Dua belas

2.7K 361 45
                                        

Lelah, selalu bertengkar dengan isi kepalanya setiap hari, membuat cerita buruk tentang hidupnya dan semua perjalanan yang ada, bagaimana kenyataan membuat ceritanya menjadi rumit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lelah, selalu bertengkar dengan isi kepalanya setiap hari, membuat cerita buruk tentang hidupnya dan semua perjalanan yang ada, bagaimana kenyataan membuat ceritanya menjadi rumit.

"Hay? Kepikiran mau makan mie ayam gak?"

Becky memfokuskan pandangannya ke arah lawan bicaranya, wanita dengan rambut panjang berwarna cokelat tua itu pun tersenyum kepadanya, jas putih itu familiar untuknya, dengan name tag bertuliskan nama dr. Anami di sana.

"Laper gak? mie ayam depan rumah sakit ini enak loh. "

"Saya di mana?"

Suara yang seharian tidak terdengar itu kembali menggema, Ia tidak tau kenapa dirinya berakhir di sini dengan baju pasien ini.

"Tadi pagi setelah pertemuan Kita, Aku ikutin Kamu, karena Aku tau persis Kamu itu butuh bantuan, dan ya kamu pingsan dan teriak di pinggir jalan, ah ini rantang makanannya masih ada. "

"Rantang?"

Seingatnya, dirinya sore itu Dia habis dari penerbit dan pulang dengan Freen, serta memasak makanan untuknya, lalu kenapa kata dokter itu Ia masih dengan rantang makanan yang ada di tangannya.

"Ini jam berapa?"

"4 sore. "

"Hari berikutnya?"

"Selama apa harimu yang ada di dalam pikiranmu berjalan?"

"Setauku, Aku memasak sampai jam 8 malam. "

"Setelah sarapan, Kita melakukan pemeriksaan penuh ya, "

"Saya kenapa?"

"Saya ingin mengenal Kamu, satu bulan ini, mau gak saya evaluasi dulu, agar Kita berdua tau apa yang terjadi sama kamu, ada gak nomor yang bisa saya hubungi jika saya ingin ketemu kamu?"

"Ada istri sa.. ah ayah saja dokter. "

Becky memberikan nomor sang Ayah, karena rasanya tidak mungkin jika memberikan nomor Freen kepada orang lain, yang bahkan Dia sendiri saja tidak memilikinya.

"Apa yang Kamu rasain akhir-akhir ini?"

"Saya merasakan sakit yang sangat di sini dokter. "

Menunjuk di mana arah rasa sesak yang tidak berkesudahan, saat perasaan membingungkan berkembang pesat di dalam sana, Ia membenci emosi yang timbul di sana, yang jarang sekali sesuai dengan inginnya.

"Kamu mau gak ketemu saya terus?"

"Kenapa?"

"Anak saya kebetulan suka sama cumi dan buncis telur asin. "

"Benar dok? Saya bisa masaknya. "

"Hmm, mau di mana?"

"Di rumah dokter saja, di rumah saya nanti kakak marah. "

Backburner (Freenbecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang