Tay kembali ke apartemennya bersama New setelah menyelesaikan urusannya bersama Namtan.
Tay membuka pintu kamar dan melihat New yang sedang tertidur lelap di atas kasur. Tay berjalan menghampiri New, ia duduk di pinggir kasur sambil memperhatikan wajah New.
"Maafkan aku" ucap Tay dengan sangat pelan.
New terusik dari tidurnya, ia membuka matanya perlahan dan melihat Tay yang sedang duduk menatapnya.
Mata New berkaca-kaca ketika mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Perlahan New mengubah posisinya menjadi duduk dengan bantuan Tay.
New hanya menunduk memainkan kuku jarinya, tidak berani menatap Tay. New juga tidak tahu apa yang harus ia bicarakan dengan Tay.
Tay menarik New kedalam dekapannya, Tay dapat mendengar suara isakan New. Tay mengusap punggung New.
"Tidak perlu di pikirkan. Aku sudah menyelesaikan masalah kami" ucap Tay, seolah tahu apa yang sedang ada di pikiran New.
"Aku mohon jangan dipikirkan tentang ini, kami baik-baik saja. Namtan mengerti dan dia bisa menerima semuanya"
"Jangan terlalu stres, kau sedang mengandung New"
New meremas kuat pakaian yang di kenakan oleh Tay. Bahkan hal seperti ini yang Tay pedulikan hanya janinnya. Tay tidak perduli sama sekali padanya.
Tay semakin mengeratkan pelukannya pada New, menenangkan pria itu hingga tanpa sadar New tertidur di dalam dekapan Tay.
***
Seperti biasa, pagi-pagi sekali New sudah bangun lebih dahulu.
New membuat sarapan untuk dirinya Tay dan ibu. Setelah membuat sarapan, New membangunkan Tay. Sambil menunggu Tay mandi, New menyiapkan pakaian Tay.
Sebenarnya New tidak ingin berinteraksi dengan Tay. Namun apa boleh buat, New mencoba untuk mengabaikan permasalahan tersebut.
Seperti sebuah rutinitas wajib, New akan membantu Tay memakai kamejanya, tak lupa mengenakan dasinya.
New hanya diam, ia tidak mengeluarkan suaranya sejak tadi.
Sementara Tay, matanya tak lepas memperhatikan mata sembab milik New.
Tay melingkarkan kedua tangannya pada pinggang New, menarik tubuh New semakin dekat dan hanya perut besar New yang menjadi penghalangnya.
"Kenapa hanya diam hmm?" Tanya Tay.
Tay tidak menyukai ini, ia lebih suka New yang cerewet banyak bicara.
New mendorong tubuh Tay setelah ia selesai membantu Tay. Namun Tay tidak melepaskan pelukannya. Tay justru mengeratkan pelukannya pada pinggang New.
"Kau marah padaku?"
"Aku tidak ada hak bukan?" Lirih New.
Tay mengangkat dagu New, membuat wajah New terangkat dan mata mereka saling memandang.
Hening, keduanya asik dengan pikiran masing-masing.
"Empat bulan. Waktu kita hanya tersisa empat bulan" ucap Tay.
Dengan lancangnya, air mata New menetes tanpa seizin New.
"Sesuai perjanjian awal. Setelah kau melahirkan, hak asuh anak akan jatuh padaku"
"T-Tapi..." Lidah New keluh.
"Sesuai kesepakatan, aku akan membiayai hidupmu dan ibumu seumur hidup kalian"
New meremas kameja yang Tay kenakan. Rasanya sakit sekali.
"Kau tidak perlu khawatir, Namtan sudah berjanji jika ia akan membantuku merawat anak kita seperti anak kandungnya sendiri"
KAMU SEDANG MEMBACA
Contract Marriage
Fantasysebuah pernikahan yang berlandaskan hitam di atas putih TayNew bxb