49. Kebenaran

2.7K 74 1
                                    

Bell tanda istirahat berbunyi. Siswa-siswi berhamburan keluar kelas. Sedangkan Karla masih duduk di dalam kelas dan terus menatap layar ponselnya sedari tadi.

Ia resah dan khawatir karena Aksa tidak masuk hari ini. Ia berusaha menelpon cowok itu, namun nihil, nomornya tidak aktif.

"Karla, Karla, Karla!" Teriak Starla lumayan kencang sembari berlari menuju kelas.

Karla menoleh. "Kenapa, Star?" Tanya Karla.

"Aksa sama yang lain lagi di jemur," beri tahunya.

Detik itu juga Karla bernafas lega. Ia sudah memikirkan hal yang tidak-tidak. Karla segera berdiri, berjalan menuju pembatas di lantai dua, menyaksikan Aksa di jemur bersama teman-temannya.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, banyak adek kelas yang mem-papparazi ketujuh sekumpulan itu. Banyak dari mereka meidam-idamkan anak Roxeviz, berharap suatu hari nanti bisa mendapatkan salah satu dari mereka.

Karla terus memperhatikan cowok itu, sampai pada akhirnya, mata mereka tak sengaja bertemu. Karla mengerutkan keningnya, tatkala melihat wajah Aksa yang lebam-lebam. Teman-temannya juga seperti itu.

Melihat hal itu, Karla langsung berlari ke bawah.

🌷🌷🌷

"Kok bisa anak Alegro nyerang kalian?" Karla bertanya, dengan tangannya yang tidak berhenti bergerak, mengobati luka-luka di tangan Aksa.

"Kita juga ngga tau apa tujuan mereka. Ngga biasanya mereka nyerang pagi-pagi kayak tadi," kata Reygan yang kini sedang diobati oleh Anara.

Setelah menyuruh ketujuh anak Roxeviz itu untuk di obati, Karla memanggil teman-temannya terlebih dahulu, kemudian menyusul ke uks dan membantu mengobati luka mereka.

"S-sakit, Star!" Ujar Abian ketika Starla sedikit menekan kain basah di sudut bibirnya.

"Ngga usah lebay!" Balas Starla.

"Iya deh, ampun," sahut Abian.

"Asli dah, bener-bener ngga bisa tenang gua gara-gara Alegro sialan itu. Tinggal terima fakta aja kalau mereka udah kalah, apa susahnya coba?" Tanya Zidan yang duduk di atas hospital bed yang disediakan oleh pihak sekolah.

"Eh, Dernon sama semua anak buahnya itu berkepala batu semua, susah!" Sahut Langit yang duduk disebelah kanan Zidan.

"Emang, cerita awalnya itu kayak gimana, sih? Kok kalian bisa terlibat konflik sama anak Alegro?" Starla dengan segala kekepoannya bertanya.

Sean mengangkat kedua bahunya. "Ya gitu deh, Alegro ngga terima kalau Roxeviz lebih unggul dari mereka, jadi mereka bakal ngelakuin apa aja supaya Roxeviz di bawah mereka, gitu sih kalau kata ketua dari angkatan sebelum-sebelumnya," beri tahu Sean.

"Jadi, Roxeviz sama Alegro udah dari lama musuhan?" Maggie bertanya, yang di jawab dengan anggukan oleh ketujuh cowok itu.

"Turun temurun, ya, dendamnya," komentar Karla.

"Gua mau nanya sesuatu sama lo berempat." Ujar Zean.

"Boleh, tanya aja," Karla menjawab.

Zean mengeluarkan ponselnya, lalu menunjukkan sebuah foto. "Lo pada tau, dia siapa?"

Karla, Anara, Starla dan Maggie merapat, memperhatikan foto itu dengan seksama. Setelahnya mereka menoleh satu sama lain. "Ngga tau," balas Karla sembari menggeleng.

Aksa Dan SemestanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang