Sebelas

2.2K 341 42
                                    

Bau rempah mengusik indera penciumannya, bunyi gesekan spatula dengan kuali terdengar merdu olehnya, masakan rumahan, yang jarang Ia temui setelah Ibu nya meninggal, dulu masakan sederhana ini mampu membuatnya betah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bau rempah mengusik indera penciumannya, bunyi gesekan spatula dengan kuali terdengar merdu olehnya, masakan rumahan, yang jarang Ia temui setelah Ibu nya meninggal, dulu masakan sederhana ini mampu membuatnya betah.

Telur balado dengan hiasan daun mint di atasnya, cumi dan buncis telur asin, dengan teh tawar hangat, membuatnya merasakan rumahnya kembali.

Mulutnya mengunyah dengan semangat, saat semua cita rasa itu bertengkar di dalamnya, Ia tersenyum hangat saat lidahnya menyukai setiap bumbu yang Ia kecap sesuai dengan seleranya.

"Kamu pinter masak. "

Ucapan itu seketika membuat Becky berhenti untuk melakukan apapun, jantungnya berdebar dengan kencang, ini kali pertama kata manis itu terdengar di telinga.

"Aku suka makanan ini, namanya apa?"

Freen menunjuk sayur buncis itu dengan semangat,  senyum yang bahkan tidak pernah Becky temui mampu Ia nikmati dengan jelas saat ini.

"Buncir telur asin Kak. "

"Kapan-kapan bikin ini lagi ya. "

"Hmm, kalau Kakak mau, Aku bakal bikinin. "

"Kamu pinter masak ya, Aku dulu belajar masak sama Ibu tapi gak pernah bisa masak. "

"Mau belajar masak bareng Aku gak Kak?"

"Boleh. "

Freen mengangguk sumbringah, Ia ingin memasak masakan enak untuk dirinya sendiri, karena semenjak kehilangan sang Ibu, Freen tidak lagi menemukan sosok yang mampu mengajarinya segala hal jika itu urusan rumah tangga

"Dulu Ibu suka masak kayak Kamu. "

"Suka masak apa?"

"Aku paling suka tumis kangkung bakar saur tiram Ibu. "

"Mau Aku bikinin, kali aja sedikit mengobati rasa kangen Kakak. "

"Oh ya? Kamu bisa?"

Wanita itu mengangguk, Becky bersemangat dengan semua permintaan yang Freen katakan padanya, dua tahun terlalu kaku untuk Mereka, tidak banyak bicara, bahkan untuk menatap matapun Mereka tidak pernah.

"Kamu suka apa Bec?"

"Aku?"

"Hmm. "

"Cottoon candy. "

"Kayak bocah. "

Kekehan Freen bagaikan hadiah terbaik untuknya, Ia terpana sembari melihat semua yang terjadi saat ini, sederhana namun terlalu bermakna untuknya.

"Bec?"

"Iya?"

"Kamu bisa masak apa lagi selain ini?"

"Banyak, mau green curry chicken gak?"

"Thai food?"

Becky mengangguk lucu, perhatian Freen mendadak sepenuhnya ada padanya, ternyata gadis itu tidak seburuk isi kepalanya selama ini.

"Kamu suka makanan apa Bec?"

Senyum tipisnya menghias wajahnya, hal yang sangat jarang terjadi, perhatian yang selama ini Ia harapkan, dan kali ini Ia mendapatkannya.

Pelukan dari belakang tubuhnya menjadi hal mengejutkan lainnya yang terjadi hari ini, bagaimana Freen memperlakukannya dengan baik.

"Kak. "

"Hmm?"

"Tidak jadi. "

Memutuskan untuk tidak mengatakan apapun, Becky melanjutkan aktifitas memasaknya, Ia melirik jam dinding yang menunjukan pukul 9 malam, Ia sudah berdiri 3 jam lamanya, namun jika itu untuk Freen, Ia tidak apa.

"Kau menyukai semuanya Bec?"

"Tentang?"

"Pernikahan ini?"

Ia tidak pernah tau bagaimana menjelaskan semua hal ini kepada Freen, tentang bagaimana perasaannya, lukanya, hati yang hancur setelahnya, dan mungkin menurut isi kepalanya, Freen tidak harus tau tentang ini.

"Aku beruntung menemukanmu. "

Matanya melebar sempurna, terlalu mengejutkan semua hal yang terjadi hari ini, bagaimana perubahan itu mampu membuatnya bergetar dengan sangat, jantungnya berdetak jauh lebih cepat dari biasanya.

Makanan yang tersedia hampir separuhnya sudah berpindah ke perut wanita berambut ash dark brown itu, Ia tersenyum puas dengan santapannya hari ini, menyukainya.

Ciuman lembut di pipi itu Ia berikan sebagai bentuk terima kasih untuk semua yang Becky berikan kepadanya hari ini, membalikan badan gadis itu dengan pelan, menyatukan kedua bibir Mereka dengan lembut, tangan kanannya mengusik ketenangan dari punggung mulus milik Becky, desahan yang terdengar pelan, tubuh yang menggeliat kaku, membuat suasana canggung tercipta di antara Mereka.

"Maaf Bec. "

"It's oke Kak, A--aku yang seharusnya minta maaf. "

"Apa ini terlalu cepat untukmu?"

"Maaf ya Kak. "

"Gak masalah. "

Freen menjalin kedua tangan Mereka, mencium punggung tangan Becky dengan lembut, mata yang biasa tajam terlihat mendadak sirna seketika, lebih tenang dan damai, seketika Becky kembali jatuh cinta untuk kesekian kali.

"Aku melewatkanmu terlalu jauh?"

"Sepertinya. "

"Kau indah. "

"Kak?"

"Hmm?"

Jika ini bukan yang sebenarnya, Ia berharap sebentar saja seperti ini, jangan hancurkan inginnya dengan kenyataan yang jauh lebih buruk lagi setelah ini.

"Kak mau kemana?" Suara itu terdengar panik.

Freen menggeleng, melepaskan tautan tangan Mereka, tersenyum membingungkan ke arahnya, Becky kembali tidak mengerti dengan keadaan yang ada ini, semuanya terlalu semu untuk Ia cerna dengan baik.

"Kak, jangan pergi. " Tidak terdengar, suaranya terlaku kecil untuk berteriak saat langkah kaki itu berjalan menjauh darinya.

Detak jantung yang tadinya keras, mendadak berdetak lagi seperti yang semestinya, cahaya itu berpindah dengan cepat, Freen menjauh dari pandangan, sebelum semuanya kembali tidak bisa Ia lihat dengan jelas.

Suara nyaring membuat kepalanya berisik, kening itu berkerut dengan keras, melihat banyak sekali orang berkerubung di hadapannya, Ia terlibat kebingungan dengan sangat

"Bagaimana, apa yang terjadi?"

"Pasien mengalami halusinasi kinestetik dan menempatkan dirinya pada berbagai peran dok. "

"Baiklah, biarkan Dia beristirahat, "

Tidak pernah ada ada yang salah pada isi kepalaku tentangmu, namun satu-satunya yang salah di sini hanyalah harapanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak pernah ada ada yang salah pada isi kepalaku tentangmu, namun satu-satunya yang salah di sini hanyalah harapanku.

Backburner (Freenbecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang