Sore ini, sesuai dengan janji Karla ketika liburan kemarin, ia menunjukkan gambaran-gambarannya sewaktu kecil kepada Aksa. Meja ruang tamu terlihat berantakan karena dipenuhi dengan lukisan-lukisan dan gambaran Karla dulu.
Karla mengambil salah satu gambarannya, meletakkan di atas meja. "Yang ini gambaran aku pas masih sd, kalau ngga salah kelas tiga." Beri tahu Karla sembari mengeluarkan kertas-kertas gambarnya dari kotak.
Aksa mengambil alih kertas yang sedang dipegang oleh Karla. "Bagus, untuk seukuran anak kelas tiga sd." Komentar Aksa sembari memandangi gambaran di kertas itu.
"Terus yang ini, pertama kali aku ngelukis orang. Baru mulai belajar waktu kelas satu smp." Beri tahu Karla sembari menyerahkan kertasnya.
Aksa menerima dan mengamati kertas itu. "For beginners, this is so great."
"Semua aja kamu bilang bagus. Menurut aku itu gambarnya jelek banget. Soalnya aku bikin itu pas lagi bad mood banget." Beri tahunya. Ada cerita dibalik gambaran itu.
"Kok bisa?" Tanya Aksa.
"Waktu itu lagi pelajaran seni, dan disuruh ngelukis. Terus salah satu temen aku ngga sengaja tumpahin cat nya di canvas aku, padahal waktu itu lukisan aku udah selesai."
Karla kembali kesal mengingat kejadian itu. "Ish, kesel banget aku! Terus aku langsung lukis ini. Jelek karena terinspirasi dari wajah dia!"
Aksa yang mendengarnya terkejut. "Okay, aku tarik kata-kata aku tadi."
Karla terkekeh. "Ngga usah dipikirin. Lagian itu udah berlalu juga. Owh iya, ini lukisan kebanggaan aku dulu waktu Smp." Beri tahu Karla sembari meletakkan canvas yang baru saja ia keluarkan di atas meja.
Aksa memperhatikan lukisan itu dengan seksama. "Maldives?" Tanya Aksa.
"Bener! Kok kamu tau?" Tanya Karla.
"Dulu aku pernah ke sana." Beri tahu Aksa.
Karla yang mendengarnya mengangguk. "Aku suka banget sama Pantai di Maldives. Karena aku belum berkesempatan buat ke sana, jadinya aku ngelukis pantai itu aja dulu." Kata Karla sembari mencari-cari lukisan yang ingin ia tunjukkan lagi.
"And, this is my favorite." Beri tahu Karla. Lukisan luar angkasa yang di mana semua planet bersusun dengan rapi. Sejak dulu Karla memang sangat menyukai benda-benda yang ada di langit.
"So beautiful." Kata Aksa sembari menatap Karla.
"Kan?"
"Kayak pelukisnya, cantik."
"Apaansih." Ucap Karla sembari memalingkan wajahnya. Pipinya memerah.
Aksa gemas sendiri, dan rambut Karla adalah sasaran utamanya ketika sedang gemas dengan perempuan itu.
Ketika sedang asyik meriveuw semua gambaran dan lukisan Karla, sebuah suara mengalihkan perhatian mereka.
"Lagi ngapain anak-anak mamah?" Tanya Nara yang baru saja datang.
"Ini, Mah, lagi riveuw gambaran sama lukisan Karla waktu masih kecil." Jawab Karla.
"Oalah." Nara mengangguk paham. "Yaudah lanjutin. Oh iya, ini mamah ada bawain cemilan buat kalian." Kata Nara sembari meletakkan bawaannya di atas meja.
"Thanks, Mah." Ucap Aksa sembari tersenyum.
"Sama-sama, Sayang. Kalau gitu mamah langsung ke kamar aja ya. Pegel badan Mamah." Pamit Nara sembari menepuk-nepuk bahunya sendiri, lalu kembali melangkahkan kakinya.
"Iya, Mah. Istirahat yang cukup." Balas Karla.
🌷🌷🌷
Malam ini seluruh anggota Roxeviz berkumpul di markas untuk merayakan Anniversary. Semuanya memasang wajah bahagia. Bagaimana tidak? Acara Anniversary kali ini adalah yang paling meriah karena mengundang banyak tamu. Tidak seperti tahun-tahun biasanya yang hanya mengundang anggota Roxeviz saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa Dan Semestanya
Novela JuvenilJudul awal : AKSAGARA *** she fell first, he fell harder. *** "Rugi ngga sih kalo kita ngga pacaran, Sa?" tanya Karla. "Ngga usah halu." Balas Aksa dingin. *** "Kapan sih lo buka hati buat gua, Sa?" "Never." *** "Tell me that you're mine now," "I...