(5).

1.5K 90 7
                                    


Langsung baca aja.

Happy Reading

*
*
*
*
*
*
*

Raden kembali berdiri tegak. Ia menyapu baju seragamnya seolah ada debu atau kotoran yg menempel.

Mala menangkap kalau Raden ingin bilang kalau dirinya jelek. Mala pergi dari ruangan itu dengan mata yg berkaca-kaca.

"Lo kok pergi.!?" Raden belum selesai dengan ancamannya.

Berat rasanya kaki Mala melangkah ke dapur lagi. Namun, dia harus berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Itu yg lebih menyakitkan.

Usai pulang dari rumah tempat ibunya bekerja, Mala berjalan melewati jejeran Cafe yg kebanyakan anak muda.
Tempat itu banyak didominasi oleh anak muda yg sedang tertawa.

"Kapan gue bisa tertawa lepas kayak mereka.?" Mala mematung di tengah panas matahari menjelang sore.

Sinta sudah berjalan lebih dulu. Sementara Mala berjalan di belakangnya.
Gadis itu hanya bisa menyaksikan anak-anak seumurannya nongkrong saat sore hari, bukannya bekerja seperti dia. Ada rasa iri dalam dirinya.

"Mala ayo cepat.!" ibunya baru menyadari jika sang anak dari tadi berdiri di depan Cafe itu.

"I-iya ibu." Mala hanya bisa menghela nafas. Ia mulai mengingat kapan terakhir dia tertawa lepas seperti itu.

Tawa yg hingga di dirinya juga bisa dihitung dengan jari selama 16 tahun hidupnya.

Tak disangka ada Aurell bersama geng nya. Ada juga satu orang pria yg sejak dulu menyimpan hati pada Aurell, tetapi gadis itu tetap menganggapnya sebagai sahabat saja.

"Eh lo liat gak, tadi ada si Monyet haram.!"

"Dia kayak pengemis aja." tambah Vio.

"Monyet.?" bingung kelvin sambil mengunyah kentang goreng.

"Pokoknya besok lo tau sendiri orangnya kayak apa. Dia adalah orang pertama yg mau gue singkirkan. Tapi ngeliat situasi sebaiknya kita singkirkan si artis dulu."

"Oh si Gizelle itu.?" sherly menoleh.

"Gue ngefans sama dia dari dulu. Jadi gak sabar ketemu sama dia." Kelvin memperhatikan keramaian diteras Cafe.

"Lo bisa ketemu dia sepuasnya. Jadi lo bantuin gue ya Vin.!?"

"Tenang aja Rell, gue pasti bantuin lo.!"

"Lo emang sahabat gue yg paling setia.!"

"Kita berdua gimana Rell.?" celetuk Vio dan Sherly.

"Kalian juga Vio, Sher, Vin, kalian adalah sahabat gue sampai kapanpun. Dan gak ada yg lebih dari kita di sekolah. Orang kayak si Monyet haram itu juga gak boleh ada di sekolah. Bikin pemandangan sekolah jadi gak bagus aja.!"

"Hahaha...." keempatnya sama-sama tertawa.

HP Aurell sejak tadi berbunyi.

"Rell, Hp lo bunyi terus tuh. Gak diangkat.?" Kelvin menyerahkan ponsel itu.

"Gue lagi ngambekan sama mama, udahlah tutup aja.!"

After Bullying (Mala)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang