8

603 70 3
                                    

Di tempat lain, Hansel tengah duduk di tengah keramaian orang banyak. Ia menyantap makanan sendirian disaat orang lain makan bersama para sahabatnya. Ia sudah terbiasa hidup sendirian itu sudah biasa baginya.

Dengan menikmati makan sendirian pun ia cukup bersyukur. Di dunia ini setidaknya ia bisa makan dengan enak tanpa harus berpikir cara mencari uang. Jika tidak ada di dunia ini yang menyayangi hidupnya setidaknya ada uang.

Waktu tengah makan, ia diberikan kejutan dengan tangan yang berada di pundaknya. Ia menatap wajah-wajah asing yang tampak beringas. Ia mengerutkan keningnya dengan berpikiran apakah dirinya di dunia ini mendapatkan perundungan lagi.

"Loh, diem aje! Biasanya liat kita kayak gini suka emosi."

Kali ini bukan hanya ketiga lelaki itu yang terkejut, tetapi juga dirinya yang ikut merasakan keterkejutan. Ia cuman diam mengamati ketiga orang yang berkicau layaknya burung. Ia harus memastikan ketiga orang itu teman atau musuh.

"Han, lo nggak cek wa?"

Hansel menatap salah satu orang dengan terkejut. Ia sesegera mungkin mengubah ekspresi wajahnya agar tidak ketahuan. Ia tidak bisa membuat orang-orang itu sadar jika sekarang jiwanya bukan dari penduduk di dunia ini.

Hansel berpura-pura untuk membuka ponselnya. Ia melihat cukup banyak pesan yang masuk melalui whatapps. Ia membuka aplikasi itu dengan mengerutkan keningnya ternyata ada grup dengan nama Asyik Empat Ekor.

Grup aneh itu terakhir kali membahas mengenai lokasi mereka makan. Ia menatap ketiga orang itu dengan mengerutkan kening. Keempat orang itu ternyata temannya di dunia ini. Ia kira dirinya di dunia ini akan sendirian, seperti biasanya.

Namun, ia hanya bisa membatin karena nomor teman-temannya itu tidak mempunyai nama yang benar di kontaknya. Ia berpikir bagaimana bisa mengetahui nama teman-temannya tanpa membuat curiga mereka. Akhirnya ia hanya diam dengan memainkan ponselnya.

"Han, lo kenapa dari tadi diem mulu?"

"Yoi, nggak asyik!"

"Han, lo lagi sakit?"

Hansel menggelengkan kepalanya. Di dalam kediaman dirinya jantungnya berdetak dengan sangat kencang. Namun, hari ini sepertinya dia sedang mendapatkan hoki. Ia melihat sebuah trend video membuatnya tidak kehabisan pikir.

"Guys, kita buat trend gini, yuk!" seru Hansel mengangkat ponselnya dengan menunjukkan sebuah video.

"Wih, tumben banget lo mau buat trend!"

"Gas, lah!"

"Kirim nama lengkap sama foto lo pada," pinta Hansel dengan menunjukkan grup mereka.

Mereka bertiga mengirim foto dilengkapi nama. Hal itu membuat Hansel merasa cukup puas karena mengetahui nama teman-temannya tanpa harus bertanya. Ia juga puas jika di dunia ini ada teman, setidaknya bisa membantunya mengatasi sesuatu agar tidak ada yang curiga kepadanya.

"Guys, katanya malam ini bakal ada hiburan yang menarik." Tiba-tiba salah satu orang dari temannya yang ada di tempat tersebut.

Lelaki itu bernama Miko Rey Marcell. Matanya bersinar dengan kecerdasan dan keceriaan, seolah-olah dia selalu memiliki lelucon yang siap untuk dibagikan. Rambutnya hitam dan pendek, rapi dan bersih. Dia mengenakan kemeja putih yang memberikan kesan profesional dan sopan, tetapi juga santai dan nyaman. Di kerahnya tergantung sepasang kacamata yang menambah daya tariknya.

"Apaan, tuh? Kalau nggak balapan nggak usah ngajak."

Lelaki itu bernama Hara Franc Yolanda, cowok paling muda di kelompoknya. Dia memiliki wajah yang lembut dan manis. Bibirnya mungil dan merah, senyumnya hangat dan tulus. Alisnya tebal dan rapi, menambah kesan tegas dan percaya diri. Rambutnya cokelat dan bergelombang. Dia mengenakan sweater putih yang memberikan kesan nyaman dan santai, serta sepasang headphone yang menunjukkan minatnya pada musik.

"Pikiran lo balapan mulu, Yo."

Dia memiliki wajah yang rupawan dan menawan. Kulitnya putih dan bersih dengan hidungnya mancung dan mulutnya lebar, memberikan kesan ramah dan santun. Rambutnya hitam dan lurus, dipotong pendek dan rapi.

Dia mengenakan jaket varsity hijau dan putih yang memberikan kesan sporty dan trendy, serta kaos putih yang memberikan kesan sederhana dan elegan. Di lehernya terdapat sebuah kalung mutiara yang menambah daya tariknya. Dia adalah sosok yang penuh dengan gaya dan pesona, yang membuat orang-orang terpesona oleh dirinya. Pria itu merupakan Arkana Ertigo Sanjaya sosok yang paling dewasa walaupun kadang juga ikut menjadi gila bersama teman-temannya.

"Yeu, biarin aja, sih!" protes Yolan yang tidak menerima omongannya dihina.

Hansel yang mendengar ikut menjadi linglung. Rasanya seumur hidup dirinya, ia tidak pernah menjadi orang sebodoh ini. Ia seperti orang ketinggalan zaman di tengah-tengah remaja nakal di depannya.

"Balapan apa yang lo maksud?" tanya Hansel dengan mengangkat alisnya.

"Han, lo kok tiba-tiba jadi bego? Oh, iya kan lo emang bego," ucap Yolan dengan cengengesan.

Plak!

Miko menatap malam Yolan. Lelaki itu walaupun bagian termuda di grup mereka rasanya, seperti paling tua karena sudah sarkas kepada siapapun. Yolan sepertinya memang mau dimakan sama Hansel. Namun, yang sebenarnya Hansel cuman menatap mereka dengan muka bengong.

Hansel sekarang terlihat, seperti meme kucing yang bengong. Jika teman-temannya melihat itu mungkin akan menjadi sebuah bualan selama satu bulan. Ia sama sekali tidak paham dengan keadaan. Padahal ia datang ke kantin untuk makan bukan menebak konspirasi.

"Apanih? Jujur gue lupa," dalih Hansel dengan menatap teman-temannya.

"Lo beneran lupa? Malam ini ada pesta," ucap Arka dengan menatap bingung kepada dirinya.

Hansel cuman mengangguk pelan dengan menatap bingung. Ia kemudian tertawa membuat teman-temannya menjadi kebingungan. Hansel berkata, "Nggak, gue bercanda."

Teman-temannya menatap Hansel dengan bingung walaupun ikut tertawa. Hansel dalam hal ini bersyukur setidaknya tidak diberi banyak pertanyaan. Namun, satu alasan yang membuatnya jadi penasaran.

"Hansel! Lo kenapa, sih? Ketawa-ketawa mulu. Gila, ya!" ucap Yolan dengan meringis ketakutan.

Hansel tersadar dari melamun ternyata dirinya sudah gila walaupun baru berapa hari masuk dunia ini. Ia menggelengkan kepalanya dengan menunjukkan video lucu di ponselnya.

"Lo beneran nggak papa?" bisik Arka dengan nada khawatir.

"Nggak baik! Jujur gue lagi banyak pikiran," balas Hansel dengan mengangguk kepalanya.

Bruk!

Hansel menatap Arka yang terlihat ikut menatapnya khawatir. Lelaki itu seharusnya memperhatikan suasana jantungnya yang ingin lepas. Ia jujur tidak bisa terpikir lelaki tenang itu menjadi absurd.

"Lo apaan sih, anjir?!" teriak Hansel dengan memukul tubuh Arka. Diikuti oleh kedua temannya yang ikut memukul tubuh Arka.

"Anjir, sakit!" seru Arka dengan mengelus tubuhnya.

Tiba-tiba kerusuhan terjadi dalam kantin. Bukan rusuh seperti demo di Jakarta, tetapi rusuh dalam bisikan dan teriakan kecil. Ia yang awalnya penasaran di buat menjadi emosi dengan kedatangan kelompok itu.

Hansel menarik teman-temannya untuk pergi dari kantin. Namun, sepertinya lelaki itu sangat ingin mencari masalah dengannya. Lelaki yang bernama Harlan itu sangat suka mencari masalahnya sendiri.

Bugh!

Hansel memukul perut Harlan dan menahan lengan lelaki itu agar tidak bisa bergerak. Tapi sepertinya Harlan tidak membiarkan dirinya, sehingga kini dirinya yang menjadi tahanan. Wajah lelaki itu sangat dekat dengan lehernya, sehingga ia bisa merasakan hawa napas.

"Sampai ketemu di pesta," bisik Harlan dengan mencengkeram dagunya. Setelah mengatakan itu, geng Harlan pergi begitu saja meninggalkan kesan suram dari geng Hansel.

"Anjing, tuh orang keknya nyari gara-gara!" celetuk Miko dengan merenggangkan ototnya.

"Bang, lo nggak papa?" tanya Yolan dengan mengelus lengan Hansel.

Hansel justru cuman menyeringai, "Dia bilang sampai jumpa di pesta. Jadi gue bakal liat apa yang bisa dia lakuin."

***

Jangan lupa vote dan komen:v
Maaf ya baru up, soalnya lagi sibuk bolak-balik organisasi kampus😭
Lanjut!!

Dendam ParalelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang