52. Perihal menunggu

2.1K 64 0
                                    

Sebelum membaca, boleh minta vote nya dulu? Sekalian komennya juga boleh, hehe 😁😁

Terimakasih!

***

"Apa yang dimaksud dengan gelombang elektromagnetik?" Tanya Bu Neima. Siang ini hanya diadakan sesi tanya jawab, yang bisa menjawab akan mendapat nilai tambahan dan bonusnya bisa istirahat duluan.

"Saya bu!" Karla dengan cepat mengangangkat tangannya. Membuat atensi sieisi kelas tertuju ke arah Karla.

"Iya, Karla, silahkan jawab," Ibu Neima mempersilahkan.

"Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang memiliki muatan energi listrik dan magnet tanpa memerlukan media rambat," jawab Karla dengan lancar.

"Benar. Silahkan istirahat," ujar bu Neima.

Karla tersenyum sebentar ke arah bu Neima sebelum pada akhirnya berjalan keluar kelas. Suasana koridor masih sepi karena bell istirahat akan berbunyi sekitar 10 menit lagi.

"Udah aku duga kamu yang bakal keluar," kata Aksa yang sedang berdiri didekat pintu, menyandarkan punggungnya di tembok.

"Iya dong. Ceweknya siapa dulu?" Tanya Karla dengan lagak bangga.

"Ceweknya Aksa," balasnya seraya mengusap pelan rambut Karla yang rapi. Agar tidak berantakan.

"Sepuluh menit lagi baru bunyi bell, mau ke rooftop dulu?" Tanya Aksa.

Karla yang ditanya hanya mengangguk. Sudah lama ia tidak menginjakkan kaki di rooftop sekolah. Sesampainya di rooftop, Karla memandangi langit yang sudah mengabu itu. Angin bertiup kencang. Hawa dingin mulai menyelimuti kulit. Nampaknya, hujan akan segera turun untuk membasahi bumi.

Karla melipat tangannya di tembok pembatas, matanya kini menatap lapangan SMA Bumantara. "Nanti sore aku mau ke rumah nenek kamu," ucap Karla, membuka pembicaraan.

Aksa menaikkan sebelah alisnya. "Ngapain?" Tanya Aksa yang berdiri di sampingnya.

"Nia mau ketemu sama Liya," beri tahu Karla.

"Boleh kok," sahut Aksa. "Tapi, aku ngga yakin kalau Liya bakalan inget sama Nia. Secara, Liya hilang ingatan."

Iya. Liya memang hilang ingatan. Namun, Karla tidak peduli. Yang penting Nia harus bertemu dengan adiknya. "Iya. Tapi, mau bagaimanapun Nia harus ketemu sama adiknya," jawab Karla.

Aksa hanya mengangguk. Nia berhak untuk bertemu dengan adiknya, meskipun adiknya kini telah diangkat menjadi bagian dari keluarga Danadyaksa.

Keduanya diam cukup lama. Mata Karla fokus ke depan. "Sa," panggilnya.

"Ya?" Aksa menoleh. Kedua mata mereka bertemu sebentar, sebelum pada akhirnya Karla kembali fokus ke depan.

"Kira-kira, kita bakal bertahan sampai kapan, ya?"

"Forever."

🌷🌷🌷

Sesuai dengan janjinya, Karla membawa Nia ke rumah nenek Aksa. Hanya berdua. Aksa akan menyusul setelah selesai latihan basket.

Karla dan Nia saat ini berdiri didepan pintu. Setelah menekan bell, Nenek membuka pintu, kemudian mempersilahkan tamunya masuk. Mereka semua duduk di sofa. Meskipun bingung, Nia tetap diam dan berusaha memahami situasi saat ini.

"Tumben ngga bareng Aksa? Terus yang di sebelah kamu siapa?" Tanya Nenek.

"Aksa katanya nanti nyusul sehabis latihan basket, Nek. Owh iya, kenalin, ini temen aku Nek, namanya Nia." Jawab Karla.

Aksa Dan SemestanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang