9

517 58 3
                                    

Hansel dan kawan-kawannya telah tiba di markas mereka, sebuah rumah tua yang terbengkalai di pinggiran kota. Tempat itu seperti sarang burung hantu, kotor dan gelap, penuh dengan puntung rokok dan botol-botol miras bekas. Mereka adalah geng Rebel Force, anak-anak berandal yang selalu mencari masalah.

Mereka mengenakan pakaian kasual yang menunjukkan gaya mereka yang modis dan sporty. Jaket hitam dengan lengan putih dan lambang geng mereka di dada kiri menjadi ciri khas mereka. Namun, Hansel berbeda. Ia mengenakan hoodie hitam dengan celana hitam, seolah ingin menyembunyikan dirinya dari dunia.

"Sel, ini barang yang lo minta," kata Arka sambil memberikan sebuah kamera kecil kepada Hansel. Kamera itu adalah senjata rahasia mereka untuk mengacaukan acara yang akan mereka datangi.

Hansel menempelkan kamera itu di balik kancing bajunya dengan hati-hati. Ia tersenyum licik, membayangkan betapa terkejutnya orang-orang yang selalu mengganggu geng mereka. Ia bersumpah akan membuat mereka menyesal seumur hidup.

Hansel bersikap seperti itu juga tanpa alasan. Ia telah mengetahui identitas tentang dirinya di dunia parallel ini. Ia melakukannya dengan cukup licik. Ia memanfaatkan rasa takut orang kepadanya selama di kampus untuk mengetahui semuanya. Ia cukup menarik beberapa orang seolah-olah menunjukkan kekuatannya, lalu menanyakan mengenai geng juga sikapnya selama di kampus.

Ia dengan tubuhnya di parallel selama ini sangatlah berbeda. Jika di dunia aslinya, ia merupakan anak jenius yang ramah walaupun tidak ada satupun orang mau berteman dengannya. Justru di dunia parallel, ia sangat populer dan banyak orang yang mendekat dengannya. Hansel yang dulu seolah-olah layaknya raja hutan juga terkadang bersikap layaknya merak.

Mereka berempat merupakan sebuah kelompok geng yang lumayan terkenal di kampus, yaitu geng Rebel Force. Mereka terkenal bukan hanya karena pintar melainkan karena kenakalan. Mereka berempat sekarang sedang berada di kantin Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Fortis. Mereka bertiga termasuk semester baru karena masih berada di semester empat di program studi Manajemen, dimana mereka merupakan angkatan 2022.

Mereka memang masuk dalam satu program studi yang sama. Akan tetapi, mereka berempat dalam kelas yang berbeda. Hal ini karena banyaknya mahasiswa Manajemen, sehingga ruangan tidak memadai di dalam satu kelas. Alhasil program studi Manajemen angkatan 2022 dibagi menjadi empat kelas dengan jumlah 127 mahasiswa.

"Hoho, Hansel kayaknya udah nggak sabar buat mereka masuk perangkap," goda Yolan yang melihat ekspresi Hansel. Ia juga merasa senang bisa membuat onar di pesta.

"Jika mereka ngusik geng kita, gue nggak bakal biarin mereka hidup tenang," ucap Hansel dengan nada dingin dan tatapan tajam.

###

Malam sudah larut, namun di depan hotel mewah di kota Andromeda, keramaian masih terasa. Remaja- remaja berpakaian modis dan glamor berdatangan dengan mobil-mobil mentereng. Mereka tertarik oleh pesta yang diadakan di sana, pesta yang menjanjikan sensasi dan kesenangan tanpa batas.

Hotel itu tampak megah dengan kaca- kaca berkilauan yang memantulkan cahaya lampu kota. Namun, di balik kemewahan itu, ada sesuatu yang gelap dan berbahaya. Pesta itu bukan pesta biasa, melainkan pesta narkoba yang diselenggarakan oleh geng terkenal di kota itu. Mereka yang ingin masuk harus menyerahkan kartu pengenal mereka kepada penjaga yang ketat.

"Kok ribet banget sih masuknya?" keluh Yolan sambil menyerahkan kartunya.

"Ya iyalah, ini kan pesta spesial. Gak sembarang orang bisa ikut. Apalagi yang ngadain geng mereka. Tau sendiri kan gimana mereka?" bisik Miko sambil melihat sekeliling. Dia melihat banyak cewek-cewek cantik yang naksir sama ketua geng itu.

Setelah melewati pintu masuk, mereka disambut oleh pelayan- pelayan yang mengantarkan mereka ke tempat pesta berlangsung. Tempat itu adalah kolam renang luar ruangan yang luas dan indah. Kolam renang itu berbentuk persegi panjang dengan ubin biru yang berkilauan di bawah air. Di sekelilingnya ada teras beton dengan kursi-kursi santai dan tanaman-tanaman hijau dalam pot. Di belakangnya ada bangunan hotel yang modern dan elegan. Langit malam terlihat jelas dengan warna biru gelap dan oranye yang berasal dari lampu-lampu kota. Tempat itu seharusnya menjadi tempat yang nyaman dan tenang untuk bersantai.

Namun, suasana di sana sangat berbeda. Banyak remaja-remaja yang sedang asyik merokok, minum- minuman keras, atau bercumbu dengan pasangan mereka. Mereka tampak tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitar mereka. Mereka hanya ingin menikmati hidup sesuka hati mereka.

Di tengah keramaian kampus, seorang pria berdiri dengan gagah. Ia memegang sebuah bungkusan bubuk putih yang berkilau di bawah sinar matahari. Bubuk itu adalah barang langka yang hanya bisa dinikmati oleh orang-orang kaya dan berkuasa. Bubuk itu bisa membuat orang-orang ketagihan dan lupa diri.

"Ayo, teman-teman! Mari kita berpesta tanpa batas!" teriaknya dengan suara lantang.

Pria itu adalah Harlan Prince Leonardo, ketua geng Black Wolves yang terkenal di kampus. Ia adalah idola para wanita yang terpesona oleh wajah tampan dan karismatiknya. Matanya yang tajam bisa menembus hati musuhnya, tapi juga bisa meluluhkan hati kekasihnya. Hidungnya yang mancung menunjukkan keturunan bangsawan yang mulia. Bibirnya yang tipis dan merah muda menggoda imajinasi yang liar. Rambutnya yang hitam dan bergelombang menambah kesan elegan dan berkelas.

Harlan adalah ketua geng Black Wolves, kelompok pemburu yang bersembunyi di balik kegelapan, yang memiliki kekuatan dan kematian di tangan mereka, dan yang selalu bersatu dan melindungi satu sama lain. Mereka adalah mimpi buruk bagi penghuni kampus, bahkan kakak tingkat tidak berani menyentuh juniornya. Tidak ada yang tahu pasti apa yang membuat mereka begitu ditakuti, terutama Harlan.

Seperti dalam makna geng mereka. Harlan sosok yang suka berkamuflase dimanapun ia berada. Jika di kampus, Harlan dianggap sebagai mahasiswa jenius juga kesayangan para dosen. Harlan bahkan tidak segan dijadikan asisten dosen oleh satu dosennya. Hal ini berbanding terbalik dengan dunianya dulu. Dimana Harlan merupakan anak yang paling nakal dan membuat masalah.

Hal itu justru terkejut karena baru saja mengetahui kenyataan ini. Waktu ia bertanya kepada mahasiswa lain di kampus dirinya lupa menanyakan perihal lelaki itu. Ia yang akan berhadapan langsung dengan geng mereka harus berhati-hati dengan keras. Apalagi asap rokok terus mengenai wajahnya. Ia berharap hanya bisa bertahan dalam pesta kali ini.

Hansel menatap dingin ke arah Harlan dan kawan-kawannya. Dia membenarkan kancing bajunya dengan tenang. Dia tidak gentar meski salah satu anggota Black Wolves mulai mendekat ke arah mereka.

"Harlan! Lihat siapa yang datang!" teriak seseorang sambil menghembuskan asap rokok ke wajah Yolan.

***

Jangan lupa vote dan komen ^_^
Bermuka dua banget Harlan👀
Lanjut!!!

Dendam ParalelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang