Becky POV.
Aku layaknya hujan yang berjatuhan di muka bumi, dingin dan menyebalkan, hadirku kadang diinginkan, namun cenderung tidak, Aku hidup dengan was-was setiap harinya, apakah akan ada yang mencintaiku seperti Ayah dan Mama, atau malah membenciku seperti Bunda dan Patricia.
Berulang kali Aku ingin memperbaikinya, namun berulang kali Aku tertolak, Aku butuh sosok Ibu kandung, walaupun Mama tidak begitu buruk, Ia baik bahkan anak pertamanya juga mencintaiku sebagai adiknya, Richie dan Luffy, dua laki-laki lain yang hadir karena Mama, namun tak jauh beda, Mereka menganggap Ku sebagai ratu, membuatku merasa nyaman berada di rumah.
Tapi sialnya segalanya berubah saat "persahabatan" Ayah menjadi satu-satunya alasan mengapa Aku terluka, Ia menjodohkan Ku dengan kekasih Kakak ku sendiri, Aku tidak pernah tau bagaimana hidup Pat selama ini, Aku berkuliah di luar kota tepatnya di Bandung dan Pat di Jakarta, jarak Kita tidak jauh, hanya hatinya saja yang tidak lagi bisa dekat.
Aku kehilangan Pat dari kelas 5 SD, umur Kami baru 10 tahun, tapi rasa benci Pat dan Bunda terhadapku dan Ayah sudah setebal itu.
Keluargaku hancur karena Bunda berselingkuh, dan Ayah melakukan hal yang sama, namun sayang yang Bunda dapatkan hanya sebuah kesialan, melihat Ayah jauh lebih beruntung, Bunda marah, bahkan padaku yang ikut dengannya, dengan Ayah.
Kembali dengan perjodohan ini, Aku tidak tau awalnya Freen siapa, bagaimana masa lalunya, karena menurutku, yang cerita lampau adalah milik Freen seorang, bagian Ku hanya melanjutkan umur yang tersisa, tapi nyatanya Aku salah, Aku hanyalah pilihan kedua, karena Pat masih tahta tertinggi di hati Freen sampai hari ini, 7 bulan sudah ternyata.
Kata Ayah, pernikahan itu seperti dua sisi mata uang, sama tapi berbeda, akan selalu ada timbal balik dari masalah yang Kau lakukan, Kau berani memulainya, Kau harus menyelesaikannya.
Aku setuju, karena menurutku, komitmen itu mahal, tidak semua orang punya keteguhan hati seperti itu, dan Aku ingin menjadi salah satunya.
"Sebentar ya Pak. "
Tadi Aku pulang dengan menggunakan ojek, Aku tidak sekuat itu untuk berjalan, mungkin ini kali pertama Aku tidak akan melakukan hal bodoh ini lagi.
"Non Bec, kenapa naik ojek?"
"Hp nya lowbat, Pak minjem seratus bisa? Abis ini Aku ganti. "
"Bisa Non. "
"Sekalian tolong buka pintu ya Pak, Kak Freen udah pulang belum?"
"Belum Non. "
"Oh ya udah, makasih ya Pak uangnya. "
Mencintai ternyata tidak akan selalu membawamu menjadi orang yang lebih baik, dulu Aku tidak pernah mau tau dengan pepatah ini "lebih baik dicintai dari pada mencintai. " Karena menurutku, cinta itu akan tumbuh seiring jalannya waktu, tapi Aku lupa hati manusia itu batu, semakin Kau hantam keras Ia akan pecah, jika Kau siram dengan air terus menerus Ia akan bolong, tidak akan ada yang bisa melebur bersama.
Aku tidak selamanya sabar, Aku tau, Aku takut untuk mengulang hal buruk tentang keluargaku, karena dalam do'aku waktu itu, ingin Freen pertama dan terakhir untukku, Tuhanku mengijinkannya, lalu kenapa Aku harus mengkhianatinya dalam semua inginku?.
Nafasku tidak pernah teratur jika sudah masuk ke dalam rumah ini, Freen dengan jelas memajang fotonya dengan Pat di setiap sisinya, dari gadis itu menang lomba lukis, pahatan, atau lomba seni murni lainnya, Freen bangga padanya, katanya Pat anak yang berbakat, Ia bisa menjadi seniman terbaik abad ini.
Tatapnya padaku tidak pernah sehangat tatapnya kepada Patricia, Aku selalu tersenyum pilu saat melihat beberapa foto Mereka yang ada di ruang tamu rumah Kami, rumah ini terlalu luas untuk lukaku.
"Non...
"Bi, astaga. "
"Pegel gak Non?"
"Lumayan. "
"Non lupa ganti baju, baju Non basah kuyup. "
"Ah maaf ya Bi, Aku ngotorin lantai ya? nanti Aku yang ngepel deh Bi. "
Namanya Bi Nan, Bibi yang bekerja dengan Freen di rumah ini, rumah yang Freen beli dari hasil jerih payahnya sebagai dosen dan seniman.
"Ya ampun gak usah Non, ganti baju ya, Bibi bikinan teh jahe, Non Pat kan suka sama air rebusan ja... Ah maaf Non Bec, Bibi lupa terus. "
Belum terbiasa, itu alasan Mereka, 3 tahun Mereka bersama, bisa dibayangkan semua pekerja di rumah ini bisa sedekat apa dengan Patricia yang anaknya layaknya butterfly itu, kehadirannya yang disukai banyak orang, berbeda dengannya yang jauh lebih tertutup dengan sekitar.
"Gak apa-apa Bi, Aku juga sedikit suka air rebusan jahe kok. "
Kami kembar, namun tidak semua hal sama, termasuk jahe, Aku bohong tentang itu.
"Teh aja ya Non, jangan dipaksa. "
Aku tersenyum, Aku suka Bi Nan, Dia terlalu peka dengan raut wajahku.
"Bi sebentar, boleh minta tolong? Kasihin ke Pak San uang ganti ini ya, sebentar. "
Di laci ini kadang Aku menyimpan uang darurat, memudahkan Mereka untuk memakainya jika ada yang memang penting untuk di beli namun tidak ada Aku atau Freen di rumah.
"Baik Non. "
"Langsung mandi ya. "
Aku tersenyum dan mengangguk, lalu masuk ke dalam kamarku, ternyata tas ku ada di sana, Freen pulang hanya untuk mengantar ini?, lalu kenapa Ia tidak lagi ada di rumah setelahnya.
Namun pesannya membuatku menghembuskan nafas lelahku lagi dan lagi, tidak akan pernah berubah, toh pemenangnya masih Pat.
"Aku ke rumah Pat, kadonya belum Aku kasih, Kamu kalau udah nyampe rumah langsung tidur aja. " Pesan di terima.
Freen tidak menanyakan bagaimana Aku bisa kembali, Freen tidak peduli usaha apa yang Aku lakukan agar sampai dengan selamat lagi di rumah ini, Freen tidak menginginkan cerita sedihku tentang malam dingin ini, Ia lebih tertarik dengan usahanya untuk menemui Pat, walaupun sudah tertolak mungkin ratusan kali oleh gadis itu.
"Iya Kak, hati-hati ya, Aku udah sampe rumah kok, jangan pulang kemalaman ya, soalnya di luar hujan, jangan ngebut juga, jalanan nya licin. " Pesan terkirim.
terkadang menjadi bodoh itu menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backburner (Freenbecky)
Romansa(GXG⚠️) I won't ever mind crisping up on your backburner.