mengambil tubuh wanita tersebut sebelum Anastasia justru bangkit dari ranjang dan mengambil handuk bersih.

Memaksa Christian untuk kembali duduk di tepian ranjang, wanita itu dengan kesal mengeringkan rambut pirang pria tersebut. Tahu bahwa lelaki itu tak akan bisa dipaksa untuk mengeringkan rambutnya sendiri, mau tak mau Anastasia turun tangan.

'Entah sejak kapan, namun pria ini selalu menyusahkanku'

Sedangkan disisi lain, Christian tersenyum kecil. Dengan tubuh Anastasia yang tengah berdiri dihadapannya, pria itu dapat menghirup aroma baru ditubuh gadis yang telah ia wanitakan tersebut.

Menarik pinggang kecil Anastasia agar mendekat kearah tubuhnya, Christian segera menempelkan hidungnya dileher wanita tersebut.

Anastasia bahkan sudah tidak terkejut.

"Jangan terlalu nyaman, ingat kita bukan pasangan sungguhan" ucap Anastasia memperingati.

"Aw!" pekik Anastasia saat pria itu menggigit kecil lehernya.

***
TBC

Published, 07-01-2024

Anastasia'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang