Sembilan

2.3K 318 76
                                    

"Non Bec

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Non Bec. "

"Huh? Iya Bi. "

Akhirnya, setelah dua tahun berlalu, Becky mendengar namanya dipanggil dengan tepat, senyum yang merekah terlihat tulus itu mampu membuatnya tenang, Ia cukup hancur beberapa saat yang lalu, dan satu-satunya hal yang bisa Ia harapkan adalah rumah, tempat di mana Ia bisa pulang.

"Non Becky pucet banget. "

"Ah? ada obat penambah darah gak Bi?"

"Non Becky lagi haid?"

"Gak sih, cuma pusing aja. "

"Non Becky lagi demam, kenapa maksain keluar?"

"Nganterin ini, cuma di tengah jalan Aku lupa kalau gak bawa HP, Aku mau hubungin Kakak juga gak bisa, jadi pulang lagi. "

Berbohong, Ia hanya menyelamatkan harga diri Freen, dan jika Ia pikirkan lagi, untuk apa Ia harus membicarakan aib istrinya kepada orang lain yang bahkan akan mempermalukan dirinya sendiri.

"Non...

"Iya?"

"Kalau rasanya sakit bisa berbagi sama Bibi ya Non. "

Becky terdiam, bahkan jika berbagi pun, Ia bingung harus memulainya dari mana, semua hal yang Ia terima sangat menyakitkan.

Kadang banyak cerita yang tidak akan dimengerti banyak orang, rasa sakitnya, kecewanya, betapa hancurnya, sebagian orang hanya ingin mendengar, bukan berarti Mereka mau menyatukan kembali kepingannya.

"Iya. "

Bi Nan bukan orang yang tidak peka dengan setiap raut wajah yang ada, Ia melihat kadang bola mata itu bercerita tentang luka, bagaimana gerak pelan itu seolah mengisyaratkan untuk ketakutan yang besar, namun apa yang harus Ia lakukan jika kenyataannya, Ia hanya orang lain yang tidak tau harus berbuat apa.

Hujan masih turun rintik-rintik, isi kepalanya berisik, sibuk bertengkar dengan segala macam rasa sakit yang ada, Ia bingung harus merespon seperti apa untuk semua luka yang menganga, dan berakhir Ia harus diam untuk menahannya.

"Backburner. "

Jari jemari itu bergulir di keyboard laptopnya, Ia menulis part demi part rasa sakit di dalam halaman tulisnya, menceritakan betapa gilanya rasa kecewa, menjelaskan betapa terlukanya Dia, menjadi pilihan kedua ternyata memang seburuk itu, saat dirinya tidak bisa berbuat apapun karena rasa cinta yang tumbuh besar di dalam hatinya.

Bunyi salah satu pesan di aplikasi onlinenya mendadak menjadi fokusnya, Becky bergulir ke halaman lain, Ia membaca dengan cermat e-mail yang baru saja masuk, bibirnya tersenyum, saat salah satu kalimat yang tertulis dengan tegas.

"Kami ingin membukukan bukumu, apakah Kakak Becky bersedia? jika Ia bisa temui Kami di kantor penerbit.. woah, twenty two ? penerbit terkenal? karyaku?"

Backburner (Freenbecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang