5

649 80 8
                                    

Matanya mengerjap dengan penuh rasa tidak percaya. Ia merasa kupingnya masih berfungsi dengan baik dan tidak ada kesalahan dalam pendengarannya. Ia mencoba meyakinkan jika dirinya salah dengar, namun ternyata ekspresi serius dari bapak dan orang yang disebut kakak kandungnya membuatnya menjadi ragu.

Hansel menatap ke arah sekumpulan wanita paruh-baya yang menundukkan wajahnya. Ia dibuat pusing dengan penampakan sebuah lukisan yang berada di dinding kamar. Lukisan itu terpampang dengan rapi di dalam kamar yang asing baginya.

"Shit, this can't be right!" teriak Hansel berlari menghampiri lukisan tersebut. Hansel juga memegang lukisan itu dengan tatapan takut.

Dengan mata penuh ketakutan, ia berkata. "Bukannya lukisan itu ... lukisan itu udah kena darah gue."

Rasa takutnya membawa ia kepada kenangan rasa sakit. Rasa itu seolah membuat tubuhnya terbelah dan ingin mati saat itu juga. Kenyataannya ia masih merasakan sakit yang luar biasa tanpa menyadari apapun.

Hawa dingin menusuk tulang rusuknya yang paling dalam. Seorang menggunakan jubah hitam dengan kabut menutup wajahnya masuk ke dalam kamar. Di tangannya terdapat tongkat dengan pisau sabit yang dalam sekali tebas bisa menghancurkan bumi seketika.

Ruangan tampak hening tidak ada lagi gerakan yang terasa. Semuanya menjadi diam tanpa ada napas sedikitpun. Rasanya fenomena ini sangat menyeramkan untuknya.

"Anak muda ..."

Hansel membalikkan tubuh dengan memeluk lukisan itu. Matanya mengerjap dengan tubuh gemetar. Sekarang hal yang menakutkan terjadi seumur hidupnya. Ia melihat fenomena mistis yang membuat dunianya hancur begitu saja.

"Lo ... lo siapa?" tanya Hansel dengan mencoba setenang mungkin walaupun jantungnya ingin lepas.

Sosok berjubah itu tiba-tiba hilang dari pandangannya. Hansel menahan ludah dengan menatap sekeliling kamar, tetapi tidak ada apapun. Tiba-tiba bisikan halus tertuju kepadanya.

"Anak Muda jangan sesekali menyia-nyiakan kesempatan dari Tuhan."

Seketika suara itu mulai menghilang. Suasana kamar menjadi lebih hangat. Namun, tidak bagi Hansel yang menjadi kebingungan. Rasanya ia pernah mendengarkan suara sosok tersebut walaupun mencoba mengingatnya kepada seseorang yang dikenal olehnya.

Matanya menatap ke arah lukisan dengan tertegun. Ia teringat dengan sesuatu. Sebuah lukisan yang membawanya dengan sebuah keanehan dan penuh misteri. Lukisan itu ia elus, tetapi keanehan justru menimpa dirinya.

Dengan tatapan terkejut, ia berkata. "Lukisan ... lukisannya keluar darah!"

Hansel melemparkan lukisan itu yang terus mengeluarkan banyak darah. Ia berjongkok dengan menutup wajahnya. Keanehan yang menyeramkan ini membuat otaknya tidak bisa berpikiran jernih.

Tep!

Hansel menggigit bibirnya tatkala pundaknya ditepuk. Ia tidak bisa melakukan apapun lagi jika ada kejadian aneh yang terjadi. Namun, ia justru melihat pria yang menatapnya dengan tatapan khawatir.

Ia menatap sekeliling kamar dengan tatapan bingung. Kejadian tadi seolah-olah hanya sekilas mimpi baginya. Orang-orang mulai beraktivitas seperti sebelumnya, bahkan bapaknya masih saja memberikan tatapan tajam baginya.

"Nama lo siapa?"

###

Setelah kejadian membingungkan itu, ia dipaksa habis-habisan untuk mengunjungi rumah sakit. Akan tetapi, hasilnya hanya normal karena memang pada dasarnya Hansel tidak terjadi hal yang menyebabkan cedera medis. Namun, perubahan dari sikap orang-orang rumah yang tadi menjadi berubah drastis lebih tepatnya menatapnya aneh.

"Bang Hansel kenapa?"

"Jangan ditanggapi dia udah gila!"

Hansel menatap sinis kepada kedua adiknya. Tidak dulu sama sekarang semuanya sama saja tidak ada perubahan. Mereka sama sekali seperti anak monyet yang bergelantung kepada ibunya. Mereka itu sama-sama penuh rasa tidak peduli, tetapi di dunia ini justru lebih parah.

Dia beranjak dari sofa dengan mengambil guci berisikan cemilan. Tindakannya ternyata tidak lepas dari pandangan keluarganya. Ia merasakan setiap gerakan terus diperhatikan.

"Tindakan kamu harus dijaga!" teriak bapaknya dengan memicingkan matanya.

"Loh, Anda siapa, ya? Hebat sekali, ya. Katanya orang kaya, tetapi justru jadi agen rahasia kehidupan orang lain. Anda seperti punya banyak waktu luang buat urus masalah orang lain. Wah, hidup foya-foya seru sekali, ya?" sarkas Hansel dengan menyeringai kecil berjalan masuk ke dalam kamarnya. Dimana menyisakan keluarganya yang menatapnya sinis, kecuali kakaknya.

Waktu masuk ke dalam kamar. Rasa lega ia rasakan karena disaat bersama keluarganya energi dirinya terserap habis. Ia merasakan tekanan batin jika ada keluarganya walaupun keluarga kandung. Rasanya sangat mencekam.

Ia menatap ke arah meja belajar dengan mengerutkan keningnya. Ia berjalan menuju meja tersebut dengan penuh penasaran. Hansel harus mencari tahu alasan dirinya berada di sini.

"Hansel Bima Nugroho," gumam Hansel yang mengangkat buku tulis.

"Sejak kapan gue punya buku gini? Lalu juga kenapa ada nama gue di sini?" lanjut Hansel dengan penuh kebingungan.

Hansel mengobrak-abrik isi meja dengan menggumamkan kata maaf kepada pemilik meja. Namun, ia tidak menemukan apapun selain buku di atas meja. Akan tetapi, waktu membuka laci ia mendapatkan sesuatu yang membuatnya terkejut.

Tangannya mengepal dengan tatapan yang menajam. Ia menemukan sebuah bingkai dengan berisikan beberapa siswa sekolah. Namun, satu orang yang membuatnya menjadi kesal dan benci secara bersamaan.

"Harlan Prince Leonardo ... kenapa harus lo lagi?" desis Hansel dengan mencengkeram bingkai foto tersebut.

Di dunia penuh keanehan ini, ia dipertemukan dengan sosok yang membuatnya terhina. Ia melempar bingkai foto itu dengan berteriak keras karena tidak terima. Ia mencoba menenangkan pikiran dengan menutup matanya.

Setelah tenang, ia sadar dengan beberapa keanehan. Ia berlari kecil dengan mengambil bingkai foto yang retak di lantai. Ia melihat dirinya yang berada di dalam foto, bahkan menggunakan seragam sekolah yang berbeda segaram SMA dulu. Lalu sejak kapan dirinya juga menggunakan sepatu sekolah yang mahal.

Hansel berlari lagi menuju meja belajar dengan mencari buku. Ia menemukan sebuah buku yang menurutnya cukup aneh. Buku geografi dengan membahas tentang dunia Celestria IX bukannya Bumi. Hal ini sungguh membingungkan dirinya.

"Hp! Disini apa ada hp?" ucap Hansel dengan merogoh kantong celana.

Di lemari dekat kasur, ia melihat sebuah ponsel. Ia berlari, bahkan melupakan pecahan kaca dari bingkai foto melukai jari kakinya. Ia mencari beberapa informasi yang menurutnya mencurigakan.

Beberapa kali ia mencari informasi di ponsel. Ia tetap mendapatkan informasi yang sama. Dimana menyatakan jika dunia yang menjadi tempat tinggalnya sekarang merupakan Celestria IX. Dengan atmosfer yang memancarkan cahaya yang khas, planet ini menjadi pusat perhatian di galaksi.

Hal itu semakin membuatnya yakin. Jika tempat yang menjadi tempat tinggalnya ini bukan dunianya berasal. Mulai dari beberapa penemuan aneh yang terjadi padanya hari ini. Munculnya sosok kakak laki-laki, dimana sebelumnya ia tidak mempunyai kakak.

"Jangan bilang ini dunia parallel! Tapi apa mungkin itu nyata?" seru Hansel menatap ponsel dengan ragu.

***

Jangan lupa vote dan komen :v
Nah, kan masuk dunia lain😂

Dendam ParalelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang