22

444 47 5
                                    

Hansel tergelak tawa melihat Harlan yang memberikan tekanan kepadanya. Mulutnya ditutup menggunakan telapak tangan Arka. Hansel tersenyum walaupun mulutnya ditutup. Ia bisa melihat Harlan yang tampak semakin marah.

Harlan semakin memberikan tekanan layaknya magnet. Mereka berenam terjatuh dengan berlutut di depan Harlan. Mata berwarna amber dan feromon layaknya bau api neraka tampak menghipnotis mereka.

Hansel segera menepis tangan Arka dengan menatap Harlan. Ia berkata jika Harlan masih saja pengecut, seperti sebelumnya. Jay yang mendengar seketika hampir pingsan. Hansel sepertinya sangat suka menantang maut.

“Gue pengecut? Gue nggak pernah ngelakuin hal yang lo maksud. Apa gue ada minta lo datang ke sini, hah?” kata Harlan dengan menatap wajah Hansel.

“Ya, lo pengecut karna cuman bisa lampiaskan emosi pakai feromon. Apa gue salah?” balas Hansel dengan menyeringai.

Hansel merasakan perubahan feromon Harlan yang tampak, seperti menyedihkan. Tidak lama berubah kembali menjadi sangat suram. Kekuatan feromon kali ini semakin kuat.

“Harlan … kalo lo marah harus inget sahabat sendiri! Lo mau bunuh sahabat lo, hah?! Lo kayak gini beneran kayak pengecut! Dimana Harlan yang kami kenal?!” teriak Varo dengan matanya menjadi buram lama-lama tidak sadarkan diri.

Hansel mencoba bangkit dari tekanan Harlan. Ia merasakan beban di seluruh tubuhnya. Rasanya kekuatan Harlan sangat-sangat mengerikan. Ia tidak akan pernah bisa membayangkan jika lelaki itu benar-benar marah.

“Pergi …”

Harlan hampir jatuh ke tanah jika bukan Hansel yang memegang tubuhnya. Hansel menghela napas karena bisa melumpuhkan tubuh Harlan untuk sementara. Namun, ia tidak bisa memastikan ke depannya akan bagaimana.

“Hah, anjir! Feromon Harlan makin kuat aja! Dia latihan feromon mulu pasti!” seru Galen dengan napas terburu-buru. Ia tidak bisa membayangkan jika saat ini Harlan tidak dilumpuhkan oleh Hansel.

“Galen bawa Harlan! Gue bawa Varo,” pinta Jay yang merangkul tubuh Varo.

Galen baru saja ingin menuju Harlan, tetapi ia tertegun menatap Hansel. Hansel menggendong tubuh Harlan meninggalkan mereka, bahkan Arka sahabat dari Hansel juga ditinggal dengan kebingungan.

“Sejak kapan mereka deket?” tanya Galen dengan Arka bersamaan.

“Lo nggak tau?” tanya Arka menatap Galen yang juga kebingungan.

“Kalo gue tau ngapain nanya lo bodoh!” seru Galen berlari mengikuti Hansel yang membawa tubuh Harlan.

***

“Eits, kalian nggak boleh lewat garis merah!” tegur Yolan yang menunjuk tali rafia sebagai pembatas mereka.

“Yolan jangan ngomong gitu saat ini,” tegur Hansel yang membawa tubuh Harlan ke wilayah geng Harlan.

Hansel meletakkan tubuh Harlan di atas pangkuannya. Ia menatap wajah tenang Harlan yang tengah pingsan. Ia mengambil tas milik lelaki itu yang terdapat beberapa barang.

Ia menemukan sebuah bantal mini dari dalam tas. Waktu ia mencoba meletakkan bantal ke kepala lelaki itu. Ia agak kesusahan karena Harlan tampak memegang erat pinggangnya tiba-tiba.

"Anjing, bantu!" desis Hansel yang melihat Jay dan Galen hanya diam mengamati tingkah sahabatnya.

Miko dan Yolan segera berlari menuju Hansel. Mereka tidak akan membiarkan Hansel dipeluk oleh orang, seperti Harlan. Anak iblis yang menjelma menjadi manusia tidak boleh mendekat kepada Hansel.

Plak!

Yolan memukul kepala Harlan yang tertidur. Semua yang ada di sana kecuali Miko sontak menatap tajam Yolan. Lelaki itu yang benar saja ingin membangunkan Harlan, padahal mereka sudah susah payah melumpuhkan Harlan.

Sekarang mereka pastinya tidak bisa menipu Harlan lagi. Lelaki itu sangat suka mempelajari kesalahannya di masa lalu. Lelaki itu kali ini tidak akan pernah bisa ditipu.

"Halo, apa kabar?" ucap Hansel melambaikan tangannya di atas wajah Harlan.

Harlan justru meninju wajahnya. Lelaki itu segera duduk dengan menatap sekeliling. Harlan mendesis ternyata ia berada di dalam rumah.

"Gimana kabar Varo?" tanya Harlan menatap Varo yang masih memejamkan mata.

"Kecapean dianya. Kenapa kali ini lo nggak bisa nahan emosi?" ungkap Jay dengan merangkul pundak Harlan.

Harlan menggelengkan kepalanya. Ia tidak emosi hanya saja sedikit kesal, apalagi Varo tampak membela geng sebelah. Lalu hukuman yang tidak bisa dikasih terlalu memberatkan baginya, apalagi mereka harus hidup di desa selama satu bulan.

Harlan kembali meletakkan kepalanya di atas bantal. Lelaki itu memejamkan matanya. Ia merasakan ketegangan antara geng mereka semakin dalam.

Hansel justru menatap Harlan yang memejamkan matanya. Ia mengelus hidungnya yang mungkin saat ini sedang memerah. Mereka bahkan melupakan kejadian jika keempat lelaki harus tidur di luar, tetapi kejadian ini membuat geng Hansel ragu mengusir mereka.

Bayangkan saja Miko dan Yolan yang berada dalam rumah saja bisa merasakan tekanan Harlan. Mereka tidak bisa membayangkan seberapa besar tekanan yang dirasakan yang lain waktu menenangkan Harlan. Yolan sebenarnya juga takut membangunkan Harlan, tetapi hanya mencoba memberanikan diri.

"Ngapain lo berdua masih di sini? Sana balik ke habitat lo pada," usir Jay dengan mengibaskan tangannya di depan wajah keduanya.

Hansel yang mendengar sontak menatap tajam Jay. Hansel berpikir mereka berempat itu memang sangat tidak tahu diri. Mereka sudah tidak membantu membersihkan rumah dan sudah dibantu agar Harlan tidak mengganggu warga desa. Sekarang justru mengusir mereka.

"Udah-udah, Han! Kita masih di desa orang. Kalau udah balik baru kita lawan," tegur Arka yang tidak ingin memperkeruh keadaan. Ia hanya takut kejadian ini sudah diketahui oleh warga desa.

Hansel menepis tangan Arka. Ia berjalan menuju wilayah mereka selam tinggal di desa. Rasanya ia harus bisa menyimpan stok kesabaran lebih banyak. Ia tadinya merasa kesal waktu Harlan mengeluarkan feromonnya.

Mereka bersembilan tidur dengan tenang. Kenyamanan yang mereka rasakan hanya berujung sesaat. Mereka dibangunkan oleh ketukan pintu yang sangat keras.

Akhirnya mereka terbangun dengan penuh kejutan. Masing-masing dari mereka menggunakan wajah bantal. Hansel bahkan menggaruk kepalanya dengan mata terpejam.

Hansel berdiri dengan badan sempoyongan. Ia membuka pintu dimana terdapat kepala desa yang menatap mereka khawatir.

"Kalian harus kumpul di rumah saya. Para warga protes dengan kejadian malam tadi karena ada salah satu anak yang jatuh sakit. Kalian bukan yang menggunakan feromon malam tadi?" seru Ahen dengan raut wajah khawatir.

"Astaga, Pak! Ini baru jam 4 pagi, loh! Kami saja baru tidur jam 9 malam," protes Ravin dengan mengucek matanya.

"Tapi jika kalian tidak datang takutnya kalian akan diusir dari desa!" seru Ahen dengan menarik tangan Hansel.

Mereka berdelapan akhirnya pasrah mengikuti Ahen dan Hansel yang tengah ditarik. Mereka dibawa ke sebuah rumah yang terlihat banyak orang. Tatapan tajam dan bisikan mereka dapatkan setelah sampai.

"Nah, ini lah urang nang kada tahu diri!"

***

Jangan lupa vote dan komen :v
Ada apa nih🫡
Lanjut!!

Dendam ParalelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang