14- Tantangan

943 119 71
                                    

Hari berganti. Matahari menyinari bumi pagi ini.

Kejadian semalam yang sangat menyayat hati Jennie membuat wanita itu langsung kehilangan tenaga dan kesadarannya.

Emosinya terkuras, ketakutan menyelimuti. Pikiran tentang Taehyung yang akan meninggalkannya dan kekecewaan atas sang kakak yang mengatainya dengan kalimat begitu menyakitkan.

Jennie kecewa. Sekaligus merasa bersalah dan tak berdaya atas hidupnya.

Ia membenarkan perkataan Jisoo. Hidup yang di jalaninya selama ini adalah hanya tentang bermain. Sangat berbeda dengan kedudukan sang kakak.

Dalam dekapan hangat Taehyung, wanita itu menggenggam erat tangan suaminya. Sejak bangun tidur tadi, Jennie kembali merasa ketakutan.

Dengan Taehyung yang setia mengelus rambut Jennie, menenangkannya.

"Sudah merasa lebih baik?" tanyanya lembut.

Jennie mengangguk. Namun tidak ingin melepaskan pria itu.

"Semalam aku membeli es krim stawberry yang kita beli tempo hari. Tapi ku rasa sudah cair dan tidak layak di makan. Kita beli lagi nanti, mau?" tawar pria itu, berusaha mengalihkan pikiran sang istri.

Jennie mendongak menatap Taehyung, "Aku ingin coba yang rasa matcha. Boleh?"

Sang pria terkekeh gemas, "Boleh dong. Kita beli semua varian yang kau mau ya?"

Anggukan dari Jennie membuat Taehyung tersenyum. Ia merasa sedikit lega karena wanita itu tidak lagi bersikap seperti semalam. Jennie jauh lebih tenang.

Namun tetap saja. Perasaannya tentu marah akan seseorang yang berani membuat wanitanya seperti ini.

"Apa yang akan kau lakukan jika ada wanita yang mengutarakan cintanya padamu, Taehyung?"

Pertanyaan tiba-tiba yang sama dari Jennie seperti semalam membuat Taehyung terdiam.

Pertanyaan itu seperti yang di tanyakan Jisoo tempo hari.

Kenapa sekebetulan itu?

Taehyung tetap menjawab tenang, "Tentu saja aku akan mengatakan bahwa aku sudah menikah dengan seorang wanita yang sangat ku cintai. Dia tak tertandingi, maka siapapun wanita di luar sana yang menyatakan cintanya padaku, ku pastikan akan sia-sia," jawabnya selembut mungkin.

Tangannya mengusap pipi Jennie. Mengarahkan untuk menatapnya, "Jennie dengar aku ya? Apapun bentuk kekhawatiranmu. Aku tidak akan kemana-mana. Aku akan selalu bersamamu. Terserah, mau kau bersikap cuek dan selalu membentakku seperti biasa, itu tidak akan mengubah apapun. Karena cintaku sudah habis di dirimu."

"Tidak ada yang tahu takdir, Tae. Mungkin sekarang kau bisa mengatakan hal seperti itu. Bisa jadi di masa depan kau sudah tidak mencintaiku," ujar Jennie lirih.

"Aku hanya tidak akan mencintaimu jika aku sudah tidak ada di bumi, Jennie."

Taehyung menatap lekat Jennie yang terdiam dengan mata berkaca-kaca. Ia sungguh sesak melihat wanita itu seperti sekarang.

"Siapa yang membuatmu berpikir seperti ini dan bertindak seperti semalam hm?"

Jennie menggeleng. Enggan menceritakannya. Ia justru menangis.

Dan Taehyung kembali mendekapnya erat, "Sudah sudah... Tenang ya? Jangan memikirkan hal itu. Lupakan okey?"

"Aku tidak ingin kau pergi, Tae..." lirih Jennie dengan isak tangisnya.

"Tidak, Sayang. Aku disini..."

Taehyung paham kekhawatiran Jennie. Tapi sungguh ia benar-benar marah karena tidak tahu alasan di balik keadaan wanitanya yang seperti ini.

PROMISE  | TAENNIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang