part 22

1.1K 117 19
                                    

Satu Minggu berlalu, Tay memang tidak pulang sama sekali.

New merasa kesepian, biasanya setiap malam ia akan tidur di dalam dekapan hangat Tay. Namun sekarang, setiap malamnya ia akan terbangun sambil menahan rasa sakit pada perutnya seorang diri.

Apa boleh buat? New tidak bisa egois lagi. Benar apa yang di katakan oleh ibu, Karena ulahnya bukan hanya Namtan yang menjadi korban, tapi juga orang tua mereka yang harus menelan rasa kekecewaan. Terlebih lagi, mungkin anaknya akan ikut menjadi korban karena ulahnya sendiri.

New mengusap perutnya yang sudah membesar. Perutnya masih terasa perih karena keram. Biasanya ada Tay yang mengusapnya membuat rasa sakit itu cepat menghilang. Namun sekarang, New harus menghabiskan malamnya untuk mengusap perutnya sendiri hingga waktu pagi karena rasa sakit yang tak kunjung hilang.

New menunduk tersenyum pasti anaknya akan mirip sekali dengan Tay.

"New?"

"Ibu?"

New kaget saat melihat ibu yang sedang menghampirinya dengan duduk di kursi roda di dorong oleh salah satu perawat pribadi yang Tay pekerjakan.

Saat ini New hanya berdua dengan ibu, duduk di gazebo taman belakang yang terasa sejuk dan menenangkan.

"Kenapa melamun?" Tanya ibu.

New menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Tempat ini sangat nyaman ya" ucap ibu.

New mengangguk setuju sebagai respon.

"Beberapa hari ini ibu tidak melihat nak Tay"

"Dia pulang ke rumah istrinya"

Ibu menatap New "memang seperti itu semestinya bukan?"

Ibu tahu jika New sedang mengalami patah hati. Ibu tahu jika New jatuh cinta pada pria sebaik Tay. Namun ibu tidak bisa menormalisasikan hal itu karena anaknya benar-benar salah.

"Sekarang istrinya sedang hamil, sudah sepatutnya Tay mendampingi istrinya"

"Ibu tahu?"

Ibu mengangguk "ibu tahu semua tentang kalian dari istrinya. Kemarin dia datang dan menceritakan soal hubungan terlarang kalian. Dai juga mengatakan jika saat itu dia sedikit hamil, tapi dia meminta ibu untuk diam karena Tay belum mengetahuinya"

New menghela nafasnya, ternyata Namtan bercerita banyak pada ibunya.

"Lalu bagaimana sekarang?"

New menunduk sedih "kita akan tetap tinggal di sini untuk sementara waktu"

"Sampai kapan?"

"Sampai aku melahirkan lalu kami bercerai" New menitikkan air matanya.

"Maafkan ibu. Ibu tidak bermaksud untuk merusak kebahagiaan mu"

New mengusap air matanya "ibu tidak perlu meminta maaf karena aku memang salah"

"Ibu terlalu ikut campur dengan urusanmu"

New menggeleng "ibu benar, aku orang yang sangat jahat. Aku merebut kebahagiaan orang lain. Aku bahagia di atas penderitaan orang"

"Hanya dua bulan lagi ibu, setelah ini kita akan pergi jauh dan hidup bertiga bersama baby"

Entahlah New tidak tahu, tidak pasti apakah ia berhasil merebut hak asuh dari Tay. Atau ia akan hidup sebatang kara.

"Aku sayang ibu" New memeluk ibunya.

***

Waktu terus berjalan, dua Minggu berlalu dan Tay tak kunjung pulang untuk menemuinya barang sebentar saja. Atau hanya sekedar memberikan pesan kabar kepadanya.

Contract Marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang