25

416 45 4
                                    

Mimpi indahnya terbangun melihat orang-orang yang menatapnya layaknya monster. Kebanggaan yang selama ini ia bangun menjadi runtuh. Dunia Harlan hancur sejak satu hari mereka berada di desa ini.

Tepukan di pundak membangunkan Harlan yang tengah melamun. Ia melihat Hansel yang mengerutkan keningnya. Lelaki itu tampaknya kebingungan dengan yang terjadi dengannya.

"Lo baik?" tanya Hansel dengan memegang kedua pundaknya.

"Hmm," sahutnya dengan berjalan duluan.

Hansel yang melihat seketika hanya diam. Ia menyusul Harlan yang berjalan cepat, seperti sedang menghindar dari pandangannya. Ia berjalan cepat, Harlan justru ikut berjalan dengan cepat.

"Harlan! Ceritanya lo mau nyari ribut?!" teriak Hansel dengan mengeluarkan feromonnya.

Feromonnya cukup kuat, tetapi tidak bisa menahan tubuh Harlan. Itu sudah biasa karena Harlan merupakan dominan di atas dominan. Lelaki itu paling-paling cuma hanya bisa berhenti mencium feromonnya.

Seketika ia merasakan perubahan dalam tubuhnya. Ia merasakan taring tumbuh di giginya. Ia juga merasakan penciumannya semakin tajam dan matanya yang semakin jernih.

Namun, lelaki itu tidak sadar jika ada sebuah tato. Tato yang menghiasi pipinya itu seolah-olah bercerita tentang jiwa yang misterius dan mendalam. Tinta hitam itu menyatu dengan kulitnya membentuk gambar serigala yang rumit dan indah. Setiap garis dan setiap detail tampak berdenyut dengan kehidupan mencerminkan kebebasan dan keganasan yang ada di dalamnya. Mata  serigala itu terlihat tajam dan menembus mencerminkan mata Hansel.

"Sekarang kita sama-sama jadi monster, kan?!" teriak Hansel dengan melangkahkan kakinya mendekat tubuh Harlan.

Berbeda dengan Harlan yang sangat terkejut akan perubahan Hansel. Ia tidak pernah menduga perubahan lelaki itu terlihat cukup kuat. Biasanya orang-orang yang mendapat tato itu kebanyakan dari Enigma. Makanya kaum Enigma selalu diagungkan karena tato mereka melambangkan kekuatan dan hadiah bagi golongan mereka.

Namun, beberapa juga menganggap perubahan golongan Enigma merupakan sosok monster. Oleh karena itu, banyak dari Enigma yang menyembunyikan kekuatannya. Merek hanya memakai jika memang sangat diperlukan.

"Sejak kapan lo punya tato?" tanya Harlan dengan menyentuh pipi kanan Hansel.

Hansel memegang telapak tangan Harlan di wajahnya. Ia hanya tersenyum dengan berkata, "Tato? Entahlah gue juga nggak tau sejak kapan, tapi berarti kita sama-sama monster di mata mereka, kan?"

"Orang-orang pengennya normal. Lo malah pengen jadi monster. Udah gila, kah?" sindir Harlan yang menatap sinis Hansel.

Hansel melepaskan tangan Harlan di wajahnya. Ia menggenggam tangan Harlan dengan penuh gembira. Entah sejak kapan ia merasa gembira bersama rivalnya juga orang yang membuatnya datang ke sini.

Harlan justru menatap wajah Hansel dengan tenang. Harlan kemungkinan besar ragu dengan perubahan yang dilakukan oleh Hansel. Ia berpikir jika Hansel mungkin sedang balas dendam kepadanya.

"Kita udah sampai," celetuk Hansel.

***

Hansel berdecak dengan kagum. Ia sangat kagum melihat kandang ternak yang sangat bersih. Dimana sangat bersih, bahkan kotoran ternak keluar dari kandang. Kandang yang lantainya sangat basah mungkin sudah tercampur dengan kotoran. Lalu hewannya yang sangat kotor.

Harlan berbanding terbalik dengan Hansel. Ia justru meringis dan sangat jijik melihat kandang yang sangat kotor. Ia bahkan hampir saja kabur melihat banyak lalat yang mengarah kepadanya.

"Shit! Berapa lama kandang ini nggak dibersihkan?!" umpat Harlan dengan memeluk lengan Hansel tanpa sadar.

Hansel menatap wajah ketakutan Harlan. Lelaki itu kenapa akhir-akhir ini menjadi sangat lucu. Berbanding terbalik dengan dulu, bahkan perkataan orang lain yang menyatakan Enigma itu sangat dominan juga misterius. Harlan justru sebaliknya untuk melihat hal kotor saja lelaki itu sudah sangat jijik.

Hansel tanpa sadar memainkan rambut Harlan. Tindakan Hansel membuat Harlan menjadi membeku, bahkan untuk mendorong tubuh Hansel saja sepertinya tidak sanggup. Harlan merasakan tubuhnya menjadi sangat panas.

"Ayo kita masuk! Biar cepet selesai," ajak Hansel menarik tangan Harlan dengan tersenyum manis.

Hansel meninggalkan Harlan yang terlihat ogah membersihkan kandang. Harlan tidak bisa membayangkan berapa banyak bakteri atau virus yang ada di dalam kandang.

Harlan hanya melihat Hansel yang mengambil selang. Lelaki itu menyiram babi yang sangat kotor. Lelaki itu sesekali menggosok tubuh para babi dengan santai. Hansel tidak terlihat jijik dalam membersihkan hewan itu.

Saat hewan itu mengeluarkan kotoran dari bokongnya. Hansel tidak memperdulikan. Harlan yang melihat itu seketika berlari. Ia seketika muntah mengeluarkan isi perutnya.

Harlan mengelap bibirnya. Ia menatap Hansel yang masih santai membersihkan hewan-hewan lain tanpa keberatan atau protes kepadanya. Ia sama sekali tidak membantu pekerjaannya.

"Anjing, malu banget gue! Enigma kayak omega," gumam Harlan yang sama sekali jijik dengan kotoran hewan. "Tahan banget tuh cowok liat kotoran hewan."

"Harlan! Bantu gue kasih makan hewannya!"

Harlan kembali berjalan masuk ke dalam kandang. Ia menatap sekeliling kandang. Dimana hewan babi sudah bersih. Ia menatap Hansel yang membersihkan kandang kambing dengan telaten.

"Itu di samping kandang babi ada jagung. Kayaknya warga udah sediakan makanan buat ternak dia. Lo bisa aja potong dulu jagung jadi kecil," seru Hansel dengan menunjuk sebuah keranjang.

Harlan menatap keranjang yang penuh dengan jagung. Ia menyetujui saja lagian ini tugas yang paling mudah dibandingkan membersihkan hewan-hewan ternak. Ia mulai memisahkan jagung dari kulitnya.

Harlan dengan mudah mematahkan jagung menjadi ukuran kecil. Ia memasukkan jagung kecil ke dalam keranjang. Ia menatap para babi yang sepertinya sangat tidak sabar untuk makan.

"Sabar, Bi! Lo kira mudah. Lo enak bener jadi babi. Gue Tuan Muda dari keluarga Leonardo jadi babu lo. Kalau keluarga gue denger ini lo bisa aja dijadiin babi guling," celetuk Harlan dengan menetap para babi yang menatapnya bodoh.

Akhirnya ia selesai mematahkan jatuh jadi beberapa bagian. Ia menatap para babi yang mendekat ke arah kandang. Ia memberikan satu persatu, tetapi satu babi membuatnya terkejut.

"Anjing, lo babi!" teriak Harlan yang tanpa hampir saja membunuh babi dengan feromonnya.

Hansel yang mendengar keributan segera berlari. Ia menatap Harlan yang terlihat sangat kesal. Ia berkata, "Ada apa, Har?"

"Ini si babi mau gigit jari gue! Emang anjing si babi!" gerutu Harlan dengan menunjuk seekor babi yang menatap mereka dengan wajah bodoh.

"Lo ngasih mereka makan satu persatu pakai tangan?" tanya Hansel dengan mengangkat alisnya.

"Ya, iyalah! Trus gimana lagi?!" bentak Harlan yang masih kesal dengan si babi. Jika bukan hewan sudah dari tadi ia ajak duel.

Hansel yang mendengar sontak menepuk jidatnya. Beginilah jika ia harus bekerja dengan anak tunggal kaya raya. Harlan pasti tidak tahu cara merawat hewan ternak.

"Ya, itu salah lo. Babi kan hewan jadi dia nggak bisa mikir. Babinya mungkin ngira jari lo itu makanan," ucap Hansel dengan tersenyum menatap Harlan.

"Jadi lo salahin gue?" tanya Harlan dengan menggerutu keningnya.

"Engga, gitu! Terserah lo aja, dah. Mending lo lempar aja jagungnya ke dalam kandang jadi lo nggak kena gigi," perintah Hansel yang kembali menuju kandang kambing.

"Oh," sahut Harlan yang terlihat sangat menyebalkan

***

Jangan lupa vote dan komen :v
Lanjut!

Dendam ParalelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang