Becky POV.
Hujan, pagi ini cukup dingin, aroma kopi susu tercium semerbak, mataku belum sepenuhnya terbuka, yang Ku tau Freen sudah bangun seperti biasa.
Beberapa sarapan sudah ada di meja kamar Kami, tepatnya di sebelah kasurku, Aku dan Freen tidur satu kamar dengan kasur yang berbeda, bukan kamar utama, karena kamar special hanya dirinya dan Pat, itu sangat luas berbeda dengan kamar ini. Di
Aku suka bagaimana perhatian kecil itu tercipta darinya, Dia tidak sepenuhnya dingin, ada beberapa sisi yang Aku sukai, Dia cenderung diam namun bergerak dengan pasti.
Dia sempurna terlihat, namun Aku tidak sepenuhnya mendekapnya erat. Dia masih milik orang lain, bahkan hatinya.
"Kau sudah bangun?"
"Sudah, mau makan apa?"
"Tidak ada, Aku nanti harus ke apartemen Pat, Aku nginep. "
"Nginep? Pat ngijinin?"
"Iya, Kau tau? Aku dan Pat sudah kembali, Dia menerimaku, Aku benar-benar bahagia, jadi hari ini Aku akan menginap di sana, ah Kau butuh berapa uang? ajak Irin jalan dan berbelanja kalau perlu ajak Dia menginap di sini, "
Aku? Terluka? Buat apa? Siapa yang akan peduli dengan perasaanku kecuali Aku sendiri, Dia yang Aku paksa ada di dalam hariku, Dia yang Aku inginkan untuk menjadi salah satu alasanku untuk menjalankan sisa hidup yang Aku punya, jadi perihal rasa sakit ini, Aku juga yang kehendaki.
"Aku sudah transfer. "
"Kak. "
"Ya?"
"Gak jadi, have fun ya. "
Tidak akan ada yang merubah keadaan, cintanya bukan untukku, bahkan jika raganya ada di hadapanku sekalipun, perasaan yang tumbuh di dalam hatinya tetap tidak akan pernah bisa Ku miliki.
"Aku mau liburan ke Bali bersama Pat, mungkin satu minggu, Pat ingin Kami menginap di villa, jadi Kau bebas kemanapun selama seminggu itu, supaya tidak bosan. "
Istri? Hanya sebuah title, Mereka tau Aku istrinya, namun yang Mereka tidak tau, bukan wujudku yang menemani, namun orang lain yang menyerupaiku, kembaranku.
"Bagaimana Kakak bisa meyakinkan Pat? setelah sem...
"Kau tau, kemarin Aku melamarnya, dan katanya Dia suka cincinnya, Dia memelukku, merindukanku Bec. "
Aku bahagia dengan pencapaiannya, Ia kehilangan gadis itu bertahun-tahun, dan kali ini Mereka kembali bersama, entah untuk berapa lama, tali yang Aku tau, Freen tidak akan pernah melepaskannya lagi.
"Kalian akan menikah?"
"Hmm, Kau ada saran untuk liburan yang seru?, Aku sudah mengambil cutiku khusus untuk Pat, Aku ingin memberikannya liburan terbaiknya setelah menjadi sarjana, hadiah untuknya. "
Tidak tau, bahkan Bali tidak pernah Ku sentuh lagi, setelah semua kenangan buruk keluargaku ada di sana, perpisahan Kami karena perselingkuhan orang yang paling Aku percaya akan tulus mencintai keluarganya, namun Aku gadis kecil dengan kunciran kuda kala itu melihat Ibu Ku bercumbu dengan laki-laki lain, sementara dalam genggaman di tangan kananku, ada tangan kekar Ayahku yang meremas telapak ku dengan keras.
Perselingkuhan, bukan kali pertama hadir di dalam hidupku, Aku mulai terbiasa terluka, Aku bahkan masih hafal rasanya, kala kenyataan membawaku untuk merasakan semua sensasi rasa sakitnya sendiri.
Aku tidak pantas dicintai siapapun selain Ayahku, laki-laki yang besar hatinya, menerimaku yang seperti ini, Aku tidak sempurna, Aku menyadari itu, Aku tidak bisa merawat diriku dengan baik, Aku terlaku sederhana untuk bersanding dengan Freen yang glamor, Aku tidak pantas.
Ayahku mengajarkanku hidup apa adanya, ada atau tidaknya uang, menjadi biasa itu jauh lebih baik, harta tidak pernah di bawa mati, maka jadilah cukup, karena jika sekali Kau merasa kurang, dunia akan Kau kejar sampai Kau melupakan jika hidup itu bukan perihal kesenangan saja, menjadi tamak untuk banyak hal, akan menghancurkan mu secara perlahan.
"Coba Kau pakai ini, ukuran mu dan Pat kan sama, bagus tidak?"
"Coba. "
Pertama kali Aku memakai gelang mewah dari orang lain kecuali Ayah, tersenyum tanpa sadar, berkhayal jika Aku yang mendapatkannya dari istriku, namun siapa Aku yang bisa berharap setinggi itu, bahkan melirikku pun Freen enggan.
"Bagus kan, oke, ini buat Pat, cocok kayaknya. "
Aku melihat bagaimana bersemangatnya Freen hari ini, Pat beruntung, bahkan sangat, Mereka cocok untuk apapun, bukan seperti Aku, yang tidak bisa membuat diriku jauh lebih pantas untuk dipandang.
"Nanti Kamu ke salon, potong rambut, udah jelek banget. " Tak seperti wajahnya yang berbinar beberapa waktu yang lalu, tatapan itu berubah menjadi jijik saat kembali ke arahku, senyumku yang tadi ada lenyap seketika, ternyata dunia ini jahat untuk orang yang tidak berparas indah.
"Iya Kak. "
"Jangan buat reputasi Saya turun jika Mereka bertemu Kamu, untung kalau kolega Saya ketemunya Pat, jauh lebih enak di liat, Dia terawat dan cantik, Kamu seperti pembantu. "
Akan selalu Ku ingat, tahun-tahun terberat dengan semua serapah beserta semua caciannya kepadaku, selagi hatiku masih ingin, Aku akan mendengarnya sebagai hal yang tidak terlalu menyakitkan.
"Iya Kak, Aku keluar sama Kakak kan kalau ada acara keluarga Kakak aja, "
Beruntung keluarga Freen tidak peduli dengan penampilanku, walaupun Mereka terbiasa dengan Pat, tapi tidak mengenyampingkan adanya Aku di sekitar Mereka.
"Untung gak bau. "
Ia melempar apronnya ke wajahku, sayangnya hanya senyum yang bisa Ku berikan, Aku tidak bisa menamparnya atau menyakitinya dengan lisanku, seperti yang sering Ia lakukan kepadaku, Aku terlalu mencintainya, Aku tidak tau kenapa.
"Aku siapin bajunya ya Kak. "
"Tidak usah, seleramu kampungan. "
Tidak pernah adil, saat semua orang mampu tersenyum untuk semua hal, tapi Aku harus memaksakan diriku pada semua hal agar bisa tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backburner (Freenbecky)
Romance(GXG⚠️) I won't ever mind crisping up on your backburner.