Suasana rumah sakit begitu ramai dengan sahut-sahutan tangis serta kepanikan saat mereka menunggu kabar dari Dokter yang tengah menangani Taehyung, Jean dan Kai.Meski Kai sudah di nyatakan meninggal, tapi Rosé dan seluruhnya yang ada di dalam perseturuan tembak malam itu segera membawanya ke rumah sakit untuk di semayamkan dengan layak.
Rosé, Jennie dan Winter, 3 wanita yang tak berdaya yang masih mengharapkan adanya keajaiban dari Taehyung dan Jean, berharap 2 pria itu akan membuka matanya dan memeluk mereka yang terkasihi.
Rasa takut dan cemas bercampur menjadi satu. Semua orang menangis.
Rumah sakit di kota San Fransisco itu tengah menyeruakkan suasana yang tegang.
Jennie menggigit bibir bawahnya. Ia tak berhenti bolak-balik di depan itu ruang ICU, menunggu Dokter selesai memeriksakan keadaan suaminya.
"Ya Tuhan... Aku tahu kau tidak akan membawa suamiku secepat ini..." Air matanya kembali terjun bebas.
Bahkan Rosé dan Win tak memiliki kekuatan untuk menenangkan Jennie, mereka juga di landah ketakutan yang sama. Terutama Win yang keadaannya sudah sangat kacau, gadis cantik itu tak lagi memikirkan penampilannya.
Seluruh jajaran polisi telah mengevakuasi tempat kejadian dan tengah melakukan penelusuran akibat kekacauan yang di sebabkan malam itu.
Rosé menyandarkan kepalanya pada dinding dengan mata yang begitu sembab. Segala memori masa kecilnya bersama Taehyung dan Jean berputar kembali, menampilkan kenangan yang begitu menyenangkan di masa lalu saat mereka ber3 terus bersama dalam keadaan apapun.
Matanya terpejam, air mata kembali terjun. Jika biasanya ia yang paling kuat menghadapi situasi, namun kali ini, seluruh pertahanannya runtuh melihat 2 saudara tercintanya sudah sangat kecil untuk bertahan hidup.
Perkataan Taehyung kembali mengingatkannya, tentang pria itu yang seperti berbicara kematian, serta senyuman Jean yang selalu menggodanya. Dada Rosé sangat sesak, ia hanya bisa menumpahkan tangisnya sembari menyalahkan diri sendiri karena tak bisa menyelamatkan saudaranya di waktu yang tepat.
"Ayo bangun, V, Jean. Aku masih butuh kalian disini..."
Lalu di susul suara pintu ruang ICU terbuka, Dokter telah keluar darisana, lantas Rosé, Win dan Jennie segera menghampirinya dengan perasaan penuh harap.
"B-bagaimana keadaan mereka, Dokter? B-baik-baik saja kan? Mereka masih bertahan kan?" Rosé bertanya mendesak.
Jennie dan Win juga masih menunggu jawaban yang sangat di harapkan itu. Walau entah kenapa, hatinya sudah sesak.
"Please, tell me. Berikan pernyataan yang akurat bahwa kedua saudaraku masih hidup. Luka tembaknya masih bisa di tahan kan? V adalah orang yang tangguh, dia akan kuat untuk menghadapi luka tembak itu. Apalagi Jean yang terdidik melakukan pertahanan. Mereka masih baik-baik saja kan? Please, Dok..." Rosé masih menahan diri untuk tidak lepas kendali. Nafasnya memburu kencang.
Dokter tersebut menghela nafas, ikut merasa iba melihat ke3 wanita tak berdaya di hadapannya.
"Maaf, Nona.."
"NO!!! TIDAK AKAN ADA PERNYATAAN SELAIN BAHWA MEREKA BAIK-BAIK SAJA!! TIDAK ADA KATA MAAF!!!" bentak Rosé marah.
Jennie dan Win sudah menangis, mereka masih berpikir jika Dokter itu tidak akan berbicara sesuai apa yang di pikirannya.
"Untuk Tuan V sendiri, aku pernah menangani luka tembaknya dulu, dan itu tepat di jantungnya, tapi beruntung, karena kuasa Tuhan, dulu ia masih bisa di selamatkan. Namun..."
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE | TAENNIE
Боевик"Aku hidup untuk menepati janji, tapi jika janji itu tak terpenuhi, artinya aku sudah meninggalkan bumi."