Dua puluh satu

2K 308 28
                                    

Netra itu terbuka perlahan, silau dari cahaya membuatnya sulit, rasa perih yang mengambil alih sekujur tubuhnya, menahan nafasnya karena semua bius sudah tidak lagi bisa membuatnya mampu menahan bekas jahitan di pelipis dan dagunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Netra itu terbuka perlahan, silau dari cahaya membuatnya sulit, rasa perih yang mengambil alih sekujur tubuhnya, menahan nafasnya karena semua bius sudah tidak lagi bisa membuatnya mampu menahan bekas jahitan di pelipis dan dagunya.

Menggerakkan kaki dan tangan kanannya, Ia merasa ngilu yang luar biasa, tatap matanya mengarah ke segala arah, yang Ia temukan hanya seseorang yang tertidur di sofa kamar rawatnya, pandangannya terkunci ketika sosok wanita itu terlihat lelap dengan tidurnya.

Lalu Ia kembalikan semua perhatian itu pada dirinya, kedua tangan dan kakinya yang diikat dengan rantai, mentertawakan dirinya sendiri, kehidupan ini terlalu lucu untuknya, saat seharusnya Ia bisa hidup dengan baik, namun yang terjadi malah sebaliknya.

"Hay, "

Suara itu mendadak menjadi ragu untuknya, wajah Freen ada di hadapannya, namun tidak dengan tatap bengis yang biasanya aia lihat dari gadis itu.

"Freen. "

"Aku Flo, Bec. "

"Freen, takut, Freen. "

Dengan cepat Flo memeluk tubuh yang bergetar ketakutan itu, bahkan halusinasi itu bertahan di kepalanya, bagaimana rasa takut memakan gadis malang itu, Ia benar-benar dalam kalut yang hebat.

"Hey, tenang, tarik nafas. "

Flo tidak pernah tau, apa yang Becky rasakan sebenarnya, bagaimana dua peran itu menciptakan rasa takut layaknya ingin membunuhnya, bagaimana Ia mengikuti semua perintah sesuai bisikan isi kepalanya.

"Kau harus mengalahkan Freen dan Pat, tidak seharusnya mereka mencelakai mu, mereka tidak berhak atas tubuhmu Bec...

Tiba-tiba cekikan itu terasa begitu kuat di lehernya, suara yang tiba-tiba berubah menjadi dalam, tatap kata bengis yang sangat berbeda dengan pijar kata Becky yang sebenarnya, Flo yakin itu adalah pribadi Freen yang muncul karena rasa marahnya yang menggebu.

"Kau bisa pergi darinya?"

"Lepas. "

"Kau bukan siapa-siapa jadi berhenti baik kepadanya. " Freen berteriak dengan keras, seiring cekikan yang semakin kuat terasa.

"Freen, tinggalkan Bec... " Suaranya terbata, nafasnya sesak, leher yang sakit menyulitkannya melawan wanita itu, Flo membenturkan kepalanya kepada tubuh Becky itu, satu-satunya yang bisa Ia lakukan untuk membela diri.

Beruntung tangan itu masih terikat di brankar rawatnya, Flo menjauhkan tubuhnya, Ia kembali duduk di sofa, membiarkan Freen bergejolak marah dengan tubuh yang Ia kuasai dengan paksa itu.

"Lepaskan tubuh ini. " Freen menggila dengan teriakannya.

"Tidak akan pernah. " ujarnya datar, Flo tidak pernah ingin membuat emosi Freen lebih menyakiti Becky nantinya.

"Kau tidak berhak atas dia, Becky istriku. "

"Kau menyelingkuhinya, Kau bahkan lebih mencintai...

"Diam, kau tidak tau apapun, " suara yang menggelegar dengan kemarahan, namun Flo tidak sekalipun memberi makan ego Freen di sana, tidak ingin semua kegilaan ini bertambah besar tanpa bisa Ia atasi.

"Dia mencintaimu, seharusnya kau menghargainya. "

Freen mengangkat kepalanya, berhenti untuk marah, mulai tertarik mendengar semua yang Ia anggap omong kosong ini.

"Kau membuatnya merasa jauh lebih menyedihkan Freen, karena semua cintanya sudah habis padamu. "

Seketika hanya diam yang menyelimuti mereka, wajah marah itu mendadak berubah menjadi bingung, ekspresi yang jarang Flo temukan selama ini dari pribadi Freen yang penuh dengan emosi kebencian.

"Kenapa?"

"Apa Freen?"

"Kenapa dia mencintaiku?"

"Dia adalah orang yang paling tulus dalam mencintai, menurutmu, kenapa dia melakukannya?"

Flo terkekeh, Ia kembali mendekat ke arah Freen, menunjuk dada Becky dengan pasti, karena jawabannya ada di sana.

"Ia ingin dicintai, Ia menciptakanmu karena perasaan ingin dimiliki, namun sayang kau bukan yang baik untuk hal itu. "

"Aku terlalu jahat?"

"Hmm, biarkan Becky sembuh, "

"Aku yang menyakitinya?"

Nafas itu kembali memburu, namun tidak lama, karena setelah Flo memberikan buku yang pada tiap halamannya ada nama Freen di sana, Dia jauh lebih tenang.

"Kau bisa membacanya, tidak peduli kau nyata atau tidak, dia tetap mencintaimu. "

Matanya jeli membaca setiap kalimat yang tertera, bahkan semua yang tertulis di sana adalah hal baik yang tidak pernah Ia lakukan kepada gadis itu, Ia hanya mencoba membuat Becky lebih berani, dengan cara yang salah.

"Kau hanya datang di saat Becky merasa lemah dengan keadaan, di saat emosi itu memakannya, disaat rasa tidak percaya diri itu hadir pada dirinya, "

"Kau tau, Aku benci dia yang lemah. "

"Aku tau, berdamai dengannya, kau bisa menolongnya, saat ada yang menyakitinya, namun tidak dengan kau yang membuat luka itu menganga Freen. "

Flo berharap semua perkataannya mampu untuk Freen mengerti, tidak seharusnya Becky selamanya dalam keadaan buruk ini, berjibaku dengan emosi sendiri, berperang dengan pribadi lain yang Ia ciptakan di dalam dirinya sendiri, Ia ingin Becky bisa mengendalikan semua alter ego yang ada padanya, berdamai dengan keadaan yang ada.

"Aku ingin bicara dengan Pat, jika dia dalam emosi yang buruk kepada Becky, Aku mohon sekali padamu untuk menenangkannya, oke Freen?"

"Baiklah. "

"Kau ingin pergi? Energimu cukup kuat, pasti membuat Becky lelah. "

"Iya, aku pergi. "

Tubuh yang sedari tadi membara, melemah seketika, kembali tertidur layaknya seperti sebelumnya, Flo mulai bisa bernafas lega, setidaknya Ia sudah mengatakan itu kepada Freen, walaupun itu hanya sebagai harapan.

"Aku akan berjuang untuk kesembuhanmu Bec, Freen dan Pat tidak seharusnya mengambil alih dirimu. "

Kau tau yang lebih rumit dari science? itu isi kepalamu sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kau tau yang lebih rumit dari science? itu isi kepalamu sendiri.

Backburner (Freenbecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang