(2).

1.8K 92 6
                                    


Hi guys...
Jangan lupa follow ya...
Hati-hati typo bertebaran..!

Happy Reading.!!
.
.
.
.
.
.
****

"Hahaha...... Beraninya lo nampar gue.!?" Aurell menjambak rambut Mala. "Lo semua liat kan. Monyet ini psikopat.! Orang kayak dia gak pantas di kasihani."

Mala melepaskan cengkeraman Aurell. Ia berlari keluar kelas. Sebab, ia tak tahan menjadi pusat perhatian dengan cara menjijikan seperti itu.
Langkah kaki Mala terus membawa dirinya menjauh dari keramaian. Ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Sebab, hanya dengan membaca buku ia bisa lepas dari dunia nyata yg begitu menyedihkan.

"Ya Tuhan, kenapa nasib ku jadi begini.?" Mala tak mau memperhatikan pantulan dirinya dari kaca jendela.
Panggilan monyet dari orang-orang membuat Mala merasakan itu benar adanya.

Saat itu tak ada yg ke perpustakaan apalagi jam istirahat pertama. Kebanyakan murid mengisi energi ke kantin. Namun Mala tak bisa lagi ke kantin, karena ia ingat bagaimana Aurell mempermalukan dia di depan umum.

Air mata Mala merembes sampai ke seragam. Ia membenamkan kepala ke siku, hingga rok nya tergenang cairan duka itu.
Isak tangisnya tak akan terdengar. Karena jarak antara rak buku dan meja penjaga perpustakaan berada di ruang berbeda.

"Ekhem..... "

Suara deheman itu menghentikan aktivitas desiran tangis Mala. Dia menengok kanan kiri. Bahkan mengangkat diri untuk memastikan siapa orang itu.
Tahu-tahu menjulur kaki pria yg brada di rak kedua dari arah pojokan.

"Siapa dia.?" Mala memperhatikan ruangan brCat putih dengan rak buku yg lebih tinggi darinya.

"Hah.! " Mala melotot dan menutup mulut.

Raden terduduk dengan kepala miring dan hampir jatuh ke lantai, tetapi matanya tetap terpejam.
Mala lekas menyelamatkan kepala Raden agar tak menyentuh lantai keramik itu. Sayangnya kepala pria itu justru jatuh ke pangkuan Mala.

Untuk pertama kalinya Mala merasakan debar yg tak biasa. Ia menatap lamat-lamat pria itu.

"Gak mungkin.!" Mala menggelengkan kepalanya.

Mala ingat betul bagaimana Raden mencaci maki dirinya dengan mulut jahatnya.
Ia menepis virus merah jambu yg mulai melandanya.

"Gak mungkin gue suka sama cowok tengil yg cuma mandang fisik kayak lo."

Mala mulai meletakkan perlahan kepala Raden yg tertidur pulas.
Dia mengambil 2 buku novel 300 halaman itu untuk di jadikan bantal tempat membaringkan kepala Raden.

"Lebih nyaman ngeliat lo tidur kayak gini daripada lo sadar. "
Meski mata Mala bengkak, tetapi menatap Raden membentuk seutas senyum di bibirnya.

Mala berjalan kearah rak buku di sebelah Raden. Diantara celah barisan buku, Mala masih mengawasi Raden. Anehnya ia tak ikhlas meninggalkan lelaki itu.

"Sadar Mala.! Dia udah ngehina lo, ngapain sih lo peduli sama dia." Mala menepuk pipinya yg berminyak.

Mala mengambil sebuah buku novel remaja yg berjudul 'Menanti Asmara' . Ruang baca yg disekat di dinding kaca itu dimasuki olehnya.

After Bullying (Mala)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang