Ibu membuka matanya perlahan, hal itu di sadari oleh Tay. Satu-satunya orang yang masih terjaga saat jam menunjukkan pukul tiga dini hari.
Perlahan Tay memindahkan kepala New dan menggantikan pahanya dengan bantal sofa. Tak lupa Tay memperbaiki selimut New. Beruntungnya sofa itu cukup luas dan empuk sehingga membuat tidur New nyenyak.
"Ibu sudah sadar?" Tay mendekati ibu.
Ibu tidak menjawab, ia masih menormalkan penglihatannya.
"Aku panggil dokter dulu"
Tay segera menekan bel yang berada di samping ranjang rumah sakit untuk memanggil dokter.
Sambil menunggu dokter, ibu menoleh ke samping, tepat pada New yang sedang tertidur di sofa.
"Nak Tay tidak pulang?" Tanya ibu dengan suara yang berbisik karena tenggorokan yang kering dan tubuhnya yang masih lemah.
"New tidak ingin di ajak pulang, jadi aku menemaninya di sini" jawab Tay.
"Apa istrimu tidak mencari?"
Tay hanya diam tidak menjawab. Tak lama kemudian dokter datang dengan seorang perawat. Dokter segera memeriksa kondisi ibu.
Setelah beberapa menit dokter memeriksa ibu, keadaan kembali hening dengan Tay dan ibu yang sama-sama diam, sementara New tampak tertidur pulas.
"Ibu merasa gagal mendidik New" mata ibu berkaca-kaca sambil menatap New yang sedang tertidur.
"Maafin anak ibu yang sudah menghancurkan rumah tangga kamu dan istri" ibu menatap Tay dengan rasa bersalah.
Tay menatap ibu, mungkin selama ini ia tampak tidak begitu perduli dengan wanita paruh baya di hadapannya saat ini. Tapi sekarang, berbeda.
Bagaimanapun wanita ini adalah ibu dari New, pria yang berhasil menarik perhatiannya. Ibu adalah kebahagiaan New, maka dari itu Tay harus bisa menjaga ibu untuk mempertahankan kebahagiaan New. Tay akan melakukan itu demi New.
"Ibu tidak salah, New juga tidak salah" ucap Tay.
"Aku yang salah" tambahnya.
"Aku yang mengajak New untuk menikah. Aku merasa hampa pada pernikahan pertama ku. Istriku tidak menjalankan kewajibannya, termasuk prihal anak"
"Beruntung aku bertemu dengan New. Dari New aku mendapatkan semua yang aku inginkan. Sebuah perlakuan yang tidak aku dapatkan dari istriku, tapi aku mendapatkannya dari New"
"Bahkan untuk hal kecil pun tidak pernah aku dapatkan dari pernikahan pertama ku. Tapi New bisa memberikannya" Tay tersenyum tipis.
"Aku merasa sangat beruntung bisa bertemu dengan New. Tapi mungkin New yang merasa sial, karena aku dia jadi terseret dalam masalah ku" lirih Tay, ia benar-benar merasa bersalah.
"Tapi yang kalian lakukan salah" ucap ibu.
Tay mengangguk "ya, aku sadar jika semua ini salah. Tapi..." Tay menggantungkan kalimatnya.
"Mencintai New bukanlah sebuah kesalahan" lanjutnya.
Baru beberapa hari yang lalu Tay tidak yakin dengan perasaannya sendiri. Namun sekarang Tay sadar, jika ia sudah jatuh pada pria manis itu. Jatuh sampai titik Tay takut akan kehilangan New.
Tay sudah berani mengakui jika perasaanya selama ini benar adanya, sebuah rasa cinta terhadap pria manis bernama New Thitipoom.
Tay mantap wajah New yang sedang tertidur pulas, senyumnya kian mengembang. Andai saja ia bertemu dengan New lebih dulu, mungkin kisah cintanya akan sangat indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Contract Marriage
Fantasíasebuah pernikahan yang berlandaskan hitam di atas putih TayNew bxb