28

1.1K 69 27
                                    

"Hnggh."

Matanya terpejam dengan sangat erat. Ia merasakan bibirnya sedikit basah, bahkan merasa seolah dijilat sesuatu. Ia mulai membuka matanya secara perlahan-lahan.

Tubuhnya dikejutkan oleh sosok rivalnya. Sosok itu berada di atas tubuhnya dengan masih menghisap bibirnya. Hansel, lelaki itu tengah mencium bibirnya disaat dirinya tidur.

Harlan merasa terdiam waktu Hansel mencium bibirnya dengan hangat. Ia merasakan sebuah seringai dalam ciuman. Akhirnya tersadar dengan keadaannya sekarang.

Bugh!

Ia memukul wajah lelaki bejat di depannya dengan keras. Justru yang ia dapatkan hanyalah seringai, Hansel memegang ujung bibirnya. Lelaki itu sepertinya sangat ingin bermain-main dengannya.

"Lo sengaja?" tanya Harlan dengan tatapan sedingin es.

"Emang sengaja. Lo manis banget kayak es-krim rasanya jadi pengen buat hati lo cair," celetuk Hansel dengan tersenyum manis.

Harlan seketika terdiam menatap Hansel tajam. Lelaki itu tampaknya sedang dalam kondisi tidak waras. Ia beranjak pergi terburu-buru. Ia merasa jiwanya akan terancam jika bersama Hansel lama-lama.

"Pengecut," ucap Hansel menundukkan wajahnya dengan tersenyum.

Harlan membalikkan tubuhnya. Ia melihat senyuman licik yang tidak pernah dilihat selama mereka melakukan pengabdian di desa. Lelaki itu kembali membuatnya kesal.

"Maksud lo? Justru lo yang pengecut! Pengecut karna bisa cuman bisa kasih ciuman waktu gue tidur! Lo cowok pengecut dan bodoh!" maki Harlan dengan menunjuk wajah Hansel.

"Iya, gue emang pengecut."

Waktu ia ingin meninggalkan rumah. Tiba-tiba ia mencium sebuah feromon yang membuatnya mabuk. Feromon dengan bau segar yang tidak bisa ia tentukan apa itu. Bau feromon ini dikeluarkan sengaja untuk menggoda dirinya.

Harlan menyeringai kecil dengan membalikkan tubuhnya. Ia bertepuk tangan mengakui jika rencana itu cukup licik. Namun, ia bukan beta maupun omega yang bisa melemah karena feromon dari alpha.

"Cuman lo aja yang bisa gitu," desis Harlan dengan mulai mengeluarkan feromonnya.

Tampaknya Hansel awalnya memang terpengaruh, tetapi setelah itu tidak lagi terpengaruh. Lelaki itu memperkuat feromon di sekitar rumah. Lelaki itu melangkah semakin dekat tubuh Harlan.

Harlan mendesis pelan. Ia mulai berjalan mundur tatkala Hansel semakin dekat. Ia menggerutu kecil, sejak kapan feromon lelaki itu tampak membuatnya mabuk. Feromon omega saja mungkin kalah dari lelaki itu.

Bruk!

Harlan jatuh terduduk. Ia berdecak kesal dalam keadaan, seperti ini ia masih bisa terjatuh. Tersandung tas memang sangat-sangat tidak elite. Ditambah ada lelaki gila yang menatapnya agak bernafsu ... mungkin?

Ia bahkan belum sempat untuk bangun. Lelaki itu justru mendorong tubuhnya dengan kasar dan kuat. Tubuhnya terlentang begitu saja. Ia menatap Hansel dengan tajam. Ia tidak terima dirinya yang enigma diperlakukan, seperti omega oleh seorang alpha.

"Bajingan! Gila ... hump..."

Bibirnya dicium oleh lelaki itu. Jantungnya ingin meledak saking ia merasa marah karena harga dirinya diinjak. Mata Harlan mengalah perubahan dan muncul tato di keningnya.

"Shit, mau main kasar lo?" desis Hansel memegang bibirnya yang berdarah karena gigitan dari taring Harlan.

Harlan mendorong tubuh Hansel. Ia mengeluarkan feromonnya dengan kuat. Kini ia yang berada di atas tubuh Hansel dengan menatap lelaki itu yang menyeringai.

"Lo mau tubuh gue buat ngehina gue? Nggak bakal gue biarin," bisik Harlan dengan menyeringai.

Namun, ia merasa bingung dengan wajah tenang Hansel. Lelaki itu justru tersenyum manis. Ternyata senyuman itu mempunyai makna yang sangat licik.

"Eughh," desah Harlan tiba-tiba. Ia melotot tajam karena tindakan licik Hansel.

Hansel memang di bawah, tetapi lelaki itu menggunakan pinggangnya untuk melakukan adu pedang. Ia bahkan tanpa sadar dibuat mendesah karena lelaki itu. Ia ingin berdiri, tetapi lelaki itu memegang erat pinggangnya. Semakin ia memberontak, semakin cepat lelaki itu menggerakkan pinggangnya untuk beradu pedang mereka.

"Shit," umpat Harlan dengan mencoba menahan desahan. Ia tidak terima dikalahkan oleh golongan di bawahnya.

Lelaki itu justru sangat puas. Harlan tanpa sadar menurut waktu Hansel menarik tengkuknya. Hansel mencium bibirnya dengan hangat dan ia terbawa suasana karena bau feromon lelaki itu.

"Eughh ... Ha ..."

"Harlan."

"Harlan!"

Harlan membuka matanya dengan cepat. Ia merasa bibirnya sangat basah. Namun, ada satu hal yang membuat jantungnya ingin lepas.

"Argggghh! Sialan!" teriak Harlan tanpa sadar mengeluarkan gelombang feromon yang sangat kuat. Rumah serasa merasakan getaran karena lelaki itu.

Harlan menatap sosok makhluk dengan warna cokelat. Makhluk itu seekor anjing cokelat yang menatapnya dengan lidahnya yang menjulur. Anjing itu sepertinya tidak merasakan takut, bahkan kembali mendekati tubuhnya setelah terlempar jauh karena feromonnya.

Harlan menatap sekeliling ruangan dengan sangat syok. Ia melihat teman-temannya juga geng Hansel yang sudah tertawa keras. Ia merasa linglung dan sungguh kesal pantas saja tadi tidak ada teman-temannya.

"Fuck! Kenapa lo semua nggak ada yang ngusir tuh anjing?! Anjing tuh emang si anjing!" umpat Harlan dengan mengelap bibirnya. 

Harlan terus-menerus mengeluarkan kata-kata mutiara dari bibirnya. Ia berpikir habis ini harus menyikat giginya beberapa kali. Bayangkan lagi tiduran sudah dapat mimpi menyeramkan lalu ciuman sama anjing. Bagaimana tidak kesal dan jijik? Apalagi bagi pencinta bersih baginya.

"Lagian gemoy liat lo ciuman sama anjing," celetuk Galen dengan tertawa dan melakukan tos bersama Ravin.

"Mata lo gemoy! Sini lo gue paksa tuh anjing cium lo mau nggak?!" pekik Harlan dengan membawa anjing itu.

Harlan mulai berjalan dengan tatapan tajam. Galen yang melihat seketika berlindung di balik tubuh Jay dan Varo. Namun, Harlan masih tetap mengejar Galen.

"Gini nih! Orang yang tidurnya nyenyak banget. Ciuman sama anjing aja nggak sadar," celetuk Arka yang baru kali ini ikut mencibir Harlan. Mungkin merasa setelah tinggal di desa Harlan tidak seram seperti enigma biasanya.

"Haha, Harlan enak nggak ciuman sama anjing!" seru Miko yang merasa senang melihat drama di depannya.

"Harlan lo tegang?" celetuk Yolan yang tidak seperti biasanya bicara keras, tetapi tetap saja terdengar oleh penghuni rumah.

Semua penghuni rumah seketika terdiam. Beberapa pasang mata mulai beralih pada celana Harlan. Arka yang melihat segera menutup mata Yolan dengan segera mengalihkan pandangannya.

Harlan menatap ke arah celananya. Benar saja! Miliknya sekarang sudah sangat tegang. Pantas saja sedari tadi ia merasa celananya sangat sesak.

"Anak kecil nggak boleh ngomong gitu!" celetuk Miko dengan menepuk mulut Yolan.

"Anak kecil apaan?! Udah kuliah juga gue," protes Yolan yang mencoba melepaskan tangan Arka di matanya.

Hansel menatap Harlan yang diam. Lelaki itu terlihat mengalihkan pandangannya tampaknya Harlan mencoba bersiap-siap kabur. Lalu benar saja lelaki itu kabur menuju kamar mandi, bahkan menutup pintu sangat kencang.

"Harlan jangan lupa dikocok biar lemes!" teriak Jay dengan tertawa.

"Diam asu!" teriak Harlan.

***

Jangan lupa vote dan komen :v
Hiatus sampai liburan semester depan karena sibuk kegiatan ukm sekarang😭

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dendam ParalelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang