1- Rencana

2.1K 180 25
                                    

Los Angeles, Amerika Serikat.






"LALISA MANOBAL!!!!!"

Teriakan yang menggema ke seluruh ruangan billiard itu membuat semua orang mengalihkan atensinya sejenak. Sang pemilik nama yang di teriaki berdecak kesal. Namun tatapannya tetap fokus pada bola yang akan ia sundul. Mengabaikan suara lantang temannya yang sudah di pastikan tengah marah.

 Mengabaikan suara lantang temannya yang sudah di pastikan tengah marah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jennie. Wanita itu mengedarkan pandangannya ke segala arah, mencari sosok temannya yang tidak merespon atas teriakannya barusan. Ia mendengus dengan alis yang mengernyit kesal mendapati sang teman yang sedang bersiap menyundulkan bolanya.

Ia menghampiri Lisa dengan tangan yang di lipat pada dada.

Wanita bernama Lisa itu akhirnya membuka suara saat ia merasa sosok Jennie sudah tiba di sampingnya.

"Why, Jane? Ribut sekali. Kau mengganggu fokusku serius." ucapnya masih dengan atensi tetap pada sang bola.

Jennie berdecak, "Hentikan permainanmu, Lalisa. Dengarkan aku! Ini mendesak dan sangat penting!"

"Seberapa penting daripada kalung bvlgari yang belum resmi luncur, Jane?"

"Aku benar-benar akan mematahkan stik tongkat billiardmu jika kau tidak mau mendengarkanku!" geram Jennie.

"Jack masih memiliki selusin. Aku bisa meminta lagi padanya."

Jennie menggertakkan giginya, ia bersiap mengambil tongkat stik itu. Namun pergerakannya kalah cepat dari Lisa yang lebih dulu meletakkan tongkat stiknya.

Kali ini, wanita dengan poninya itu menatap sang teman sambil menyeringai.

"Shut up, Jane. Kemenanganku sangat menguntungkan, 50 Juta akan berada di tanganku jika berhasil mengalahkan Emelly. So please, biarkan aku bermain satu ronde."

Lawan main Lisa, Emelly turut menimpal. "Pergilah dengan Jane, Lalisa. Sepertinya ada hal penting yang harus kau ketahui."

Jennie menatap tajam temannya, "Bahkan aku bisa memberikan 100 juta detik ini juga, Lisa."

Lisa menghela nafas. Ia melipat tangannya, "Sure. Kita bicara dimana? Dan aku penasaran sekali apa yang membuatmu geram seperti sekarang, temanku."

Lisa merangkul pundak Jennie, membawanya ke sofa besar dekat sana. Jika Jennie sudah dalam kondisi seperti sekarang, Lisa paham, pasti temannya itu sedang ada masalah.

"Wine atau Vodka?" tawarnya.

"Kau. Aku ingin memakanmu rasanya."

"Kali ini ada apa heh? Amarahmu benar-benar berada di puncak. Jika ada alat pendeteksi efek, sepertinya sudah ada asap di kepalamu, Jane."

Jennie mengehela nafas kasar, merebahkan tubuhnya pada sandaran sofa.

"Daddy melakukan hal gila, Lisa. Apa maksudnya tiba-tiba ingin menjodohkanku dengan rekan bisnisnya?! Dia pikir perjodohan di zaman sekarang masih berlaku? Ck, terlalu kuno."

PROMISE  | TAENNIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang