22. Salah paham

6.6K 176 5
                                    

"Kalian jadi, kan, nginep di rumah gua?" Tanya Karla kepada ketiga temannya. Mereka berempat saat ini sedang berjalan di koridor sekolah menuju pintu gerbang dan menunggu jemputan karena bell sudah berbunyi sekitar 7 menit yang lalu.

Starla memejamkan matanya, menarik nafasnya dalam, lalu membuka matanya lagi dan mejawab. "Iya, ibu ketua osis yang terhormat, kita jadi kok nginep di rumah lo." Starla sedikit kesal, karena sedari tadi Karla menanyakan hal itu, mungkin Karla sudah menanyakannya sebanyak 5 kali.

"Haha, siapa tau kan batal gitu, jadi gua bisa nginep di rumah nenek," balas Karla sembari tersenyum. "Yaudah kalo gitu gua duluan ya, udah ditungguin Aksa." Pamit Karla kepada ketiga temannya, lalu berjalan ke arah Aksa ketika melihat cowok itu sudah duduk diatas motor sport hitamnya didepan gerbang sembari menatap kearahnya.

Anara memutar bola matanya malas, lalu berujar. "Ck, iya deh yang punya ayang, kita mah apa, ya ngga?" Anara berucap sembari menyenggol bahu Starla.

Karla yang masih bisa mendengar hal itupun hanya bisa tersenyum dan terus berjalan ke arah Aksa.

Starla mengangguk cepat. "Eh tapi lo kan lagi pdkt sama Reygan?" Celetuk Starla.

"Masih pdkt, belum jadian." Balas Anara dengan nada lesu. "Lo sendiri apakabar sama Abian?" Tanya Anara balik.

"Ya gitu," balas Starla yang kini ikutan lesu.

"Gitu kenapa?" Tanya Anara bingung.

"Beda agama." Sindir Maggie yang sedari tadi diam.

"Maggie, jangan gitu!" Bisik Anara kepada Maggie.

"Loh, emang kenyataannya kayak gitu kok, iya kan, Star?" Tanya Maggie.

Sedangkan Starla yang ditanya hanya menunduk diam. Iya, Starla sadar jika dia dengan Abian berbeda keyakinan. Tetapi entah kenapa hatinya terus memilih Abian untuk menjadi penghuninya.

Disisi lain, Karla langsung melemparkan senyum ke arah Aksa ketika dirinya sudah berdiri didepan cowok itu , lalu melakukan tos dengan Aksa.

"Udah lama nunggunya?" Tanya Karla seraya menaiki motor sport hitam milik Aksa.

"Engga," sahut Aksa yang dibalas anggukan oleh Karla.

"Pegangan," pinta cowok itu.

Karla menurut, tangannya bergerak melingkar di pinggang atletis Aksa.

"Yang erat." Tambah Aksa.

Karla tersenyum tipis, lalu mengeratkan pelukannya. Setelah itu, motor Aksa meleset pergi meninggalkan area SMA Bumantara.

Karla menyenderkan kepalanya di bahu kokoh milik Aksa, memejamkan matanya dan menikmati angin.

"Gua dulu sering halu meluk lo sambil motoran gini tau, Sa." Ungkap Karla.

Aksa terkekeh pelan lalu menjawab. "Sekarang udah ngga halu lagi, kan?"

Karla mengangguk. "Ngga, sekarang udah jadi kenyataan," balas Karla.

"Seneng?"

"Ya seneng lah! Siapa sih yang ngga seneng kalo halunya jadi kenyataan coba?" Ujar Karla sedikit kesal. "E-eh, kok belok ke sini?" Tanya Karla ketika Karla menyadari jalan yang Aksa ambil berbeda dari biasanya.

"Mau beli makanan buat Molan sebentar," jawab Aksa.

"Owh," Karla mengangguk paham.

Tak sampai beberapa menit akhirnya keduanya sampai didepan toko makanan hewan. Karla langsung turun dari motor Aksa begitu motor Aksa terparkir didepan Toko, begitu juga dengan Aksa.

Aksa Dan SemestanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang