(47).

1.4K 142 60
                                    

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

"Mala sakit apa Don.?" Raden duduk menjorok ke arah temannya yg dokter itu.

Doni memutar botol obat yg ia perhatikan sedetail Mungkin.

"Gue masih gak yakin ini obat apa, tapi dari apa yg gue liat tadi Mala kayak kesakitan. Lo mau tau banget.?"

Doni tahu seperti apa bucinnya Raden saat SMA pada Mala. Ia juga ikut membantu proses Raden untuk melamar Mala.

Sementara Raden mengambil alih botol obat itu. Ia mulai mengaitkan obat itu dengan kejadian dimasa lalu. Meski ia benci setengah mati pada Mala, tapi tingkat rasa ingin tahunya tinggi pada sang mantan.

"Gue mau Lo cek obat ini.!" Raden menggeser botol obat itu.

Doni sudah duga Raden masih menyimpan perasaannya pada Mala. Ia dapat menilai dari gelagat Raden yg cuek, tapi pria sekali-kali curi pandang pada Mala tadi.

"Oke kalo itu mau lo, gue bawa botol ini." Doni mendapatkan panggilan lagi dari seseorang. Ia memutuskan pergi dari acara reuni itu.

Raden juga memutuskan untuk pulang saja. Pikirannya jadi semakin kacau balau. Sepanjang perjalanan ia masih saja memikirkan Mala. Apa yg terjadi pada mantan kekasihnya.? Apa penyakit yg di derita Mala.? Apa itu ada kaitannya dengan masalalu.?

Kepalanya terlalu banyak ditusuk oleh pertanyaan yg tak ada jawabannya dan itu sungguh menyiksa.

Ketika sampai di depan rumah, ia membuka Hp. "Anggun.?" 10 kali Anggun menelponnya.

Semenjak Anggun tahu kalau Raden punya mantan yg bisa dibilang lebih cantik darinya, ia jadi lebih waspada. Ia rela di cap posesif asal Raden berada dalam pengawasannya.

Sekali lagi Anggun menelpon Raden.

📞
"Sayang kamu kenapa gak angkat telpon aku.?"

"Aku lagi....." Ia tahu kalau Anggun pasti ngamuk kalau dirinya masih berurusan dengan masalalu. "Aku tadi ketemu teman. Udah dulu ya aku mau istirahat.

Raden langsung saja memadamkan HP. Ia turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Tapi sesaat ia mematung karna ada seorang pria duduk di sofa ruang tamu.

"Raden, kita harus bicara.!"

"Ngapain papa kesini.?" Raden mendengus dan mengepalkan tangan. Ia ingat betul bagaimana 7 tahun lalu kelakuan Mahendra setelah kematian mantan istrinya.

After Bullying (Mala)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang