Dua puluh

2.4K 336 32
                                    

"Orang gila diundang talkshow, yang denger ikutan gila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Orang gila diundang talkshow, yang denger ikutan gila. "

Lemparan kertas dan botol minum itu mengenainya, Becky menutup matanya saat semua benda itu mengarah kepadanya, menebalkan telinga, karena sejatinya tidak semua peduli dengan kondisi mental seseorang.

Kondisi yang baru pertama kali Ia temui, yang bahkan Ia harapkan menjadi satu-satunya harapan untuknya diterima oleh orang sekitar, namun ternyata mereka terlalu jahat untuk sekedar memahami setiap hal yang tak sesuai dengan isi kepala mereka.

"Ayok. "

Uluran tangan itu membawanya pergi, bagaimana wajah tegas itu membuatnya berlalu dengan cepat, Ia terlalu marah dengan keadaan yang baru saja terjadi.

Becky bahkan tidak lagi peduli, yang Ia lihat ini adalah imajinasinya atau bukan, Ia hanya ingin pergi dari sini, menjauh dari semua rasa sakit yang muncur.

"Jangan bodoh, kau selalu seperti itu. "

"Kak. "

"Aku muak dengan kau yang selalu lemah Becky. "

"Wajar kan, ini pertama kali untukku. "

"Dan kau terima saja orang lain merendahkanmu?"

Lalu, bagian mana yang bisa Ia bela dalam dirinya?, Ia memang penderita penyakit mental, tidak satupun bisa Ia sanggah dari perkataan mereka.

"Kak. "

"Apa?"

Freen terlihat begitu kesal, nafasnya memburu, entah apa yang membawanya begitu, Ia benar-benar ingin membunuh siapapun dengan tatapannya.

"Kau imajinasiku?"

"Kau tau?"

"Kau terlalu nyata untukku. "

"Kau yang menciptakanku, dan Pat. "

"Aku inginkan kau menjadi nyata untukku. "

"Aku akan menetap untukmu. "

"Apa kau mencintaiku?"

Seharusnya, Ia tidak menanyakan hal yang bahkan sudah Ia tau sendiri jawabannya, Ia hanya ingin bahagia dengan semua hal yang dirinya ciptakan, semua hal ini menyakitinya, entah dari mana datangnya, entah bagaimana kisah ini membuatnya terluka.

"Kau berjalan lah lebih dulu. "

Gadis itu mengangguk, Ia meninggalkan Freen sendirian, Ia berjalan lebih dulu, namun suara makian dan teriakan dari berbagai sisi mulai berisik di telinga, hingga tubuhnya terhempas jauh seiring dentuman keras yang Ia dengan dengan jelas, senyuman Freen diujung penglihatannya sekali lagi menjadi rasa hancur lainnya yang Ia simpan dalam ingatannya.

"Mba, astaga, apa Mba bisa dengar saya?, siapa saja hubungi ambulan. "

Suara yang panik terdengar, rasa sakit yang mendadak Ia rasakan dengan sangat, darah yang Ia lihat menggenang di jalanan, dan luka yang menjadi rasa sakit saat Ia sentuh dengan sengaja.

Backburner (Freenbecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang